Kayla lahir dari pernikahan tanpa cinta, hanya karena permintaan sahabat ibunya. Sejak kecil, ia diperlakukan seperti beban oleh sang ayah yang membenci ibunya. Setelah ibunya meninggal karena sakit tanpa bantuan, Kayla diusir dan hidup sebatang kara. Meski hidupnya penuh luka, Kayla tumbuh menjadi gadis kuat, pintar, dan sopan. Berkat beasiswa, ia menjadi dokter anak. Dalam pekerjaannya, takdir mempertemukannya kembali dengan sang ayah yang kini menjadi pasien kritis. Kayla menolongnya… tanpa mengungkap siapa dirinya. Seiring waktu, ia terlibat lebih jauh dalam dunia kekuasaan setelah diminta menjadi dokter pribadi seorang pria misterius, Liam pengusaha dingin yang pernah ia selamatkan. Di tengah dunia yang baru, Kayla terus menjaga prinsip dan ketulusan, ditemani tiga sahabatnya yang setia. Namun masa lalu mulai mengintai kembali, dan cinta tumbuh dari tempat yang tak terduga…
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon inda, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 33
Rotterdam, Belanda – Pekan pertama
Kayla berjalan cepat menyusuri lorong rumah sakit Erasmus MC. ID card baru tergantung di lehernya, dan catatan tangan penuh istilah asing memenuhi clipboard-nya.
Meski dingin menyelimuti, Kayla tetap tersenyum kecil setiap kali melihat anak-anak yang sedang dirawat.
Hari-harinya padat.
Tantangan besar: semua bahasa pengantar utama adalah Inggris dan Belanda.
Tapi Kayla tak mengeluh. Ia bekerja dua kali lebih keras. Tiga kali lebih tekun.
Namun setiap malam…
Di kamar apartemen kecilnya, Kayla membuka kotak kecil dari Liam.
Menatap foto mereka. Membaca ulang surat itu.
Kadang ia mencoret-coret kalender kecilnya.
tanpa terasa ini adalah Hari ke-12 – "aku rindu nasi hangat dan suara Aldi minta mi instan."
Sementara itu di Indonesia – Liam
Liam berdiri di lahan kosong di pinggiran kota.
Bersama arsitek dan tim desain, ia memberikan arahan:
"Bangunan ini harus nyaman untuk anak-anak, punya ruang terapi bicara, ruang psikologi, dan area bermain outdoor. Namanya: Kayla Care Center." ujar Liam dingin
Leon berdiri di sampingnya, “Lo serius lakuin ini?” tanya Leon
Liam menatap papan biru bertuliskan: Project by Aryandaru Foundation
“Dia habiskan hidup buat orang lain. Ini waktunya... orang lain bangun tempat buat dia.” jawab Liam dengan penuh keyakinan dan juga ketulusan.
Kembali ke Belanda – Kayla (pekan ke-3)
Seorang pasien anak bernama "Eva" menarik perhatiannya. Usia 4 tahun, tak bisa bicara karena trauma.
Saat semua dokter menyerah karena tak ada respons... Kayla duduk di lantai, menggambar bunga.
“Eva suka warna apa?” tanya Kayla tapi tak ada jawaban.
Walau begitu Kayla tetap menggambar
Hari berikutnya, Eva mendekatkan krayon ungu ke tangan Kayla dan untuk pertama kalinya… tersenyum.
Seisi ruang anak terdiam.
Supervisor Kayla menepuk bahunya. “You’re not only a doctor, Miss Kayla. You’re a heart-healer.”
Indonesia – Aldi
Aldi sekarang kelas Xl SMA.
Ia mulai suka menulis puisi, sering menyendiri, dan… mulai tertarik dengan dunia desain arsitektur.
Cika yang melihatnya dari jauh berkata ke Kayla lewat panggilan video:
“Aldi udah mulai remaja. Kadang susah dibaca. Tapi dia tetap jaga rumah, jaga nilai, dan... dia selalu nyalain satu lampu di malam hari. Katanya, buat Kakaknya yang jauh.” ujar Kayla
Kayla tertawa sambil mengusap air mata.
“Dia sudah lebih dewasa dari yang kubayangkan…”
Suatu malam di Belanda
Kayla menerima email dengan lampiran desain klinik.
Subject: “Untukmu, yang tak pernah menyerah”
Tanpa nama pengirim.
Tapi saat ia membuka, di header desain tertulis:
KAYLA CARE CENTER
Tangannya bergetar. Ia menatap layar lama, lalu tersenyum sambil berbisik:
“Liam…”
Tanpa terasa Kayla sudah bertugas selama 2 bulan di Belanda dan akan presentasi dalam forum kesehatan anak Eropa.
Aldi mulai dekat dengan teman sekelas perempuan bernama Siska, membuat Kayla sedikit kaget saat video call.
Klinik Kayla Care Center mulai dibangun, tapi Liam merahasiakan keterlibatannya dari media dan Kayla — ingin memberi kejutan saat Kayla pulang.
...----------------...
Rotterdam – Pekan ke-10 pelatihan
Hari itu cuaca gelap. Salju turun tipis saat Kayla menerima panggilan dari Prof. Harmen, pembimbing utamanya.
“Dokter Kayla, kami punya kasus langka. Seorang bayi berusia 6 bulan dengan kelainan metabolisme genetis. Keadaannya kritis. Apakah Anda siap ikut?”
Kayla mengangguk. “Tentu, Professor.”
“Bukan hanya ikut. Aku ingin kamu jadi bagian utama tim analisa.”
Matanya membulat. “Saya?”
“Ya. Saya percaya kamu mampu.” ujar Prof. Harmen
Hari berikutnya – ruang isolasi khusus
Pasien kecil itu bernama Mila. Berat badan tak naik, kulit pucat kebiruan, dan gejala kejang berulang.
Kayla duduk bersama tim. Ia mengusulkan tes tambahan, lalu berdiskusi dengan profesor dari Swiss dan Norwegia.
Selama tiga hari, ia nyaris tidak tidur. Tapi senyumnya tidak pernah hilang setiap kali masuk ke ruang Mila.
Akhirnya…
Kayla menemukan indikasi langka pada data metabolik yang lolos dari pengawasan awal. Saran terapi genetik dini diajukan dan disetujui.
Tiga hari kemudian… Mila mulai menunjukkan reaksi positif.
Dokter Belanda yang paling senior berkata, “You’re not just good. You’re extraordinary.”
Dua minggu kemudian – Eropa Pediatric Forum
Kayla diminta menjadi salah satu pembicara. Ia berdiri di podium, mengenakan jas putih sederhana, wajah tegang tapi mantap.
Dalam bahasa Inggris, ia bercerita:
“I was a child once forgotten. I lost my mother early.
I grew up not knowing if I was wanted.
But today, I’m standing here, not as a survivor — but as a doctor…
…who believes that every child, no matter how small, has the right to be seen.”
Tepuk tangan panjang menggema.
Nama Kayla Rahma mulai masuk ke jurnal kesehatan anak sebagai rising star dari Asia Tenggara.
Sementara itu di Jakarta – Liam
Liam baru saja selesai rapat dengan kontraktor saat seseorang mengetuk pintu ruang kerjanya.
Sekretarisnya berkata pelan, “Tuan Liam… ada tamu dari luar negeri. Mengaku kenal baik Tuan saat studi dulu. Namanya… Vanessa Lin.”
Liam mengernyit. Nama itu… tak ia dengar sejak lebih dari lima tahun lalu.
“Suruh masuk,” katanya tenang, meski rahangnya mengeras.
Vanessa masuk, mengenakan mantel mahal dan lipstik merah darah.
“Liam. Masih dingin seperti dulu.”
“Ada keperluan apa kamu ke sini?” tanya Liam dingin
“Karena aku dengar kamu sedang dekat dengan seorang gadis bernama… Kayla.”
Nada Vanessa licik.
“Apa urusannya denganmu?” tanya Liam menyelidik
Vanessa mendekat, menatap mata Liam.
“Aku datang... untuk mengingatkanmu. Orang sepertimu tidak bisa sembarangan jatuh cinta. Kamu lupa... apa yang kita kubur dulu?” tanya Vanessa
Liam berdiri, suaranya tajam, “Itu masa lalu.”
Vanessa tersenyum miring. “Dan masa lalu… bisa hidup lagi kalau kamu mulai terlalu bahagia.”
Malam itu – Liam di rumah
Ia membuka laptop, menatap foto Kayla di forum Eropa. Lalu membuka folder rahasia — foto dan data seseorang dari masa lalu… sebuah dokumen berjudul:
“Surat pengakuan: Liam Mahendra & Proyek BioMed Singapore, 2019 – classified.”
Wajahnya lelah. Tapi ia bergumam pelan, “Kayla... aku janji, masa laluku tak akan menyentuhmu.”
Kayla menjadi pembicara termuda dalam forum dokter anak Eropa.
Media Indonesia mulai meliput dan menyebut namanya — “dokter muda inspiratif dari Indonesia.”
Vanessa, perempuan dari masa lalu Liam, mulai menyusun langkah dan mungkin, tak hanya datang sendiri.
Liam merahasiakan semuanya dari Kayla.
Aldi mengirim pesan suara ke Kakaknya, “Kak… aku bangga banget. Tapi aku mimpi buruk tadi malam. Kakak jangan sakit ya. Jangan tinggalin aku.”
Kayla: " iya kakak akan selalu jaga diri kamu jangan khawatir" balas Kayla
Setelah membalas pesan itu kaya mulai merasakan perasaan tidak enak, ia mulai mencari tau.
Bersambung
dia emng hbat,tgar...tp d dlm htinya psti skit...antara mmaafkn,tp tak bs mlupakan....tp skrng,ayhnya jg udh prgi...
btw istri dan anak2 nya bpk nya kayla kemana??
mkin hri mkin rme aja.....mkin pntr pula,bikn ortunya puyeng... /Facepalm//Facepalm//Facepalm/
good thor ❤👍
keren thor❤❤❤❤👍👍👍
good thor👍
trmksh 🙏