NovelToon NovelToon
Lima Langkah Takdir

Lima Langkah Takdir

Status: sedang berlangsung
Genre:Teen / Romantis / Cintapertama / Cintamanis / Beda Usia / Persahabatan
Popularitas:1.6k
Nilai: 5
Nama Author: Alfaira_13

Hanya berjarak lima langkah dari rumah, Satya dan Sekar lebih sering jadi musuh bebuyutan daripada tetangga.

Satya—pemilik toko donat yang lebih akrab dipanggil Bang... Sat.
Dan Sekar—siswi SMA pecinta donat strawberry buatan Satya yang selalu berhasil merepotkan Satya

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Alfaira_13, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

14. Tantangan

Suasana di toko donat siang ini cukup ramai. Bau harum dari donat-donat bercampur dengan aroma manis memenuhi udara. Aluna berdiri di balik meja kasir, senyum ramahnya tetap terjaga saat memberikan rekomendasi menu kepada pelanggan di depannya. Elmira sibuk memberikan topping donat di dapur. Dan Rasya sibuk membersihkan meja-meja di lantai bawah yang baru saja ditinggalkan oleh pelanggan.

Suara lonceng di atas pintu berbunyi nyaring saat Satya masuk. Di belakangnya, Rakha dan Sekar menyusul. Dengan penampilan yang sudah rapi dan segar setelah pagi tadi bersepeda. Sekar tanpa aba-aba melangkah kecil menghampiri Elmira di dapur. Membantunya memberi topping donat. Sementara Rakha, masih berdiri dibalik punggung Satya.

Meski sudah hampir seminggu tinggal bersama Satya, ini kali pertama Rakha mampir ke toko donat miliknya. Sebenarnya, Rakha sempat menolak. Tapi Satya dan Sekar berhasil membujuknya dan menarik Rakha untuk ikut. Lebih tepatnya, tak ada pilihan lain. Dan Rakha memang diharuskan mengikuti ajakan keduanya.

"Siang banget lo dateng," sapa Rasya dengan suara pelan. takut mengganggu pelanggan yang duduk di sudut. Dua wanita yang sedang berbincang ringan.

"Biasa, ngasuh dulu bocah dua," jawab Satya. Ia melepas topi hitamnya dan mengibaskan sedikit rambutnya yang acak-acakan.

Rasya melongok, pandangannya jatuh kepada Rakha yang berdiri canggung. "Yang cowok... adek tiri lo?" tunjuk Rasya.

Satya melirik sekilas ke belakang, lalu menoleh dengan tatapan malas. "Adek gua."

Rasya terkekeh, sensitif sekali pikirnya. "Iya, iya..., lucu juga ya, mukanya kalem. Kaya anak yang pendiem."

Satya mengerutkan kening. "Maksud lo apa?"

"Muka lo mah nyebelin Sat, gak enak buat dipandang," goda Rasya.

"Anjing lo!" maki Satya tak terima.

Rakha hanya tersenyum simpul. Ia tetap diam di belakang Satya, seperti bayangan. Tak tahu harus ikut menyapa atau menunggu diajak bicara. Suara-suara di dalam toko terasa asing, membuatnya tak terbiasa. Ia terbiasa menyendiri daripada berbaur di tempat ramai.

Rasya mendekat, menyodorkan tangan. "Kenalin, gua Rasya."

Rakha menerima uluran itu dengan sedikit ragu. "Rakha."

"Lo masuk aja ke ruangan gua. Nanti gua sama Sekar nyusul!" titah Satya. Ia menunjuk pintu cokelat yang berada di ujung. Ruang tempatnya biasa beristirahat dan mengecek laporan keuangan toko.

"Oke." Rakha menurut dan melangkah pelan. Seperti seorang tamu.

Sedangkan Satya, pria itu menyusul Sekar di dapur. Berjaga-jaga, takut Sekar menghabiskan semua stok donat yang tersedia di dapur. Jika dibiarkan, toko donatnya tak akan bisa bertahan lama. Mungkin, esok hari sudah tutup karena tak bisa membeli bahan-bahan untuk membuat donat.

"Jangan lo makan semua donatnya!" omel Satya setelah tiba di dapur.

Sekar menyengir kuda. Satu donat yang baru saja matang berada di tangan kanannya. Sudah tak utuh. Sekar berhasil menggigitnya sekali. Lalu, Satya datang dengan tatapan tajamnya. Memberi peringatan. Di sampingnya, Elmira hanya diam. Menegur Sekar pun ia segan.

Rakha masuk ke dalam ruangan Satya. Ia melepaskan jaket hitamnya dan melemparkannya begitu saja ke sandaran sofa panjang. Mengambil remot AC dari atas meja dan menekan tombol power. Membiarkan udara dingin mengisi di dalam ruangan. Kemudian, ia menyandarkan punggungnya di sofa.

Pandangan Rakha berkeliling, menjelajah dinding-dinding ruangan yang penuh bingkai foto. Beberapa digantung rapi, sebagian lagi hanya disandarkan di rak dan meja. Sebagian besar berisikan foto Rinjani, dan Satya yang masih kecil. Lalu matanya beralih, menatap dinding lain. Barisan bingkai foto yang lebih baru.

Ada Sekar kecil yang tertawa sambil memegang donat, di belakangnya, Satya menahan tubuh Sekar. Lalu, foto Sekar dengan seragam sekolah TK, bersama Satya dan Rinjani yang tersenyum lebar menghadap kamera.

Rakha mengerjap pelan. Tidak marah. Hanya merasa tak nyaman. Takut kehadirannya yang tiba-tiba mengganggu hubungan mereka.

Ia bangkit, berjalan pelan ke arah salah satu rak dinding. Mengambil salah satu bingkai foto yang menarik perhatiannya. Di dalam bingkai itu, tampak Satya yang memakai seragam SMA. Di sampingnya, Rinjani mengenakan dress lengan pendek berwarna biru muda. Keduanya berdiri di depan gerbang sekolah, tangan mereka saling menggenggam erat.

Tepat dibawah foto tertulis *Hari pertama SMA*.

Rakha menatap foto itu lama. Ada kehangatan yang terpancar, tapi juga rasa iri di hatinya. Ia tahu, ini bagian dari kehidupan yang tak pernah bisa ia miliki. Sejak kecil, yang selalu menemaninya di hari kelulusan adalah pengasuhnya. Mungkin, hanya ada beberapa bingkai foto yang terpajang di rumahnya bersama Sakha. Tinggal bersama Satya seperti berada di dunia lain yang tak pernah dimiliki sebelumnya. Terlalu penuh dengan warna kehidupan.

Langkah kaki terdengar di depan pintu. Satya dan Sekar muncul bersama, membawa satu kotak donat dan tiga minuman dingin. Tawa mereka kecil, ringan, seperti dua orang sahabat yang baru saja berbagi lelucon di sepanjang jalan.

Susah payah Satya membujuk Sekar agar meninggalkan area dapur. Sudah terlalu hafal dengan gelagatnya, Sekar benar-benar menghabiskan donat yang baru matang.

"Rak, lo mau rasa apa?" tanya Satya. Mendekat ke arah Rakha yang sedang bermain ponsel sambil merebahkan tubuhnya di sofa.

"Yang strawberry punya gua," sahut Sekar ikut menyusul langkah Satya di belakangnya.

"Cokelat," jawab Rakha cepat. Asal jawab saja, ia bahkan belum sempat melihat isi kotak. Ia bangkit dari sofa, menegakkan tubuhnya. Menunggu Sekar membuka kotak donat.

Sekar, duduk di lantai, di atas sebuah karpet. Membuka kotak donat dengan berbagai macam varian dan topping. Satya duduk di samping Rakha, mengambil satu donat dengan vanilla di atasnya.

Rakha mengambil donat rasa cokelat dan menggigit ujungnya pelan. Pas. Tidak terlalu manis.

Sekar menggigit donat strawberry favoritnya. Lalu menoleh ke arah Rakha dan Satya. "Kapan-kapan... kita nonton movie Korea di bioskop yuk!"

Rakha melirik. "Boleh, kalo filmnya ada yang bagus."

"Lo ngajak gua..." matanya memicing curiga. "buat bayarin tiketnya kan?"

Sekar langsung menyodorkan minuman dinginnya ke Satya. "Kalo bukan lo yang bayarin, gua gak akan ngajak lo."

Satya melirik malas. Meneguk minuman dingin miliknya. "Gua gak mau," tolak Satya.

"Pelit banget sih lo!"

"Bayar masing-masing. Gua bukan ATM berjalan kalian."

Sekar mendecak kesal. "Tapi lo Abang gua. Dan Abang yang baik gak akan ngebiarin Adeknya pergi tanpa uang."

Satya mengulurkan tangannya dengan senyum licik. "Kalo gitu... gua kasih lo tantangan. Kalo berhasil, gua bayarin tiket nonton—plus makan di tempat yang lo mau."

Sekar menerima uluran tangannya, menjabatnya seperti tanda terima yang biasa ia lihat di drama. "Boleh. Gua terima!"

Senyum kemenangan langsung terbit di wajahnya. "Tapi jangan nyesel ya, Bang. Kalo gua menang, gua gak akan minta makan yang murah."

Satya mendekat, berbisik tepat di telinga Sekar. Seketika, kedua matanya membulat sempurna. Rahangnya turun sedikit, dan wajah yang tadi percaya diri menerima tantangan Satya, kini berubah cemas.

Diantara mereka, Rakha diam. Masih dengan donat yang entah mengapa tak habis-habis sejak tadi. Seperti... gigitannya terlalu kecil untuk menghabiskan satu potong donat.

"Lo serius!?" katanya dengan ekspresi tak percaya.

Satya mengambil satu potong donat lagi. Ia menggigitnya sambil melirik Sekar dengan wajah polos. Ia ingin tahu jawaban Sekar setelah Satya memberinya tantangan.

Sekar memejamkan matanya sejenak. Memikirkan kembali tantangan yang diberikan Satya. Terlalu berisiko, tapi jika ia menolak—harga dirinya dipertaruhkan. Dan Satya... akan mengungkitnya selalu. Menjadikan kelemahannya. Sekar tak mau hal itu terjadi. Tidak, demi harga dirinya.

1
Eli sulastri
apa nantinya mereka jadi pasangan kekasih?
Alfaira: Boleh ditebak2 sendiri 🫰🏻 tapi keknya udah ketebak sii 😅
total 1 replies
Eli sulastri
bahagianya liat adik kakak akur
Alfaira: Haruss dong kakakk, kan tetap keluarga 🫰🏻
total 1 replies
Roxanne MA
haii ka aku mampir nih, yuk mampir juga di novel ku yang berjudul "dokterku berprofesi menjadi banci" kita bisa saling support ya kak salken
Alfaira: boleh bangett kakkk
total 1 replies
Roxanne MA
haha lucu bngt nih couple
Roxanne MA
haha maksa banget
Roxanne MA
bisa bisanya dia ngomong kaya gitu
elica
wihh kerenya✨❤️
ditunggu next chapter ya kak😁
jangan lupa mampir dan ninggalin like dan komen sesuai apa yang di kasih ya biar kita sama-sama support✨🥺🙏
elica: jangan lupa like nya juga ya kak❤️
Alfaira: Seneng bangettt. bolehh ko. aku baca karyamu juga yaaa walaupun gak langsung semua 😚
total 2 replies
Reaz
tetap semangat thor.../Ok//Good/
sekalian mampir juga.../Coffee//Coffee//Coffee/
Alfaira: wahhh bolehhh bangettt, ditunggu ya kedatanganku pas lagi senggang
total 1 replies
Bulanbintang
Sedikit masukan, Kak. Di kalimat ... dari makam Rinjani, Satya berhenti.
Dikasih koma ya, Kak. Biar lebih enak bacanya. Semangat terus nulisnya!😉
Bulanbintang: gk papa, emang suka kelewat aja biasanya. 😄
Alfaira: makasiii, akuu revisi 🫡 masih suka gak fokus kadang
total 2 replies
Bulanbintang
Greget sama nama kontaknya. Mana bacanya sambil ngegas pula. 😂😂🤣
Alfaira: hihiii , gak ngegas gak asik kak di hidupku
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!