"aahh teriak Mila, ampun jin penunggu kebun teh, saya tidak sengaja.
Biarkan saya pergi jin, saya gadis biasa tidak pantas jin jadikan istri.
"kata-kata Mila membuat Andrean ingin tertawa, lelaki tampan itu sekuat tenaga menahan tawa nya.
"Jan jin, Jan jin" sembarangan saja kalau ngomong.
ini saya guru kamu, ngapain kamu masih gelap lari-lari di jalan.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hafizah salsabila, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
CEO muda
Safira bersama sahabat baik nya, melangkah bersama menyusuri lorong sekolah.
Langkah demi langkah kedua nya, berjalan di bawah sinar matahari, yang terasa panas.
"Mil, hari ini cuaca nya panas banget ya?" ucap Safira.
"Mungkin saja mau turun hujan fir.? jawab Mila.
"Mila kamu tau engga. "vila yang berada di sana?" tunjuk safira.
"Memang nya kenapa Fira."
"Gak papa sih mil, "aku cuma merasa aneh saja," "tidak pernah terlihat penghuni nya."
"Kata mang Asep, "vila itu milik seseorang dari kota, "vila nya memang jarang di tempati." ujar Mila.
"Oh begitu, "enak banget ya mil, "jadi orang kaya."
"Rumah nya di mana-mana, "sedangkan kita rumah satu saja kalau ada hujan suka bocor."
"Bersyukur saja Fira, "segitu juga orang tua kita punya. "kalau enggak punya rumah, mau tinggal di mana kita nanti."
"Kadang-kadang kamu pinter juga mil, "ucap safira bercanda."
"Aku di sekolahin, "biar pinter Safira. "jawab Mila tidak kalah."
Kedua sahabat itu, sudah sampai di rumah nya masing-masing.
...****************...
Di tempat lain Raditya merasa lelah, dengan kerjaan nya yang menumpuk.
Sampai malam hari, Radit masih belum pulang.
Brayen masuk ke dalam ruangan direktur.
"Pak Radit sebaiknya pak Radit pulang dulu, "kerjaan yang belum selesai bisa dilanjutkan besok."
"Kalau kamu mau pulang, "enggak papa pulang saja Brayen."
Jawab Radit yang masih duduk di kursi kebesaran nya.
"Ya sudah pak saya pulang dulu, "nanti kalau ada apa-apa, "pak Raditya bisa hubungi saya."
"Saya permisi pak."
"Iya hati-hati di jalan Brayen." ucap Radit.
Malam sudah sangat larut, Raditya masih belum pulang.
Tepat di jam tiga pagi, lelaki tampan itu selesai dengan kerjaan nya.
"Akhir nya selesai juga." ucap Raditya pelan.
Radit bersiap untuk segera pulang, lelaki tampan itu keluar dari ruangan nya.
Berjalan menyusuri lorong gedung, yang sudah sepi tidak ada karyawan.
Dengan langkah tegap nya, Raditya sudah berada di basement.
Lelaki tampan berhidung mancung itu, membuka pintu mobilnya.
Radit masuk kedalam mobil, segera menyalakan mesin mobil nya.
Lelaki tampan itu melajukan mobil nya, perlahan menjauh dari perusahaan milik papah nya.
Menempuh perjalanan sekitar 30 menit lamanya.
Mungkin karna jalanan nya yang sepi, memudahkan Radit melajukan mobil hitam nya.
Tanpa ada halangan dan cepat sampai di rumah.
Raditya sudah sampai, di depan rumah milik orang tua nya.
Lelaki tampan, yang memiliki gelar CEO muda.
Mencoba membuka pintu rumah, dengan kunci duplikatnya.
Raditya sengaja membawa kucing cadangan, setiap keluar rumah untuk memudahkan Radit masuk kedalam rumah tanpa mengganggu.
Mamah Maureen yang terbiasa bangun jam tiga malam, untuk mengerjakan rutinitas nya.
"Sholat di jam-jam tertentu, sudah jadi kebiasaan mamah Maureen.
Terdengar suara pintu rumah dibuka, mamah Maureen keluar dari kamar nya.
Siapa jam segini keluar rumah, pikir mamah Maureen.
Setelah melihat ke arah pintu depan, mamah Maureen terkejut, anak laki-laki nya masuk ke dalam rumah.
"Kamu dari mana, "baru pulang dit?" tanya mamah Maureen.
"Raditya, "dari kantor mah."
Tatapan mata, mamah Maureen. penuh selidik.
Raditya sudah paham, dengan tatapan mata mamah nya.
"Mamah, "enggak percaya sama Radit, "mamah bisa tanya sama papah."
"Kenapa kerjaan di kantor, "tidak papah kerjakan."
"Kali ini mamah percaya, "tapi lain kali mamah enggak janji. "untuk percaya sama kamu."
"Terserah mamah saja, "Raditya mau istirahat dulu mah capek."
Lelaki tampan itu meninggalkan mamah Maureen, yang masih berada di ruang tengah rumah nya.
Ibu dari satu anak itu, menggelengkan kepala nya pelan.
"Semoga Tuhan, mengabulkan doa ku." bisik mamah Maureen.
Tiba-tiba terdengar suara serak, kas orang baru bangun tidur.
"Mamah ngapain di sini, "tanya papah Mahendra.?
Membuyarkan lamunan ibu satu anak itu.
"Astaghfirullah papah, "ngagetin mamah saja."
"Lagian mamah jam segini, "ngelamun di sofa sendirian. "ada apa mah, "Tanya Mahendra lagi."
"Itu pah, ada suara yang buka pintu?" "mamah pikir ada maling, "Tau nya anak papah baru pulang."
"Raditya, jam segini baru pulang mah?" "tanya suami nya memastikan."
"Kata Raditya, "papah tau kenapa anak kita, bisa pulang jam segini."
"Apa yang papah lakukan?" "sama Raditya,"
"tanya mamah Maureen."
"Papah, "tidak ngelakuin, apa-apa mamah.
"Jangan bohong pah, ucap mamah Maureen."
"Dari cara papah ngomong saja, "mamah sudah tau kalau papah itu, sedang berbohong."
"Iya_ia mah. "papah ngaku, Papah ngerjain Raditya."
"Ya Allah pah. "tega banget anak papah sendiri, di kerjain."
"Kasian Radit, jam segini baru pulang."
"Cuma sekali ini saja mah."
"Sudahlah pah, "mamah mau masuk kedalam kamar saja."
"Mamah enggak mau, "ngomong sama papah."
Mamah Maureen merasa, suami nya sudah keterlaluan.
"Mah, Maaf kan papah. "jangan marah sama papah."
"Papah cuma ingin, "membuat Raditya konsisten, dengan kerjaan nya."
"Tapi cara nya salah pah. "itu nama nya penyiksaan."
"Iya mah, "papah minta maaf, papah khilaf."
Mamah Maureen pergi, tanpa menghiraukan perkataan suami nya.