Sahara, si arwah penasaran yang sekarang sudah menjadi pendamping keluarga Darmawan masih harus terus berperang melawan para jin dan manusia yang masih ingin mengganggu keluarga itu.
Tapi sekarang dia tidak hanya di temani Rukmini atau Gandra saja, ada dua anaknya yang merupakan algojo yang mendampingi Dimas dan Kania yang terikat perjodohan darah. mereka adalah Argadana dan Anggadana.
Bintang dan Galuh juga masih terus membantu anak anak mereka agar bisa hidup dengan tenang dalam masa penyatuan perjodohan itu.
mampukah Sahara dan kedua anaknya melindungi keluarga Darmawan terutama Dimas dan Kania?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ridwan01, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kasmaran
Di pesantren.
"Kania, apa tugas kelompok kamu sudah selesai?" tanya Aqilah
"Sudah, aku satu kelompok sama Zahwa dan Zaina" jawab Kania
"Punyaku belum, bagaimana ini" keluh Aqilah
"Memangnya kamu satu kelompok sama siapa?" tanya Kania
"Sama Meta dan Tari, mereka judes sama aku karena aku sudah menikah dengan ustadz Soleh, mereka bilang Aku sudah rebut ustadz Soleh dari kamu" jawab Aqilah
"Kamu jangan sedih, aku akan coba bilang sama Kiai Abidzar supaya kamu bisa masuk kelompok kami saja" bujuk Kania
"Terima kasih ya Kania, aku tidak tahu kenapa mereka tidak menyukaiku"
"Itu karena mereka iri, kamu yang di pilih ustadz Soleh, itu artinya kamu berharga untuk dia Aqilah, jangan pikirkan omongan orang orang, mereka hanya iri saja padamu karena jadi istri seorang ustadz Soleh yang terkenal di pesantren ini" bujuk Kania
"Iya, terima kasih ya Kania, kamu selalu jadi temanku yang paling baik" ungkap Aqilah
Mereka berjalan ke arah rumah Adrian untuk bertemu dengan Abidzar, meski Kania sekarang tidak banyak di temani teman temannya yang dulu setelah kejadian saat dia menikah dengan Dimas, tapi dia sama sekali tidak merasa sedih, dia masih punya Allah SWT, masih punya orang tuanya, kakak kakaknya, adiknya dan terutama Dimas.
"Assalamu'alaikum" sapa Kania dan Aqilah ketika sampai rumah Adrian
"Wa'alaikumussalam, Kania, Aqilah, mari sini" jawab Sari merangkul keduanya
"Sedang ada tamu ya Bu nyai?" tanya Kania
"Iya, ada seseorang yang ingin melamar Zahwa, tapi ayahnya tidak setuju karena Zahwa dan Zaina sudah dijodohkan dengan anak dari teman ayah mereka" jawab Sari berbisik
"Ayo lewat samping saja, itu urusan bapak bapak" ajak Sari membuat Kania dan Aqilah terkekeh
Kania sempat melihat ke dalam dan matanya melihat seorang lelaki dewasa, juga seorang perempuan muda yang mungkin adalah adik dari lelaki itu.
"Itu siapa Kiai?" tanya lelaki itu menunjukkan Kania yang sudah pergi bersama Sari
"Yang kerudung merah namanya Aqilah, dan yang kerudung biru namanya Kania, keduanya sudah menikah" jawab Adrian
"Sayang sekali pak Kiai, kita tidak bisa jadi besan, padahal saya sangat ingin sekali nak Zahwa atau nak Zaina jadi menantu kami" ungkap seorang pria paruh baya bernama Kismo
"Mau bagaimana lagi pak, anak anak sekarang lebih suka memilih jodohnya sendiri" jawab Adrian
"Apa tidak ada cucu anda yang lain Kiai? Kami ingin memperpanjang tali silaturahmi dengan keluarga pondok ini" tanya Kismo
"Ada, tapi tidak tinggal di sini, hanya Zahwa dan Zaina yang tinggal bersama saya, ada putri dari saudara kembar Delisha anak saya, namanya Mahira, ada juga putri dari Rayyan Raisha tapi dia sudah akan menikah" jawab Adrian
"Zahwa dan Zaina juga punya kakak perempuan, namanya Kalingga"
"Kalingga apakah di sini Kiai?" tanya anak dari Kismo yang bernama Riyadi
"Dia berkuliah di jakarta, semester akhir tahun ini lulus" jawab Adrian
Di dapur.
"Jadi kalian ke sini mau bicara sama Abidzar soal tugas? Nanti nyai bujuk Abidzar, jangan sama kalian nanti dia malah marah karena kalian tidak patuh pada perintah dia" ucap Sari
"Apa nanti kami tidak akan di sangka memanfaatkan Bu nyai?" tanya Kania
"Tidak, Abidzar itu tidak pernah bisa menolak keinginan nyai, kalian lihat saja besok, Aqilah akan pindah dengan kamu" ucap Sari yakin
"Terima kasih Bu nyai" ungkap keduanya memeluk Sari
"Kalian di sini?" tanya suara yang muncul dari balik jendela dapur rumah Adrian
"Pak ustadz sedang apa di sana?" tanya Aqilah karena suaminya terlihat sedang memperbaiki sesuai di halaman belakang rumah Adrian.
"Sedang membantu Kiai Aryasatya memperbaiki mesin air, katanya mesin air di sini rusak" jawab Soleh
"Oh.. Pantas saja air di toilet tidak menyala"
"Aqilah, nanti kan libur mengaji, kamu tidur di tempat mas ya mulai hari ini" ucap Soleh saat Sari dan Kania sedang sibuk mengobrol dekat kompor.
"Memangnya ustadz tidak mengajar kitab habis isya?" tanya Aqilah malu
"Tidak, ada ustadz Rauf yang isi, sekarang aku hanya mengisi kelas sekolah umum dan kelas sore untuk anak anak yang sekolah agama" jawab Soleh
"Iya kalau begitu" jawab Aqilah
"Ini kuncinya, kamu langsung masuk saja, aku sudah bilang kang Hamid kalau kamu akan tinggal di rumah para guru mulai hari ini" jawab Soleh
"Kania, kebetulan kamu ada di sini, Dimas katanya mau kesini besok, mau mengantar pesanan mesin air yang dia jual, saya pesan dari toko online miliknya" ucap Abidzar membuat Kania tersenyum senang
"Memangnya mesin air yang itu tidak bisa di perbaiki?" tanya Sari
"Rusak Oma, tapi kalau Dimas besok datang sini, mau Abi minta perbaiki, lumayan kalau masih bisa di perbaiki untuk mesin air di tempat para guru, kan di sana ada dua sumur, mungkin pengantin baru yang sedang kasmaran ini mau pakai mesinnya" jawab Abidzar setengah menggoda Soleh dan Aqilah yang malah asik mengobrol berdua.
"Pak Kiai bisa saja, tapi kalau ada sih boleh, supaya kalau saya mau mandi subuh subuh tidak perlu keluar dan nimba air" jawab Soleh yang setelah di rukiyah dan di hilangkan ingatannya tentang Kania jadi lebih terbuka.
"Pak ustadz ih, malu" rengek Aqilah membuatnya di tertawakan
"Mas, bukan ustadz, kalau di kelas baru boleh panggil ustadz" ucap Soleh
Kania ikut bahagia melihat guru dan sahabatnya itu bahagia, dia jadi tidak sabar menantikan kedatangan Dimas besok karena dia punya kejutan yang akan membuat Dimas bahagia.
*****
"Si Panji lagi ketar ketir pasti" ucap Gilang
"Kenapa ketar ketir?" tanya Dimas yang sedang mengemas mesin air yang sudah dia beli di kota untuk di bawa ke pesantren besok
"Iya lah, dia pasti ketar ketir bisa sampai ke malam pertama atau tidak" jawab Gilang tertawa
"Dia berani juga ya, tidak perduli meski calon istrinya itu perempuan bahu Laweyan" ungkap Sadam
"Itu bukti kalau cinta itu bisa menembus batas dan juga menghilangkan akal sehat" jawab Dimas
"Tapi gue khawatir Dim" ungkap Gibran
"Insya Allah Panji akan baik-baik saja, dia tulus mencintai Laras dan dari ketulusan itulah, semua kutukan dalam tubuh Laras akan hilang" jawab Dimas
"Hebat juga si Laras ini, bisa menutupi kesedihannya dengan fokus kerja" ungkap Restu
"Ayo berangkat ke KUA, nanti si Panji protes lagi karena kita telat datang" ajak Dimas
"Hihihi, ikut" ucap Sahara sudah menggandeng Dimas
"Jadi pager ayu nih ceritanya?" ledek Gibran
"Sahara mau jadi pagar makan tanaman" jawab Sahara
"Jangan, nanti kamu di amuk Gandra, sebaiknya kamu makan batagor saja" ucap Dimas
"Hihihi...iya, batagor enak, rumput nggak enak" jawab Sahara
Dimas masuk ke dalam mobilnya, begitupun para sahabatnya karena hari ini Panji akan melepas masa lajangnya dengan Laras yang sejak dua hari lalu di tahan Panji di rumahnya agar tidak kabur, orang tuanya sama sekali tidak keberatan karena keduanya ingin Laras menikah sebelum usia dua puluh delapan tahun dan sang suami harus hidup setidaknya sampai satu hari, setelah satu hari di pastikan Panji masih hidup, maka kutukan itu benar benar hilang sepenuhnya.
"Gue ketinggalan drama seru katanya kemarin lusa?" tanya Restu
"Iya, Lo harusnya lihat pas si Panji menggunakan keahlian mesumnya pada Laras, itu gadis sampai menangis karena mengira si Panji gila" jawab Dimas
"Parah memang si Panji ini, masa meluluhkan hati perempuan dengan cara di sosor paksa" cibir Restu
"Maaf pak Restu, bukannya anda juga sama" ledek Gibran
"Tepat sekali" jawab semua teman Restu termasuk Sahara
"Ada masalah" bisik Sahara
"Masalah apa?" tanya Dimas khawatir
"Samad datang ke rumah cah Bagus, Sahara nggak bisa ikut ke KUA, Sahara harus duduk dekat cah Bagus" jawab Sahara menghilang dari sana.
"Mau apa dia kemari" gumam Dimas