NovelToon NovelToon
Blind Girl And Cold Mafia

Blind Girl And Cold Mafia

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia / Pengantin Pengganti / Aliansi Pernikahan / Nikah Kontrak / Roman-Angst Mafia
Popularitas:21.8k
Nilai: 5
Nama Author: La-Rayya

Setelah kecelakaan yang merenggut nyawa ibunya dan membuatnya buta karena melindungi adiknya, pernikahan Intan dibatalkan, dan tunangannya memutuskan untuk menikahi Hilda, adik perempuannya. Putus asa dan tak tahu harus berbuat apa, dia mencoba bunuh diri, tapi diselamatkan oleh ayahnya.

Hilda yang ingin menyingkirkan Intan, bercerita kepada ayahnya tentang seorang lelaki misterius yang mencari calon istri dan lelaki itu akan memberi bayaran yang sangat tinggi kepada siapa saja yang bersedia. Ayah Hilda tentu saja mau agar bisa mendapat kekayaan yang akan membantu meningkatkan perusahaannya dan memaksa Intan untuk menikah tanpa mengetahui seperti apa rupa calon suaminya itu.

Sean sedang mencari seorang istri untuk menyembunyikan identitasnya sebagai seorang mafia. Saat dia tahu Intan buta, dia sangat marah dan ingin membatalkan pernikahan. Tapi Intan bersikeras dan mengatakan akan melakukan apapun asal Sean mau menikahinya dan membalaskan dendamnya pada orang yang sudah menyakiti

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon La-Rayya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Hasil Tes DNA

Sean memutuskan untuk mandi dan ketika kembali, dia mendapati Intan sedang tidur, dengan memegang ponsel dan headphone nya juga. Sean tersenyum dan mendekat, perlahan melepas headphone dan ponsel dari tangan Intan. Dia lalu menarik selimut hingga menutupi Intan dengan rapat, lalu mencium keningnya.

"Selamat malam, Ratuku." Ucap Sean.

Sean berbaring di samping Intan dan tertidur.

Keesokan paginya, Sean bangun pagi-pagi untuk bekerja, tapi dia tak lupa meninggalkan beberapa tangkai bunga di samping tempat tidur yang dipetiknya dari kebun.

Ketika Intan bangun dan mengulurkan tangan ke tempat Sean seharusnya berada, dia menemukan bunga-bunga itu. Dia lalu duduk di tempat tidur, dan mencium bunga itu. Setiap bunga memiliki aroma yang lembut, dan dia pun tersenyum.

Namun, dia ingat bahwa dia harus bersiap-siap karena ada janji temu dengan Dokter ditemani Bi Lila. Dia pun mandi dan menggosok gigi, lalu setelah siap, dia meninggalkan kamar sambil memanggil Bi Lila.

"Ayo pergi, Bi Lila." Ucap Intan.

"Non Intan, apa tidak mau makan dulu?" Tanya Bi Lila.

"Aku tidak lapar, ayo cepat pergi." Jawab Intan.

Intan memegang tangan Bi Lila dan menuntunnya ke pintu.

"Perlahan saja, Non, nanti Anda bisa tersandung dan terluka." Ucap Bi Lila.

"Aku sudah pesan taksi, ayo berangkat." Kata Intan.

Mereka pun pergi dan naik taksi menuju rumah sakit paling terkenal di kota tempat dokter kandungannya berpraktik. Begitu tiba disana, mereka langsung menuju ke ruangannya karena sudah ada janji temu.

"Selamat pagi, Dokter Anisa. Seperti yang sudah saya jelaskan di pesan, saya melakukan empat tes dan semua hasilnya positif, tapi saya juga sudah minum pil KB." Ujar Intan.

"Baiklah, mari kita lakukan tes darah dulu, lalu untuk memastikan semuanya baik-baik saja, kita akan melakukan transvaginal. Apakah Anda setuju?" Tanya Dokter Anisa.

"Baiklah, dokter." Jawab Intan.

Darah Intan diambil, dan mereka dengan sabar menunggu hasilnya keluar. Selama masa tunggu itu, dokter menangani pasien lain sementara Intan semakin gugup. Perutnya mual karena takut dia benar-benar hamil dan obatnya mungkin membahayakan bayinya. Ketika hasilnya tiba, dokter memanggil dirinya.

"Tes darah Anda menunjukkan peningkatan kadar HCG, yang menandakan kehamilan Anda memasuki minggu ketiga. Kami tidak akan melakukan transvaginal sekarang karena kami belum bisa melihat hasilnya. Bayi Anda masih dalam tahap pembuahan." Ungkap Dokter Anisa.

"Tapi, Dokter, bagaimana dengan obat yang sudah saya minum? Bagaimana jika saya membahayakan bayi ini?" Tanya Intan penuh kecemasan.

"Berdasarkan hasil tes yang Anda lakukan, semuanya tampak baik-baik saja untuk saat ini. Kita hanya bisa menunggu sampai Anda memasuki minggu ke-7 hingga ke-8 untuk mendapatkan evaluasi yang lebih baik." Ujar Dokter Anisa.

"Tunggu, apakah maksud Dokter saya harus menunggu selama 5 minggu lagi untuk mengetahui apakah semuanya baik-baik saja dengan bayi saya?" Tanya Intan.

"Sejauh yang kami tahu, bayi Anda baik-baik saja. Anda tidak mengalami pendarahan, jadi mari kita tunggu dan evaluasi. Jangan terlalu memaksakan diri beraktivitas selama minggu-minggu ini dan kembalilah ke sini untuk pemeriksaan lebih lanjut, ya? Saya akan meresepkan beberapa vitamin yang sangat penting, terutama selama fase ini, jadi jangan lupa untuk meminumnya." Ujar Dokter Anisa.

"Baiklah, Dokter, terima kasih." Balas Intan.

Intan dan Bi Lila pun meninggalkan rumah sakit dengan vitamin, dan Intan dipenuhi keraguan. Meskipun Dokter mengatakan semuanya tampak normal, dia tetap merasa tidak enak badan. Namun, mengetahui bahwa dia positif hamil entah bagaimana membuatnya sangat bahagia.

"Sekarang Anda bisa memberi tahu Pak Sean." Ucap Bi Lila.

"Apa maksud Bi Lila? Kita kan sudah sepakat menunggu sampai minggu ke-8." Ucap Intan.

"Bukan itu yang kita sepakati, Non Intan." Balas Bi Lila.

"Bi Lila, aku hanya ingin memastikan bayinya baik-baik saja. Jadi aku bisa memberitahu Sean." Kata Intan.

"Dokter bilang semuanya baik-baik saja, apakah Anda butuh kepastian lebih dari itu?" Tanya Bi Lila.

"Dokter bilang semuanya tampak baik-baik saja." Jawab Intan.

"Non Intan...!"

Bi Lila berteriak beberapa detik sebelum Intan menabrak seseorang dan hampir jatuh.

"Sial, apakah kau buta?" Tanya Hilda dengan suara cadel karena sebagian lidahnya telah terluka dan dijahit.

Dia sudah melakukan perawatan dan akan terus memeriksakan diri untuk memastikan semuanya baik-baik saja, tetapi dia masih beradaptasi dengan lidahnya yang baru.

"Maaf, saya tidak sengaja." Ucap Intan tidak tahu jika yang ditabraknya itu adalah Hilda.

"Hebat, aku harus bertemu denganmu, wanita tak berguna." Ucap Hilda.

Setelah berbicara, dan mengetahui bahwa Intan adalah orang yang menabraknya dia merasa terkejut sejenak. Dia lalu melihat sekeliling.

"Dimana suamimu?" Tanya Hilda.

"Hilda?" Balas Intan bingung dengan perbedaan suara Hilda. "Sean sedang bekerja." Lanjutnya.

"Bagus, aku tidak ingin bertemu dengan orang gila itu." Balas Hilda.

"Apa yang terjadi dengan suaramu?" Tanya Intan.

"Itu bukan urusanmu, dasar bodoh. Sekarang minggir lah." Bentak Hilda.

Dia mendorong Intan yang dipegang oleh Bi Lila.

"Ada apa dengannya? Dia jadi lebih masam dari sebelumnya." Ucap Intan.

"Ayo pulang, Non. Anda perlu makan. Anda sudah berpuasa seharian. Ingat, Anda harus makan dengan benar." Ucap Bi Lila.

"Ya, ayo pergi. Tapi aku ingin Bi Lila merahasiakan semuanya. Aku akan memberi tahu Sean, tapi aku ingin memberinya kejutan. Berjanjilah padaku." Ucap Intan.

"Jika Non Intan berjanji untuk mengatakan yang sebenarnya pada Pak Sean, saya bisa berjanji." Balas Bi Lila.

"Tentu saja. Bisakah kita membeli kotak besar dan mengisinya dengan balon bertuliskan 'Papa'?" Ucap Intan.

"Menurutku, itu terlalu norak, Non Intan." Kata Bi Lila.

"Benarkah? Lalu bagaimana kalau kue?" Tanya Intan lagi.

"Saya rasa tidak, haha." Jawab Bi Lila tertawa kecil.

"Gantungan kunci atau sepatu kecil?" Tanya Intan kembali.

"Itu tidak terlalu mengerikan." Jawab Bi Lila.

Intan tersenyum dan keduanya masuk ke taksi. Namun Hilda, yang tak sengaja mendengarnya bicara tentang mengejutkan Sean, telah memikirkan cara untuk membalas dendam sejak Sean membungkamnya. Ini mungkin kesempatannya. Setidaknya, itulah yang dipikirkannya.

ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ

Dua hari berlalu dengan rutinitas seperti biasa, dan tibalah saatnya Sean dan Vina pergi ke rumah sakit untuk tes DNA. Pertama-tama mereka mengambil sampel bayi, lalu sampel Sean. Hasilnya akan siap dalam 40 menit hingga satu jam. Sean mondar-mandir, merasa lebih cemas daripada sebelumnya. Menit-menit itu terasa berlalu seperti selamanya.

Sementara itu di rumah, Intan sangat gembira. Bi Lila membeli sepatu-sepatu kecil itu sesuai permintaan Intan, memasukkannya ke dalam kotak yang indah, dan bahkan menyiapkan makan malam dengan semua hidangan favorit Sean. Intan sangat gembira dan ingin semuanya sempurna.

Kembali di rumah sakit...

Sean sangat gugup. Tangannya berkeringat, dan dia terus mondar-mandir tanpa henti. Yang dia inginkan hanyalah tahu apakah dia ayah dari anak yang dikandung Vina atau bukan, lalu kembali menemui istrinya. Seluruh situasi ini akan berlalu.

Hasil tes DNA akhirnya keluar, dan dokter menyerahkan amplop itu kepada Sean. Saat dia membukanya dan melihat hasilnya, dia membeku. Dia belum pernah merasa sekecewa ini seumur hidupnya.

Bersambung...

1
Anita Rahayu
HARGA YG PANTAS BAGI PSIKOPAT 😎😎😎😎😎😎😎
Rara Ardani
hilda jangan sampai di bunuh, tapi disiksa dan beri racun jangka panjang yang efeknya bikin sakit sekujur tubuh
Rara Ardani
dan aq berharap anak vina mati saja,sudah cukup intan punya anak kembarnya, kalau aq tidak sudi mengurus anak orang, baik ya baik tapi jangan tolol
Rara Ardani
ceritanya bagus, aq berharap intan disini walau baik, harus jadi orang yang tegas dan tidak menyek2,ambil pengalaman masa lalu dan untuk sean benar2 bucin sama intan,siapa yang berbuat jahat sama keluarganya dihabisi
Rahmat
moga aja intan bisa melihat kembali jangan katakan kalau keluarga intan bohong tentang intan tdk bisa melihat lg qu tggu sean ngamuk bombay hahaha klau tau itu akal"meetuax
Rahmat
mantap sean siksa tuh si hilda dasar keluarga gila
Rahmat
Hahaha kena jebakan maut pk julian walau pun intan tdk bisa melihat tapi dia jenius
Rahmat
sean mulai biasa keberadaan intan
kalea rizuky
lanjut donk
kalea rizuky
akhirnya jangan sia sia kan intan y se dpet donor secepatnya
kalea rizuky
bapak laknat
kalea rizuky
awas bucin lo se/Curse//Curse/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!