DI CINTA PRIA-PRIA TAMPAN

Sekian lama diam cemberut menahan tangis, Tania akhirnya menatap Frisco yang duduk disampingnya kesal.

"Ngapain kamu ikut duduk disini!?" hardiknya jengkel.

Frisco menoleh mengukir senyuman semanis mungkin, mencoba meredam marah Tania yang tiada habisnya.

"Aku 'kan nemenin kamu. Daripada bengong sendirian ntar kesurupan hantu cewek yang lagi gabut." Sahut Frisco bercanda.

Tania makin cemberut. Bibirnya manyun lima meter, bikin Frisco jadi gemas pengen nyubit bibir Tania yang kalau diperhatikan setiap kali manyun kelihatan seksoy dimata Frisco.

"Aku mau resign aja." Celetuk Tania kemudian mengagetkan Frisco.

"Hah!? kenapa resign!? Kamu ada masalah sama kak Rudi?!" Frisco menarik kedua bahu Tania sehingga berhadapan tepat padanya.

"Aku sebal sama kakakmu! Kamu juga!" Tania menyingkirkan kedua tangan Frisco yang memegang bahunya kasar.

Dia ingin cerita gimana perlakuan Pak Rudi pada Frisco, tapi dia takut, itu akan berdampak buruk pada hubungan kakak beradik itu. Tania sadar, semua itu terjadi karena dirinya. Pak Rudi dan Frisco bersaing untuk merebut perhatiannya.

"Ya udah, kamu resign dari kantor Rudi. Kamu kerja di hotelku saja. Aku jadikan asisten pribadiku. Mau nggak!?" Frisco langsung bersemangat menawarkan pekerjaan di hotel miliknya.

Bukannya senang, Tania malah jadi mewek.

"Duh Chiko..., kenapa sih, aku nggak bisa hidup tenang sehari saja tanpamu?!" ujar Tania gregetan.

Frisco terdiam seketika. Otaknya jadi berpikir, apa Tania segitu marah padanya? Apakah dirinya pria yang sangat menyebalkan dan membosankan? Frisco menyimpan rasa sedih dalam hatinya.

"Aku, aku menyukaimu Tania. Sangat menyukaimu. Mungkin aku terlalu menyebalkan dan menganggu kehidupanmu. Maafin aku. Aku janji, mulai hari ini nggak ganggu kamu lagi. Aku mungkin sudah salah kaprah, ku pikir kehadiranku akan membuat kamu bahagia dan bisa mengusir segala beban dihatimu. Nyatanya tidak, maafkan aku." Frisco terlihat sangat sedih dan kecewa.

Wajah tampannya terlihat memerah, menahan kesedihan yang mendalam. Tanpa permisi ataupun mengucapkan satu patah katapun, Frisco segera bangkit dari duduknya dan pergi meninggalkan Tania tanpa melihat lagi ke belakang.

Tania termangu melihat kepergian Frisco. Dia tak berusaha untuk menahan ataupun sekedar memanggil Frisco kembali. Mungkin itu lebih baik. Kepergian Frisco akan mempermudah jalannya untuk menjaga ikatan persaudaraan yang sudah renggang karena wanita.

*****

"Kamu yakin?! Kamu mau resign!?" Wajah pak Rudi terlihat sangat menakutkan.

Dia menatap Tania nyalang dan meremas seberkas surat yang baru saja di serahkan Tania padanya.

"Saya anggap ini cuma gurauan saja. Saya tidak izinkan kamu resign. Keluarlah! lanjutkan pekerjaanmu!" darah Pak Rudi mendidih.

"Tapi pak, saya...,

"Saya tidak peduli apapun alasanmu! Cepat keluar! Atau kamu mau saya benar-benar marah padamu Tania!" amarah Pak Rudi makin sulit untuk di bendung.

Tania masih tertunduk, memaku di tempatnya berdiri seraya memainkan jari jemarinya ketakutan melihat pak Rudi yang tak pernah semarah itu padanya.

"Apa kamu sengaja resign agar bisa bekerja dengan Frisco!? Kamu lebih memilih Frisco yang ternyata keturunan pengusaha kaya daripada aku yang cuma serpihan debu?" Nada bicara pak Rudi yang terdengar pesimis menyakitkan hati Tania.

"Bapak salah paham, saya lah yang tidak pantas untuk menjadi pendamping bapak. Saya cuma wanita biasa yang tak punya apapun untuk dibanggakan." Tania berusaha menutupi alasan sebenarnya agar Pak Rudi tidak tersinggung.

"Jangan membuat saya tertawa Tania. Kamu sudah mengetahui siapa diri saya sebenarnya. Apa bedanya saya denganmu!? Saya cuma anak tiri yang kebetulan beruntung mendapat bapak tiri yang baik. Tanpa papi saya, saya bukan siapa-siapa." Tutur pak Rudi menggigit bibir bawahnya getir.

"Itulah perbedaan kita pak, anda memiliki keberuntungan itu. Saya tidak. Saya tidak mau bermimpi, menjadi istri keluarga super kaya. Maafkan saya. Saya tetap ingin resign dari pekerjaan ini." Tekad Tania sudah bulat.

Dia bergegas pergi setelah memberi hormat, meninggalkan Pak Rudi yang cuma termangu di balik meja kerjanya. Percuma saja dia mengadukan Frisco pada papinya. Toh, Tania justru resign dari kantornya menggagalkan rencana busuk yang bertengger dikepalanya sedari tadi.

Baru saja Tania hendak melangkah keluar dari kantor tersebut, seorang wanita cantik dengan tampilan berkelas, tiba-tiba saja menghadang langkahnya.

"Kamu yang namanya Tania!?"

Tania terperangah memandang wanita yang ada dihadapannya dari ujung rambut hingga ujung kaki. Wanita itu seakan tak asing dimatanya. Dia lupa, pernah melihat wanita itu dimana.

"Maaf, mbak ini siapa?" tanya Tania ragu.

"Cih! Pura-pura nggak kenal segala. Nggak mungkin kamu nggak kenal aku sama sekali. Aku ini mommy nya Chantika. Mantan istri bosmu yang sok kalem tapi playboy itu!" semprotnya tanpa ragu-ragu menjelekkan mantan suaminya sebagai pria playboy.

Ingin rasanya Tania tertawa dalam hati. Bukannya kebalik, istrinya itu yang duluan selingkuh kabur dengan pria lain.

"Apa benar, kamu mau jadi ibu sambungnya Chantika heh!?" Matanya mendelik tajam mencari pembenaran atas info yang diberikan salah satu kerabat Jaya Atmaja yang pro pada dirinya.

"Tidak, anda salah paham. Saya tidak berminat sama sekali." Sahut Tania tegas, membuat wanita itu jadi membelalak.

"Hahaha..., sombong sekali kamu. Perempuan miskin kayak kamu berani menolak pesona Rudi!? Ah, aku tak percaya!" Dia tertawa geli, menganggap ucapan Tania hanyalah suatu kebohongan semata.

Tania tersenyum sinis. Wanita yang ada dihadapannya terlihat sangat menyedihkan sekali, karena menurut penilaian Tania, dia adalah wanita yang suka mengukur seseorang dari materi saja. Pantas saja ia meninggalkan pak Rudi begitu saja. Mungkin dia menyesal setelah mengetahui kenyataan yang sebenarnya kalau Pak Rudi cuma anak tiri bukan pewaris sesungguhnya Jaya Atmaja.

"Harusnya kamu jangan menolak, kenapa tidak terima saja. Dia selevel kok sama kamu. Miskin, tapi bermimpi jadi orang kaya!" Ucap wanita itu tajam menusuk ke setiap tulang dan menyatu dengan aliran darah Tania.

"Mbak, kalau mau menghina suami mbak, langsung saja ke orangnya. Jangan sama saya. Saya bukan siapa-siapa, percuma. Maaf permisi!" Tania masih menahan emosi yang sedari tadi sudah terkumpul penuh dalam dadanya.

Tadi suaminya, sekarang istrinya. Mereka berdua seolah berjodoh karena membuat Tania kesal hari ini.

"Enak aja kamu main pergi-pergi aja! Katakan dulu, apa benar kamu mau nikah sama si Rudi!?" wanita itu mendorong bahu Tania kasar, hingga Tania terdorong kebelakang dan nyaris jatuh.

Tania habis kesabaran. Padahal tadi sudah di jawab. Wanita itu masih juga ngeyel. Mau bilang berapa kali agar wanita itu percaya!? Tania sangat gusar dan mulai mengambil ancang-ancang. Meski dia tak jago silat ataupun taekwondo, hari ini ia mau praktek ilmu beladiri acak kadul. Walaupun nanti hasilnya belum tentu sesuai prediksi.

"Udah di bilang enggak masih juga ngotot! Bandel nih si mbak! Hiyaaaaat......!"

".....???????"

.

.

.

Apakah yang terjadi setelah ini saudara-saudara?

Silahkan anda pantau kelanjutannya 👌

BERSAMBUNG