Dinda memilih untuk menikah dengan seorang duda beranak satu setelah dirinya disakiti oleh kekasihnya berkali-kali. Siapa sangka, awalnya Dinda menerima pinangan dari keluarga suaminya agar ia berhenti di ganggu oleh mantan pacarnya, namun justru ia berusaha untuk mendapatkan cinta suami dari hasil perjodohannya itu.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Hasriani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagian 24
Setelah menerima pemberian Indra, Dinda pun berpamitan pulang. Indra berniat mengantarnya keluar namun Dinda menolaknya, ia merasa tidak enak karena Indra juga pasti kelelahan.
Akhinya Dinda keluar dari rumah Indra sendiri, berjalan menuju ke mobilnya lalu membawa mobilnya pergi dari sana.
Sepanjang perjalanannya pulang ke rumahnya, ia tidak berhenti mencuri perhatian pada Cheesecake pemberian Indra yang ia letakkan di kursi sampingnya.
Senyum terukir diwajahnya, sudah lama ia tidak diberikan sesuatu oleh seseorang.
***
Mobil Dinda memasuki halaman rumahnya setelah menempuh perjalanan yang lumayan jauh dari jarak rumah Indra ke rumahnya, ia mematikan mesin mobilnya dan segera turun dari mobil dengan wajah berseri menenteng sekotak kue berisikan potongan Cheesecake.
"Dinda.." Sapa seseorang dari belakang, saat Dinda berbalik senyumnya langsung luntur.
"Yuda." Dinda dibuat begitu terkejut dengan kehadiran Yuda disana.
"Kamu dari mana saja?, aku sudah menunggu kamu dari pagi tadi." Tanya Yuda penasaran kemana perginya Dinda seharian ini.
"Bukan urusan kamu." Ucap Dinda dan langsung berbalik melangkah menjauh.
"Dinda sebentar." Pinta Yuda menarik tangan Dinda.
"Lepas Yuda." Tidak tinggal diam, Dinda menepis tangan Yuda.
"Aku cuma mau kasih kamu ini, kesukaan kamu, hari ini saja." Ucap Yuda sembari memberikan kotak kue kecil transparan berisi kue favorit Dinda.
"Tidak perlu, terima kasih." Tolak Dinda tidak mau menerima apapun lagi dari Yuda.
"Diterima yah Dinda, tadi aku ke cafe favorit kamu, aku lihat ini dan ingat kamu suka sekali sama cake satu ini, jadi.." Yuda menggantungkan kata-katanya saat matanya tertuju pada kotak kue yang sama ditangan Dinda ,"Siapa yang kasih kamu cake itu?." Tanyanya dengan tatapan yang dingin.
"Aku sudah bilang, bukan urusan kamu Yuda." Tegas Dinda merasa benar-benar lelah berurusan dengan Yuda.
"JAWAB DINDA SIAPA?!.".Yuda meninggikan suaranya membuat Dinda ketakutan.
"Lebih baik kamu pergi Yuda." Kata Dinda dengan suara yang bergetar berusaha melawan rasa takutnya.
Pintu rumah Dinda terbuka dan Ayahnya segera keluar dari dalam sana saat mendengar suara laki-laki membentak putrinya.
"Dinda.." Panggil Papanya segera menghampirinya.
"Papa.." Dinda merasa begitu lega saat Ayahnya datang.
Dengan cepat ia berdiri dibelakang Ayahnya yang sudah mengambil tempat didepan Yuda untuk melindungi putrinya.
"Mau apa lagi kamu mencari anak saya?." Tanya Ayahnya Dinda dengan wajah yang garang, ia sangat tidak suka melihat wajah Yuda, wajah yang sudah melukai hati putrinya berkali-kali.
"Sa..saya.." Yuda merasa gugup karena kedapatan membentak Dinda, padahal ia sangat ingin memperlihatkan kelakuan baiknya didepan orangtua Dinda.
"Berhenti mengikuti anak saya atau saya lapor ke polisi kamu." Ucap Ayahnya Dinda dengan tegas.
"Kita masuk saja Pa." Ajak Dinda menarik pelan tangan Ayahnya.
"Awas kamu." Kata Ayahnya Dinda menunjuk Yuda memberikan peringatan untuk laki-laki itu.
***
Setelah kejadian tadi, Dinda terdiam dikamarnya, ia mulai memikirkan keseriusan Yuda mengejarnya terus menerus. Ketakutan pun mulai menghampirinya, bagaimana seandainya Yuda berbuat hal yang bisa membahayakannya dan juga orang-orang di sekitar Dinda.
Yuda yang ia kenal sudah tidak seperti dulu lagi, Yuda baginya orang yang sangat lembut dan penuh perhatian, walau beberapa kali ia kedapatan selingkuh oleh Dinda tidak membuatnya berubah menjadi orang yang Kasar.
Bukan tanpa alasan Dinda memaafkannya berkali-kali, kebaikan Yuda dan penyesalannya setelah melakukan kesalahan padanya sangat berbeda dari sekarang.
Handphone Dinda yang berbunyi dari notifikasi pesan WhatsApp membuat lamunannya buyar, ia segera meraih handphonenya diatas meja dan membuka pesan yang berasal dari Indra.
"Katanya Mama berangkat dari Surabaya tengah malam nanti, besok kalau kamu tidak ada kesibukan Mama panggil kamu ke rumahnya, katanya mau kasih oleh-oleh buat kamu." Bunyi pesan dari Indra.
Dinda pun segera membalas pesan Indra.
"Iya kak, besok aku ke rumah Mamanya kak Indra." Balas Dinda.
Tidak ada percakapan lebih lanjut setelah Dinda membalas pesan Indra, ia pun meletakkan handphonenya kembali di meja.
***
Pagi harinya, Dinda bangun dari tidurnya. Badannya masih sama, terasa pegal semua setelah kemarin menjaga Ciara seharian.
Dengan malas ia beranjak turun dari tempat tidurnya dan berjalan menuju ke kamar mandi.
Setelah selesai mandi dan bersiap-siap, ia turun ke meja makan untuk sarapan bersama Ayahnya.
"Pagi Papa." Sapa Dinda terlebih dahulu.
"Pagi sayang, ayo sarapan." Ajak Papanya yang sudah mulai sarapan lebih dulu.
"Iya Pa." Jawab Dinda.
Dinda berjalan ke arah kulkas dan mengambil Cake yang semalam ia bawa dari dalam sana, membawanya ke meja makan dan meletakkannya disana, ia lalu menarik kursi dan duduk disana lalu mulai memakan cake tersebut.
"Tidak makan roti?." Tanya Papanya, Dinda pun menggeleng.
"Ini saja Pa, kemarin kak Indra yang kasih, sayang kalau tidak dimakan segera." Jawab Dinda yang moodnya sudah naik karena sarapan kue favoritnya.
"Sayang kuenya apa sayang Indranya?." Dinda menatap Ayahnya kaget tidak menyangka apa yang dikatakan oleh Ayahnya barusan.
"Apasih Papa." Ucap Dinda salah tingkah.
"Mau ke rumah Indra lagi?." Tanya Papanya lagi karena melihat putrinya sudah berpakaian rapih sepagi ini.
"Ke rumah Mamanya, Mamanya pulang dari Surabaya tadi malam, katanya mau kasih oleh-oleh buat Dinda." Kata Dinda menjelaskan.
"Keluarga Indra baik sekali yah." Ayahnya Dinda merasa bersyukur putrinya selalu dikelilingi orang yang baik.
"Iya Pa, makanya Dinda suka membantu mereka kalau mereka butuh bantuan Dinda." Jawab Dinda tersenyum, kata-katanya terdengar begitu tulus.
"Anak Papa tidak kalah baiknya." Kata Ayahnya merasa begitu bangga pada putrinya.
Seperti biasa, Dinda melakukan rutinitasnya setelah selesai sarapan. Membersihkan meja makan, mencuci piring kemudian bersiap untuk berangkat setelah semuanya selesai.
***
Dinda segera keluar dari mobilnya begitu sampai didepan rumah Ibunya Indra, dengan cepat ia berjalan masuk ke dalam. Kedatangannya disambut dengan hangat oleh para orang yang bekerja disana.
"Selamat Pagi Tante." Sapa Dinda begitu masuk ke dalam rumah Ibunya Indra dan mendapatinya tengah menggendong Ciara didalam sana.
"Aduh anak cantiknya Tante sudah datang." Tidak kalah senangnya.
Ibunya Indra menyapa balik Dinda dan berjalan memeluknya dengan pelan karena Ciara ada ditengah-tengah mereka.
"Ayo sayang duduk dulu." Ajak Ibunya Indra, mereka berdua lalu duduk diruang tengah yang tidak jauh dari pintu masuk.
"Katanya Tante tiga hari di Surabaya." Kata Dinda begitu mereka duduk.
"Keadaan kakak Tante sudah lebih baik, Tante juga tidak enak merepotkan kamu menjaga Ciara." Jawab Ibunya Indra mengusap pelan punggung tangan Dinda.
"Padahal Dinda tidak merasa repot sama sekali." Ucap Dinda sembari tersenyum.
"Tante yang tidak enak sayang." Jawab Ibunya Indra yang merasa sangat senang dengan ketulusan Dinda.