Ziva adalah seorang penulis novel romantis, tapi walaupun begitu dia tidak pernah sekali pun menjalin hubungan di dunia nyata.
tinggal sendiri tanpa orang tua,membuat dia semakin menutup dirinya tentang cinta, atau mungkin dia lebih ke tidak peka.
Suatu hari salah satu novel nya akan di jadikan sebuah film oleh salah satu sutradara, tapi mereka menyuruh ziva menambah peran figuran tambahan sebagai pemanis cerita.
Sebuah kejadian menimpa nya, dia di nyatakan koma setelah menolong seorang aktris papan atas, yang meninggal kan sebuah tanda tanya di akhir kesadaran ziva.
Keanehan terjadi saat dia bangun dan ternyata masuk ke dalam novel yang dia tulis, dan menajdi figuran menyedihkan yang dia tulis malam hari nya.
Posisi aneh di mana dia malah berpindah di saat sangat figuran telah melakukan malam panas dengan sang antagonis pria.
Bagaimana kelanjutan nya, ikuti kisah nya....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon yulia setiani, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 28 sebuah tamparan
Silas dengan marah langsung berjalan mendekati jesica yang terlihat tersenyum remeh, sambil bersedekap dada di sana.
"Jangan meremehkan dia. " ucap Silas marah.
Plak.
Deg.
Semua ini terdiam melihat amarah Silas, dan penamparan yang terjadi di depan mereka saat ini.
"Netta!! " teriak jesica kaget.
Netta yang sudah tau alur di mana jesica akan di tampar Silas, dan di situlah bumbu kemarahan jesica mulai muncul pada Michelle.
Saat melihat Silas yang terlihat begitu marah, dan mendekati jesica, Netta langsung menerobos kerumunan lalu melindungi jesica.
Wajah nya tertoleh karena tamparan Silas yang ternyata sangat kuat, ia kira tadi tidak akan sekuat ini.
Bahkan sudut bibir nya pecah karena tamparan yang tidak main main kerasnya itu.
'Sial, ternyata sangat sakit. 'Batin Netta meringis.
Silas sama terkejut nya saat melihat Netta di depan nya, apalagi dia menampar gadis itu tadi.
"Netta." kaget Silas.
Ia memegang bahu Netta, lalu menarik lembut dagu gadis itu, untuk melihat luka di wajahnya akibat tamparan nya barusan.
"Maaf." lirih Silas.
"Netta, kamu gak papa. " tanya jesica di belakang Netta.
Netta melepaskan tangan silas dari wajahnya, ia meringis saat bibir nya terasa perih.
Lalu menatap jesica dan menggeleng pelan, ia pun menatap silas yang menatap nya khawatir.
"Saya harap anda tidak melakukan kekerasan pada perempuan, tuan. " ucap Netta datar.
"Netta aku... Maaf. " ucap silas sendu.
Netta diam, ia menatap Michelle yang menatap nya marah di belakang sana, ia terkekeh pelan.
"Netta kamu kenapa di sini. " tanya Michelle pada Netta.
Jesica merasa aneh saat mendengar mereka mengenal netta, apakah mereka saling mengenal.
"Aku bekerja. " ucap Netta tersenyum.
Michelle terkekeh menyeringai, ia berjalan ke arah Netta lalu menatap iba Netta.
"Apakah keluarga sudah jatuh miskin, aku turut prihatin. " ucap Michelle tersenyum sendu.
Netta diam, jelas ia tau jika gadis itu sedang menghina nya, sedang kan jesica di belakang sana tidak suka mendengar ucapan Michelle begitu juga silas.
"Ah kamu kan sudah menikah? Kenapa kerja?, suami kamu ke mana. " ucap Michelle sedikit mengeraskan ucapan nya.
"Apakah dia tidak menafkahi mu, dia miskin ya " ucap Michelle.
Netta terkekeh mendengar itu, ia menatap silas yang ternyata masih menatap nya sendu.
'Ck ck, jangan menghina author sayang. 'Batin netta terkekeh.
Wajah Netta langsung berubah sendu, ia menatap Michelle dengan senyuman an tidak berdaya nya.
"Suami ku dia... Tidak ada. " ucap Netta pelan.
"Ah, kenapa apakah dia lari dari mu? Kasihan sekali, pantas saja kamu bekerja. " ucap Michelle.
"Aku tidak masalah, hidup sendiri saja aku sudah bahagia, dan untuk bekerja jika kamu berfikir seperti itu, aku tidak perduli. " ucap Netta tersenyum.
"Semua berhak bekerja, entah itu laki-laki ataupun perempuan, yang masih lajang atau sudah menikah, karena manusia memiliki hak. " ucap Netta lagi.
Mereka yang ada di sana membenarkan ucapan Netta, semua nya benar, entah itu miskin atau kaya mereka bekerja untuk diri sendiri.
"Ada apa ini. " ucap seseorang yang baru datang di ikuti beberapa bodyguard di belakang nya.
"Tuan Fredrick. " ucap para karyawan membungkuk hormat.
"Daddy." ucap Silas kaget.
"Apa yang terjadi. " tanya tuan Fredrick lagi.
"Itu tuan, terjadi percekcokan antara tuan muda Silas dan nona jesica, dan saat tuan Silas marah, dia berniat menampar nona jesica tapi nona cantik itu yang terkena. " jelas tangan kanan tuan Fredrick menjelaskan.
Netta tersenyum dalam diam, dia masih menundukkan kepalanya tidak melihat ke arah tuan Fredrick.
"Siapa kamu. " tanya tuan Fredrick pada netta.
"daddy dia. " ucap Silas khawatir.
"Selamat pagi tuan Fredrick, maaf membuat keributan di kantor anda. " ucap Netta membungkuk.
Lalu setelah itu ia menatap tuan Fredrick, yang seperti nya terkejut saat menatap nya.
"Netta? " ucap tuan Fredrick kaget.
Netta hanya tersenyum, tapi tidak lama karena dia meringis kesakitan saat bibir nya yang pecah tergerak kan.
"Kamu tidak papa. " tanya tuan Fredrick khawatir.
Ia menatap wajah Netta yang merah di bagian pipi juga sudat bibir nya yang pecah di sana.
"Saya tidak papa, hanya saja boleh kah saya ijin ke kamar mandi. " ucap Netta sopan.
"Pergi lah, setelah itu obati luka mu. " ucap tuan Fredrick.
Netta tersenyum lalu menganggukan kepala nya, ia menatap Silas yang menatap nya sendu, tapi Netta tidak perduli, ia menatap dalam Silas.
Lalu membalikkan badan nya dan menatap jesica, yang menatap nya khawatir di sana.
"Kamu okey, aku temani ya. " ucap jesica.
"Aman, kamu lanjut saja wawancara nya, semoga berhasil yaa. " ucap Netta tersenyum.
Lalu ia berjalan menjauh dari kerumunan itu, dan berjalan ke arah kamar mandi.
Melihat kepergian Netta, tuan Fredrick membubarkan para karyawan yang berkumpul di sana dan menatap tajam orang orang yang tersisa.
"Ka ruang ku, setelah ini Silas. " ucap datar tuan Fredrick.
"Dan kamu, pergi ke ruangan tempat wawancara itu. " ucap tuan Fredrick pada jesica dan langsung di angguki sang empu.
"Dan orang tidak berkepentingan, lebih baik keluar dari sini. " ucap tuan Fredrick datar.
Michelle tersentak dan menatap Silas meminta pembelaan, tapi Silas bahkan tidak menatap nya saat ini.
Michelle dengan kesal pergi dari sana, hingga sekarang hanya tersisa tuan Fredrick dan Silas.
"Kenapa kamu melukai nya. " ucap tuan Fredrick datar.
"Aku tidak sengaja, dad. " ucap Silas sendu.
"jangan melukai nya Silas, dia sudah hidup menderita selama ini. " ucap tuan Fredrick penuh arti.
"Apa maksud daddy. " ucap Silas tidak mengerti.
"tidak penting, temui dia dan bertanggung jawab lah, laki-laki harus mempertanggung jawab kan perbuatan nya Silas. " ucap tuan Fredrick datar.
Deg.
Silas mematung mendengar itu, ia mengangguk kaku lalu berjalan menuju kamar mandi tempat netta tadi berjalan.
Sambil memikirkan ucapan daddy nya barusan, apakah dia se brengsek itu, tidak bertanggung jawab pada netta.
Bahkan gadis itu rela bekerja di saat hamil muda seperti ini, untuk memenuhi kebutuhan nya.
Di sisi lain netta ia menatap wajahnya di cermin kamar mandi, luka di bibir nya ternyata cukup dalam.
Ia meringis saat pipinya yang memerah samar itu ia sentuh, ia pun sedikit mencuci darah nya kering di bagian bibir nya itu.
"Sakit sakali. "Lirih Netta
'Nona, sekarang. 'Suara Riri tiba-tiba terdengar di kepala Netta.
Netta yang mendengar itu, merubah mimik wajahnya menjadi sendu, ia sedikit mengeluarkan air mata pelan.
"Apakah ini sudah nasib ku. "Ucap Netta di depan cermin.
" kenapa hidup ku harus seperti ini. "Ucap nya sendu.
" bahkan laki-laki yang ku cinta membela perempuan lain dengan begitu besar nya. "Ucap nya lagi.
Netta meringis pelan saat sesuatu keluar dari hidung nya, ia menatap cermin dengan pandangan terkejut.
Darah segar mengalir di hidung nya saat ini, ia menatap selulet Silas yang juga terkejut melihat netta yang mimisan saat ini.
'Apa yang terjadi. 'Ucap netta terkejut.
'Ini adalah takdir mu nona. 'Ucap Riri menjawab.
"Netta!! "Ucap Silas khawatir.
***