"Tahta tertinggi mencintai adalah mengikhlaskan.."
Kalimat itu sangat cocok menggambarkan keadaan yang dirasakan oleh Zio Nabastala Winata, pria berusia 28 tahun itu harus merelakan sang kekasih menikah dengan lelaki pilihan orang tuanya dan mengakhiri hubungan yang sudah terjalin 3 tahun lamanya itu.
Namun, bagaimana jadi nya disaat Zio baru saja putus, Kaivan selaku sang papa justru menjodohkannya dengan putri dari rekan bisnis nya.
Akankah Zio menerima perjodohan itu dan menikah dengan wanita pilihan sang papa? atau dia akan memilih untuk tetap mengejar cinta nya lagi ?
Simak Kelanjutan ceritanya..
Keluarga Winata S3
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Buna_Ama, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Eps 33. Perasaan Gelisah
Zio duduk di kursi kebesarannya menatap layar laptop dan setumpuk berkas dokumen diatas meja kerjanya. Kacamata bening yang selalu bertengger manis dihidung mancung nya menambah kesan wibawa dan kharisma dalam diri Zio.
Namun, ada yang berbeda hari ini. Perasaannya sedari tadi terus merasakan gelisah tanpa sebab. Hal itu sangat menggangu konsentrasi nya, bahkan tumpukan berkas dokumen yang biasanya ia kerjakan hanya dalam waktu 2 jam saja, kini belum kunjung selesai.
Kemudian, tak berselang lama pintu ruang kerja nya diketuk dari arah luar. Tanpa menoleh kearah pintu, Zio mempersilahkan orang itu untuk masuk kedalam.
Lini, sekretaris pribadi nya yang sudah bekerja diperusahaan Zio selama kurang lebih dua tahun. Lini berjalan pelan masuk kedalam ruang kerja Zio dengan perut nya yang sedikit buncit. Ya, kini dia tengah hamil 5 bulan dan Zio sudah meminta nya untuk mengajukan cuti, tapi wanita itu menolaknya.
"Pagi pak Zio", sapa Lini dengan sopan
Zio menghentikan aktivitas nya lalu mendongak menatap kearah Lini. "Ya Lin, ada apa ?". Tanya nya menatap Lini dengan datar
Lini berjalan mendekat lalu meletakkan map berkas dokumen diatas meja kerja nya. "Pak ini dokumen proposal dari Winata Grup yang harus bapak tanda tangani". Kata Lini
Zio meraih berkas itu lalu membuka nya, tanpa membacanya terlebih dahulu. Zio langsung membubuhkan tanda tangan. Sebab ia sudah melihat sekilas tanda logo milik perusahaan papa nya itu yang kini dipimpin oleh Gala.
"Eh pak.. " tegur Lini saat melihat Zio tak membubuhkan tanda ditempat yang seharusnya. "Anda harusnya tanda tangan disini".
Zio menggeram kesal, rasa gelisahnya sungguh memecah fokus dan konsentrasinya. Ia menyodorkan kembali berkas dokumen itu pada Lini.
"Minta pihak Winata untuk mengajukan kembali proposal yang baru, kalo tidak nanti aku saja yang datang langsung kesana". Ucap Zio
Lini menganggukkan kepalanya paham, setelah itu ia pamit undur diri.
Zio menarik nafas panjang, sejenak menghentikan aktivitasnya. Ia melepas kacamata beningnya itu yang bertengger dihidung mancungnya lalu meletakkan kacamata tersebut diatas meja. Zio melirik arloji yang melingkar dipergelangan tangan kirinya. Jam menunjukan pukul 12 siang, sudah waktunya makan siang tiba. Zio menyandarkan punggungn lebarnya disandaran kursi, lalu tangannya terangkat melonggarkan dasi yang terasa mencekik leher nya itu.
Kemudian, meraih ponsel yang ia letakkan diatas meja disamping laptop. Entah dorongan dari mana, jari jemari nya menggulir layar benda pipih itu mencari nomor telepon Kimmy dan mengetikkan nya suatu pesan disana, tapi belum sempat ia mengirim pesan tersebut Zio sudah menghapusnya kembali. Dan, itu ia lakukan berkali-kali sampai terdengar lagi ketukan pintu dari luar yang berhasil membuyarkan aktivitasnya.
Tok..
Tok..
Tok..
"Masuk!".
Ceklek!
"Bos". Sapa Zaki membuka seraya membuka pintu dan melangkah masuk
Zio menaruh kembali ponselnya lalu mendongak menatap kearah Zaki. "Hm.. " Sahutnya berdehem
Zaki berjalan mendekat sambil membawa sebuah tas paper bag ditangan kanannya. Kemudian, ia meletakkan tas paper bag itu diatas meja kerja Zio.
"Ini pakaian yang anda kenakan untuk pergi keacara pernikahan nona Laura nanti malam, bos". Kata Zaki
"Thank", ucap Zio
"Bos anda baik-baik saja ?". Tanya Zaki khawatir saat melihat raut wajah atasannya itu terlihat pucat dan gelisah.
"Entahlah". Jawab Zio dengan lesu, ia juga tidak tau apa yang dia rasakan hari ini. Tubuhnya baik-baik saja, tapi entah kenapa perasaannya justru sebaliknya. Zio melirik lagi layar ponsel nya yang masih menampilkan kontak nama nomor telepon Kimmy. Zaki juga ikut melirik nya sekilas.
"Telepon saja bos dari pada kepikiran", celetuk Zaki yang langsung mendapat pelototan tajam dari Zio. Segera ia membalikkan layar ponsel nya agar Zaki tidak bisa lagi ikut mengintipnya.
"Kalo sudah gak ada kepentingan lagi lebih baik kau keluar Zak". Usir Zio malas
Zaki tersenyum nyengir mendengar nya, ia pun lantas segera pamit undur diri sebelum kena imbas kegelisahan dari bos nya itu. Zaki berbalik badan dan bergegas melangkahkan kakinya keluar, namun saat baru sampai diambang pintu ia pun berhenti, kembali memutar badannya dan berseru pada Zio.
"Jangan dipendam bos, kalo rindu segera ajak ketemu".
Zio yang mendengar itu, sontak mendongak menatap Zaki tajam. Dengan cepat ia segera menyambar pena diatas meja lalu melemparkannya pada asistennya itu. Namun, belum sempat pena itu mengenai Zaki, pria itu sudah lebih dulu dengan cepat menutup pintunya dan berlari pergi meninggalkan ruangan Zio.
"Dasar asisten kurang ajar", umpat nya
Kemudian, Zio menyandarkan lagi punggung lebar nya disandaran kursi kebesarannya itu. Ia raih kembali ponsel nya diatas meja. Perasaan gelisah yang ia rasakan semakin tak karu-karuan, berkali-kali jari jemari Zio ingin menekan nomor telepon Kimmy tapi selalu saja diurungkannya.
"Haahh.. " Zio menghela nafas kasar seraya berdecak pelan. "Ada apa dengan ku ini? Kenapa tiba-tiba kepikiran dia".
Tak ingin berlarut-larut dalam kegelisahannya, akhirnya Zio dengan pasrah membuang ego nya dan mencoba menuruti ucapan Zaki tadi. Zio menarik nafas dalam-dalam dan tanpa pikir panjang lagi ia segera mendial nomor telepon Kimmy.
Panggilan pertama tak diangkat oleh Kimmy. Zio masih mencoba nya, hingga panggilan ketiga barulah tersambung.
"Ya hal-"
"Kamu dimana ?" Tanpa menunggu Kimmy menyelesaikan ucapan sapaannya, Zio langsung menodongnya dengan pertanyaan. Suara nya terdengar begitu khawatir.
"Aku sedang diresto, bentar lagi mau ke butik". Jawab Kimmy dari seberang telepon
"Kirim alamat resto nya sekarang dan tunggu aku kesana". Titah Zio dengan tegas
"Tapi-"
Tut!
Belum sempat Kimmy menyahut, Zio sudah lebih dulu mematikan sambungan telepon itu. Ia memasukkan ponsel nya kedalam saku celana formalnya. Kemudian, Zio berdiri dari kursi menyambar jas yang tersampir disandaran kursi tersebut dan bergegas melangkahkan kakinya keluar.
Zio berjalan cepat menuju lift yang akan membawanya langsung menuju lantai basement tempat mobil miliknya dan para karyawannya terparkir. Setibanya dilantai tersebut ketika itu ia berpapasan dengan Zaki yang juga baru saja turun dari mobil seraya menenteng sesuatu.
"Bos anda mau kemana ?" tanya Zaki saat melihat Zio terburu-buru
Zio tak menggubris pertanyaan Zaki, ia justru merogoh ponsel nya yang ia simpan didalam saku celana nya itu berdering menandakan jika ada pesan masuk. Segera Zio melihat isi pesan yang dikirim oleh Kimmy.
"Cepat masuk dan antarkan aku ke Tasty Palate Resto". Perintah Zio seraya membuka pintu mobil lalu segera masuk
"Tapi bos, saya sudah membelikan anda makan siang". Zaki mengangkat keudara tentengan yang ia bawa di kedua tangannya, memperlihatkan nya pada Zio.
"Terserah mau kau apakan itu makanan. Sekarang antarkan aku ke Tasty Palate atau berikan saja kunci mobilnya". Ucap Zio dengan tegas
Mendengar itu, Zaki hanya bisa menghela nafas pasrah seraya menatap lagi tas makanan yang ia bawa.
"Zaakiiii!!!!!"
.
.
.
Jangan lupa dukungannya! Like, vote dan komen... Terimakasih ❤️🌹
jangan sampe kamu salah minum obat yg bisa bikin bahaya sama kandungan kamu
/Heart//Heart//Heart/....Ter the best
/Drool//Drool//Drool//Drool//Drool/