Diam-diam Suka

"Kemudian, naik!..."

"Ah!"

Nina mengangkat Agam ke atas pundak Roni. Seperti main kuda-kudaan. Roni hanya menatap tajam Nina. Tapi, dibalas senyum menyeringai oleh Nina.

'Sudah kuduga!', Roni membatin.

"Ayo, kak. Ayo jalan!", dengan semangat Agam menggoyang-goyangkan kedua kakinya seperti orang naik kuda beneran.

'Baiklah, kalau sudah begini', batin Roni memutuskan.

" Ihaaaa!!...", Roni membunyikan suara mirip kuda dan perlahan mulai berjalan di ruang tengah. Sementara keluarganya hanya melihat mereka dengan tatapan senang.

"Lebih cepat, lebih cepat!", pinta Agam semakin menggoyangkan kaki dan badannya yang kecil.

Roni pun mengikuti perintah pengendara kecil itu. " Ihaaaaaa!...",

"Hahaha...!",

Nina akhirnya bisa tertawa puas, hingga pada akhirnya Roni sudah capek dan menyerah, tapi Agam tetap masih mau main. Namanya juga anak-anak, yang menurutnya kesenangan akan terus ingin ia lakukan.

Beberapa jam kemudian, jam sudah menunjukkan pukul 21.41, semua orang sudah kembali ke dalam kamar masing-masing untuk tidur mengistirahatkan badan.

Begitupun juga Nina, ia kembali ke kamar tamu. Ia tak lupa menguncinya terlebih dahulu agar seseorang tidak masuk secara tiba-tiba, siapa lagi yang dimaksud kalau bukan Roni.

"Karena keasyikan main tadi, aku lupa menyelidiki sesuatu. Seharusnya dia jam segini masih aktifkan?", tanya Nina pada dirinya sendiri.

Jarinya mulai sibuk mengetikkan sesuatu. Mengirimkan sebuah pesan kepada seseorang yang mulai dikenalnya beberapa bulan lalu.

_____"Assalamu'alaikum dek..."_____

....

1 menit berlalu, tapi hanya centang satu.

"Ah, mungkin sudah tidur",

Pikir Nina, dan kembali jarinya sibuk mengscroll sesuatu.

" Putri. Memang terlihat mirip denganku. Matanya, dan mataku. Bibirnya, dan bibirku. itu turun dari fisik papah. Apa mungkin?",

Penyelidikan Nina sejauh ini masih teka teki. Tapi, ia begitu penasaran dengan sosok bernama Putri ini.

3 bulan lalu, saat Nina mengecek postingan-postingan papahnya di facebook , tak sengaja dalam salah satu unggahan, papahnya mengtag akun lain. Dalam postingan itu, ada kata, yang menurut Nina itu sangat mencurigakan. Lalu, ia kemudian mencari akun itu dan menemukannya.

Awalnya, Nina cuman iseng untuk chat secara pribadi. Ternyata, lama kelamaan dia semakin dibuat penasaran dengan si Putri ini.

Belakangan ini, Nina melihat beberapa postingan Putri di facebook. Putri sering mengunggah fotonya sendiri yang tampak bahagia.

Gadis yang sekitaran berumur 13 tahun, dengan rambut pendek, mata dan bibirnya terlihat mirip Nina. Itulah yang saat ini baru ia sadari.

"Apakah mungkin?....",

Pikiran negatif menyelimuti Nina.

Dalam kegundahan, ia berjalan mendekati meja dan kursi di dalam kamar itu.

" Sruuup...", sambil menyeruput susu cokelat yang diberikan Roni tadi.

"Ah...",

____

Pagi-pagi Nina bangun untuk sholat subuh. Setelah bermunajat mengeluarkan keluh kesahnya pada sang Maha Pencipta, ia kini keluar ke teras rumahnya Roni.

Nina meregangkan tubuhnya, sesekali memutar pinggangnya kekanan dan kekiri melakukan olahraga kecil. Sambil menghirup udara segar di pagi hari. Walaupun belum terang sekali, matahari masih tampak malu untuk menunjukkan sinarnya.

"Bagaimana kalau lari-lari pagi?",

Ajak Roni yang tiba-tiba ada didekat Nina.

" Ayo!",

"Tunggu!",

Nina yang sudah siap melangkah keluar, Tiba-tiba di cegat oleh Roni.

" Tunggu dulu!",

Roni segera masuk kembali ke dalam rumahnya, dan beberapa menit kemudian keluar sambil membawa hoodie berwarna hitam di tangannya.

"Pakai ini!",

" Kenapa?",

"Aku nggk mau ada yang lihat aku sama cewek. Jadi, pakai ajah buat nutupin kepala kamu.", ucap Roni. Tapi, yang sebenarnya Roni tidak ingin ada yang melihat Nina dengan pakaian besarnya. Itu terlihat lucu dan konyol.

Nina hanya memutar bola matanya malas. Tapi, tetap juga memakai hoodie milik Roni.

'Dia benar, jangan sampai nanti ketemu teman satu sekolah dan mengejeknya. Bisa-bisa nanti sampai sekolah beritanya. Jangan sampai mereka salah paham tentang mereka.', ucap Nina membatin.

Hari ini, untungnya adalah hari Ahad. Sehingga mereka tidak ke sekolah hari ini. Nina pun juga bersyukur, karena kalau hari ini waktu sekolah, bisa-bisa dia harus telat atau bahkan nggk ke sekolah karena kakaknya belum juga pulang. Padahal ia hanya punya seragam kemarin saja yang sudah ia pakai.

"Hosh, hosh!...",

Mereka sudah berlari 2 menit yang lalu. Langkah Nina sudah mulai lambat. Padahal, baru 2 menit.

Berbeda dengan Roni yang berada di depannya. Langkahnya malahan semakin cepat.

Nina mengeluarkan ponselnya, ia mengirim pesan pada kakaknya.

___" Kak!, kapan pulang?"___

"Ting!"

____"InsyaAllah, jam 10-an udah sampai kok"____

"Huh, jam 10 baru sampai?, lama banget",

Ucap Nina jengkel.

" Ada apa?, kenapa kamu berhenti?",

Ucap Roni yang tiba-tiba sudah ada didekat Nina kembali. Padahal Nina mengira Roni sudah jauh meninggalkannya didepan.

"Nggk....pa-pa!, nggk papa", ucap Nina mengulang. Ia gugup saat menatap Roni sudah penuh dengan peluh di wajah dan lehernya. Menambah kesan seksi.

'Astagfirullah!', Nina menggeleng-gelengkan kepalanya dan kemudian berbalik dan melangkahkan kakinya.

" Kok udah putar balik?, udah mau pulang ajah?", tanya Roni.

Jalur yang mereka pakai untuk berlari cuman jalanan di desa itu. Karena suasana masih pagi sekali, sehingga belum ada sama sekali orang-orang memulai aktivitasnya kecuali mereka berdua.

"Iya, udah pulang ajah. Udah capek!",

Jawab Nina dan segera mempercepat langkahnya.

____

" Apa yang kakak urus di luar kota?",

Tanya Nina sambil mengelap rambutnya yang basah. Ia berjalan menghampiri kakaknya setelah ia mandi.

Badannya tadi cukup berkeringat banyak. Itu bukan karena ia habis lari-lari, tapi karena gugup selalu berada di dekat Roni.

Setelah sarapan di rumahnya Roni, dan bertepatan datangnya Siska, dengan segera Nina langsung pulang dan mandi, tentunya tidak lupa berterimakasih pada tante Muni. Dia dari tadi hanya menahan dirinya untuk tetap tenang. Demi menjaga image.

"Urusan toko. Biasalah, kakak perlu beli barang-barang lagi buat stock", jelas Siska. Tentunya, itu hanyalah alasan pendukung untuk menyembunyikan alasan utamanya.

" Kalau gitu, nanti aku bantuin kakak deh di toko. Soalnya kan hari ini aku juga lagi libur",

"Boleh. Tapi, tunggu kakak dulu yah. Kakak mau mandi dulu, habis itu masak baru kita pergi sama-sama", jelas Siska sambil berjalan menuju kamar mandi.

Jika di rumah Roni dilengkapi fasilitas kamar mandi disetiap kamarnya. Tapi, jika dirumah Nina, kamar mandi cuman ada satu.

"Aku ajah yang masak. Aku juga kan udah mandi. Kalau tunggu kakak lagi, nanti tambah lama.", jelas Nina memberi ide.

" Oke, silahkan!. Tapi, masakannya harus enak yah!, awas ajah ada yang hangus!", Siska masuk ke dalam kamar mandi dan menutupnya setelah mengucapkan perkatannya itu.

"Kapan juga aku masak sampai hangus?", pelan Nina sambil menatap Siska yang sudah masuk kamar mandi.

Nina selama ini hanya membantu bagian memotong-motong saja, sudah tentu bagian goreng-menggoreng, tumis-menumis, jarang ia lakukan. Tentu saja dia bilang begitu.

Beberapa menit kemudian, saat asyik masak-masak....

"Ah!...api!, api!"

***Next!