NovelToon NovelToon
CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

CINTA DI BALIK DENDAM SANG BODYGUARD

Status: sedang berlangsung
Genre:Mafia
Popularitas:2.7k
Nilai: 5
Nama Author: Rii Rya

dendam adalah hidupnya. Melindungi adalah tugasnya. Tapi saat hati mulai jatuh pada wanita yang seharusnya hanya ia jaga, Alejandro terjebak antara cinta... dan balas dendam yang belum usai.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Rii Rya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

eps 33

Elena terbangun, dia memegangi kepalanya yang terasa pusing. Tak lama gadis itu terkesiap saat menyadari bahwa dirinya ada di tempat asing.

Dia menyibak selimut dan bergegas ingin pergi namun kedatangan Damian membuatnya berhenti.

Elena kau sudah bangun? Saya membawakanmu sarapan," Elena menatap dingin, menahan emosi kearah Pria yang baru seminggu menjadi bosnya itu. Pria itu berdiri di ambang pintu dengan nampan berisi sepiring roti dan segelas susu di tangannya.

"Elena..." Panggil Damian merasa Elena bersikap aneh.

"Kenapa saya bisa tidur di sini? Dan kenapa anda membiarkan saya... pak Damian?"

"Kau kelelahan dan ketiduran, Elena. Itu sebabnya saya membiarkanmu beristirahat," balas Damian dengan nada suara biasa.

Elena lekas menggeleng "Tidak, Saya ingat betul sore itu, "Elena menahan kalimatnya sebentar. Dia mengambil napas singkat lalu kembali berbicara dengan nada suara yang terdengar lebih menusuk.

"Jus jeruk itu... Anda campur apa?" ucapan Elena berhasil membuat Damian terkejut, Pria itu salah mengira, ternyata Elena bukanlah gadis bodoh yang akan percaya begitu saja pada perkataannya.

Elena hendak pergi namun Damian segera menahannya "Elena, ini tidak seperti yang kau pikirkan, Saya tidak pernah berniat jahat terhadapmu," ujarnya, suaranya pelan. Dia takut jika Elena berakhir benci.

Elena melepaskan genggaman tangan Damian dari lengannya "raut wajah anda bahkan sudah menjelaskan semuanya, pak Damian, tapi maaf... Pekerjaan ini, tidak bisa di lanjutkan lagi, Saya kecewa karena anda telah lancang," Elena berbalik dan pergi tanpa menoleh kembali. Dia benar-benar kecewa dan tidak habis pikir.

Damian menatap punggung gadis itu yang sudah menjauh, dan prankk! Piring berisi sarapan dan segelas susu itu pecah berkeping-keping, Pria itu membalikkan meja dan menghantamnya ke dinding.

"Kau tidak boleh meninggalkanku seperti ini, Elena," gumamnya penuh penekanan, tangannya mengepal erat sehingga membuat kuku-kukunya memutih.

Elena berjalan gontai sambil sesekali memegangi kepalanya yang masih terasa pusing. Tubuhnya lemas. Langkahnya melambat. Gadis itu berhenti sejenak untuk memeriksa pakaiannya. Dia bernapas lega. Setidaknya Damian tak berbuat macam-macam padanya.

Saat hendak menyeberang, Elena tidak fokus, dia langsung terhuyung kebelakang dan terjatuh saat sebuah mobil hampir menabrak nya.

Seorang pria dan wanita bergegas turun menghampiri Elena.

"Elena?" ucap Sean kaget begitu juga dengan Alana yang ikut berjongkok disebelahnya.

"Kau kenal gadis ini?" Alana melihat kearah suaminya lalu kembali menatap Elena "Apa kau baik-baik saja, ayo kita ke rumah sakit sekarang,"

"Dia putri mendiang tuan wigantara, Sayang, tapi kenapa kau bisa ada disini, Elena," tanya Sean yang bingung, pikirnya Elena tidak mungkin keluar sembarangan di saat situasi yang berbahaya baginya karena Diana pasti tengah mengincar gadis itu.

"S-saya baik-baik saja, saya hanya ingin pulang sekarang," jawab Elena yang masih terkejut dan mengatur napasnya.

Alana melihat kearah Sean. Suaminya itu mengangguk singkat.

Alana membantu Elena berdiri dan membawanya masuk kedalam mobil mereka.

Di sepanjang perjalanan, Alana terus menggenggam tangan gadis cantik itu, Dia bisa merasakan adanya luka besar dari matanya.

Mobil mewah itu berhenti tepat didepan pagar besi berwarna marun. Alana membantu Elena keluar dengan hati-hati, begitu juga dengan Sean.

"Terima kasih atas bantuan kalian," ucap Elena sembari sedikit membungkuk lalu membuka pagar dan masuk.

Dahi Sean berkerut sempurna melihat rumah yang di tempati oleh Elena, kenapa anak itu tinggal di tempat ini dan kemana Alejandro? Batinnya bertanya-tanya.

Di dalam mobil, Alana menatap kearah Sean, sebenarnya dia hendak mengatakan sesuatu namun dia ragu.

"Ada apa, sayang? Kau ingin mengatakan sesuatu, hmm? Sean peka, dia menggenggam tangan istrinya sedangkan tangan satunya lagi memegang stir.

"Terlihat begitu jelas ya di wajahku?"

Sean tertawa renyah "usia pernikahan kita sudah belasan tahun, sayang dan kau masih meragukan kemampuanku?"

"Sayang..." Panggil Alana dengan lembut.

"Bagaimana kalau Elena jadi putri angkat kita, aku kasihan padanya, aku merasa seperti melihat diriku yang dulu," ujar Alana menatap lekat ke arah Sean.

"Tapi tidak segampang itu, sayang. Aku tidak menolaknya, hanya saja hal ini harus dibicarakan oleh kedua belah pihak, kau mengerti, kan, apa yang ku maksud?"

Alana tersenyum dan mengangguk paham, dia bergelayut manja di lengan kekar Sean.

"Jangan aneh-aneh ya, suamimu ini harus fokus saat menyetir," ucap Sean saat Alana bergelayut di lengannya tapi tangannya bergerak menyusuri leher Sean.

"Aku hanya penasaran dengan apa yang dikatakan oleh Ryuga waktu itu, apakah itu benar?" Alana memiringkan kepalanya lebih dekat dengan Sean.

Sean berdehem menetralisir rasa gugupnya, darahnya berdesir hebat saat melihat bibir merah muda milik istrinya itu.

"Ryuga bilang apa?"

"Bilang kalau dulu kau suka nyosor duluan," ucap Alana dengan polosnya sehingga membuat Sean refleks mengerem mendadak.

Beruntung jalanan sepi.

Wajah Sean memerah malu. Telinga nya terasa panas apalagi saat Alana menarik wajahnya mendekat. Jelas, Sean tak bisa mengalihkan pandangannya dari bibir lembut itu.

Mungkin Sean lupa, Alana sekarang bukanlah Alana yang dulu, kali ini wanita itu jauh lebih berani terang-terangan menggodanya seperti ini tapi Sean menyukainya.

Sean bergerak ingin menciumnya tapi Alana menahan dengan jarinya.

Alih-alih memberi apa yang diinginkan oleh Sean, wanita itu malah mencubit kedua pipi pria itu dengan gemas.

"Kau ini kenapa tampan sekali, sih, lucu lagi," Alana tergelak melihat ekspresi wajah suaminya yang meredup.

Sean mengusap kedua pipinya "sebaiknya kau berhati-hati mulai sekarang, aku tidak akan membiarkanmu menyentuhku secara gratis lagi," ucapnya di selingi tawa renyah.

"Ale... " Panggil Elena di depan pintu kamarnya, dia melihat Alejandro tengah duduk di pinggir ranjang sambil memperhatikan laptop yang menyala.

Alejandro menoleh, Dia meletakkan laptop itu ke atas ranjang lalu bangkit dan berjalan mendekati Elena dengan cepat.

Namun tanpa aba-aba

Alejandro mendorong tubuh Elena hingga menyentuh dinding yang terasa dingin, tidak kasar namun terkesan menuntut.

"Apa yang kau... " Tak memberi kesempatan pada gadis itu untuk menyelesaikan kalimatnya, Alejandro mencium bibir merah muda itu dengan kasar seakan ada rasa kekecewaan, cinta dan amarah yang ingin dia luapkan.

Elena memukul dada Alejandro, mencoba mendorong tubuh pria itu agar melepaskan tautannya. Dia hampir kehabisan napas.

Namun Alejandro memilih untuk menarik pinggang ramping itu lebih dekat tanpa berniat melepaskan ciumannya.

Airmata menetes mengenai wajahnya, Alejandro berhenti dan mengatur napasnya yang tersengal-sengal.

PLAK! Satu tamparan keras mendarat di wajah pria tampan itu untuk pertama kalinya.

Tubuh Elena bergetar, gadis itu menangis, hatinya kecewa dan sakit seakan tertancap ratusan anak panah beracun. Perlakuan Alejandro seakan membuka luka lama baginya yang hampir di lecehkan oleh Arthur dulu.

Elena menatap nyalang pada pria yang tak bergeser sedikit pun dari posisinya.

"Elena... "

"Berhenti menyebut namaku!" Pekiknya dengan airmata yang mengalir. Dia menutup kedua telinganya rapat-rapat.

Alejandro menarik gadis itu membawanya kedalam pelukannya meskipun jelas Elena berontak, dia tetap tak membiarkan gadis itu bergerak sedikitpun untuk menjauhinya.

"Kenapa kau lakukan ini semua, Elena... Aku tidak butuh bantuanmu, Aku hanya ingin kau tetap di sisiku," Alejandro mengusap belakang kepala gadis itu, airmata menggenang di pelupuk matanya dia teringat saat tak sengaja melihat daftar rumah sakit yang bisa menangani pasien tuli dan semua biayanya sangat mahal. Alejandro menyadari suatu hal bahwa Elena ingin bekerja keras untuk kesembuhannya.

Seketika Alejandro tersadar dan merasa bersalah karena telah lancang pada Elena.

"Aku kecewa pada diriku sendiri, Elena... Aku merasa tidak berguna," suara isakan mereka saling beradu dalam hangatnya pelukan di pagi itu.

Elena tak menjawabnya. Dia terus terisak tanpa berniat membalas pelukan itu. Tangannya menggenggam erat ujung jaket pria itu.

Kedua insan itu seakan melepaskan hal yang mengganjal di hati. Kesalahpahaman hampir membuat hubungan keduanya renggang.

Di saat Elena bertekad untuk membantu pengobatan Alejandro namun di saat itu pula Alejandro mengetahuinya dan membuatnya merasa tak berguna.

1
Mamimi Samejima
Terinspirasi
Rock
Gak nyangka bisa sebagus ini.
Rya_rii: terima kasih 😊
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!