Dan Akhirnya Aku Menyerah

Sela tersadar, dia melihat sekelilingnya, di sana Andre dan Bi Mimin sedang tertidur, Bi mimin tidur di sofa yang ada di ruangan itu, sedangkan Andre tidur di sambil duduk di samping tempat tidurnya, dia terus menggenggam tangan sela.

Sela menarik pelan tangannya, dia masih mengingat apa yang terjadi.

"sel, kamu sudah sadar?" Tanya Andre yang juga terusik karna gerakan sela.

sela menatap Andre dan mengangguk pelan.

Andre segera memencet bel yang ada di dekat tempat tidur Sela untuk memanggil dokter, Bi Mimin juga sudah terbangun saat mendengar Andre berbicara.

"Non, mau minum?" Tanya Bi Mimin.

Sela mengangguk pelan. Bi Mimin memberikan botol air mineral kepada Sela, dan Sela pun segera meminumnya, di bantu oleh Andre dan Bi Mimin.

Dokter datang memeriksa keadaan Sela.

"Bagaimana dok?" Tanya Andre dengan cemas.

"Syukurlah, nona Sela sudah tidak kenapa– kenapa, semuanya sudah normal kembali, dan hanya menunggu pemulihan saja."ucap Dokter sambil tersenyum.

"Alhamdulillah."ucap bi Mimin dan juga Andre.

"Baik, kalo begitu saya permisi, kalo ada apa– apa, panggil saya."ucap Dokter itu.

"Iya dok, terimakasih."ucap Andre.

Dokter dan juga perawat yang baru saja memeriksa keadaan Sela pun keluar dari ruangannya.

Setelah kepergian dokter Andre menatap wajah sahabatnya itu dengan tatapan yang tidak bisa di artikan.

"Kenapa kamu melakukan ini?" Tanya Andre.

Sela hanya diam, dia menatap Andre dan air matanya tiba–tiba menetes begitu saja di pipi mulusnya.

"Sek, aku bertanya, kenapa kamu sampe melakukan hal nekat seperti ini? Cuman gara— gara laki–laki modelan Bayu kamu sampe rela mengakhiri hidup kamu sendiri, aku dan abang mu sudah pernah bilang tinggalkan laki–laki tidak tau diri itu, tapi kamu malah milih untuk mempertahankannya, sekarang lihatlah kamu sendiri yang terluka, dan kamu yang hampir mati di tangan kamu sendiri."ucap Andre.

Sela masih sama, dia hanya bisa diam dan menangis, ya orang akan menilai dirinya sangat bod0h karna melakukan hal ini, tapi semua orang tidak ada yang tau betapa beratnya hidup yang di jalankan olehnya.

"Sel, aku gak mau kamu melakukan hal nekat seperti ini lagi,"ucap Andre lagi.

"Kamu tau bagaimana aku dan abangmu sangat mengkhawatirkan kamu, setidaknya bertahanlah demi Lingga, dia sangat menyayangi kamu."lanjut Andre.

Sela hanya mengangguk pelan, Andre benar kakak satu—satunya itu sangat menyayangi dirinya, lantas kenapa dia sampai memiliki pikiran bodoh seperti ini.

"Kami tidak ingin sesuatu terjadi lagi kepadamu, kamu ceraikan Bayu ya."ucap Andre pelan.

"Jangan takut, aku ada disini bersamamu."

Andre menguatkan Sela, berusaha meyakinkan wanita di hadapannya itu bahwa semua akan baik—baik saja.

Sela hanya mampu mengangguk, ya mulai saat ini dirinya akan melangkah dan meninggalkan suaminya, suami yang dia pikir bisa menjaga dan melindunginya, ternyata menjadi luka terdalam untuk dirinya, Sela sudah tidak bisa mempertahankan rumah tangganya yang seperti ini, semua sudah semakin hancur.

**

Sedangkan kini Bayu sedang berada di dapur, dia melihat Art yang ada di rumah istri keduanya itu sedang menatapnya juga.

"Kamu sedang apa disitu?" Tanya Bayu dengan was–was, dia sangat was–was karna takut Artnya itu melihat adegan dirinya dengan Citra tadi.

"E–engga ngapa–ngapain tuan, tadi mau ke kamar mandi."ucap Ratih gugup, dirinya juga sangat takut mendapatkan tatapan tajam dari majikannya itu.

Bayu hanya mengangguk, setelah mengambil air mineral dia duduk di meja makan dan meminum air dingin itu.

"Mau makan tuan?" Tanya bi Ratih.

"Boleh deh bi, masakan saya mie instan saja."ucap Bayu.

"Baik tuan, tunggu sebentar."ucap Bi Ratih, dia melangkah ke arah kompor dan mulai memasak mie permintaan bosnya itu.

Sedangkan Bayu dia berjalan kembali ke ruang tv, dia mengambil ponselnya yang tergeletak di sana.

Bayu mengerenyitkan dahinya, saat melihat panggilan telpon yang begitu banyak dari Bi Mimin , Bayu juga membuka pesan yang di kirimkan oleh Lingga kakak iparnya itu.

[Mat1 saja kau bede*ah, tunggu saya pulang dan saha akan membun* h mu dengan tangan saya sendiri, ceraikan adik kesayangan saya kalo kamu tidak bisa membahagiakannya, hidup serba kekurangan saja kau berani menyakitinya.]

Bayu mengerenyitkan alisnya melihat isi pesan kakak iparnya itu, dia juga tidak terima di sebut hidup serba kekurangan, selama ini dia bisa menafkahi Sela dengan cukup, apa maksudnya.

[Salahkan adikmu yang tidak bisa memberikan ku anak, jangan malah menyalahkanku yang menikah lagi.]

Bayu membalas pesan Lingga dengan emosi.

Setelah itu dia menghubungi bi Mimin kembali, ingin menanyakan ada perihal apa dia menelpon sampai berkali—kali.

Namun telponnya tidak kunjung di angkat, ponsel Bi Mimin ada di sofa tempat tidurnya tadi, dan dia meng–silent ponselnya.

"Ada apa sebenarnya?" Tanya Bayu kepada dirinya sendiri, akhirnya dia melangkah kembali ke meja makan dan menyantap mie instan yang baru saja di buatkan oleh Artnya itu.

**

Pagi hari Bayu mencoba menghubungi Bi Mimin kembali, karna dia kini berada di depan kediaman Sela, namun pintu rumah itu terkunci.

"Hallo bi"

"Iya tuan, ada apa?" Tanya Bi Mimin.

"Kalian dimana? Kenapa rumah masih terkunci," Tanya Bayu.

"Maaf tuan, kami di rumah sakit."ucap Bi Mimin.

"Dirumah sakit, siapa yang sakit bi?" Tanya Bayu penasaran, pasalnya tadi malam saat dirinya meninggalkan rumah ini Sela dalam keadaan baik—baik saja.

"Non Sela tuan."ucap Bi Mimin.

"Sela! Kenapa dia bisa masuk rumah sakit, bukannya semalam dia baik–baik saja?" Tanya Bayu.

"Ceritanya panjang tuan."ucap Bi Mimin.

"Baik bi, kalian di rumah sakit mana? Biar saya kesana sekarang."ucap Bayu.

Bi Mimin memberitahukan alamat rumah sakit tempat Sela di rawat, hal itu juga mendapatkan ijin dari Andre, sedangkan Sela dia belum bangun, karna semalam dia tertidur sangat malam.

"Ngomong apa dia?" Tanya Andre.

"Katanya mau kesini den, "ucap Bi Mimin.

"Biarkan dia kesini, akan saya hajar dia."ucap Andre dengan penuh emosi.

Sedangkan Bayu dia langsung mengendarai mobilnya menuju ke rumah sakit tempat Sela di rawat, sepanjang perjalanan dia masih terus bertanya—tanya kenapa bisa istrinya itu masuk rumah sakit, padahal semalam dia baik–baik saja.

Setelah 30 menit Bayu tiba di rumah sakit, dia menanyakan ruangan Sela kepada resepsionis, setelah mendapatkannya Bayu langsung masuk ke dalam lift untuk tiba di ruangan Istrinya itu.

"Sayang, kamu kenapa?" Tanya Bayu saat tiba di ruangan Sela, saat itu Sela sudah terbangun dari tidurnya, sedangkan Andre sedang turun ke bawah mencari sarapan.

Sela hanya menatap Bayu, dari sorot matanya ada benci dan juga kecewa yang sangat mendalam.

"Sayang, kenapa diam saja, bukannya semalam saat aku meninggalkan kamu, kamu baik–baik saja."ucap Bayu lagi, dia menggenggam tangan Sela, dan terfokus ke luka yang ada di pergelangan tangannya.

"Ini kenapa? Jangan bilang kamu mencoba untuk bunuh diri."ucap Bayu.

"Apa urusannya denganmu?" Tanya Sela yang akhirnya membuka suara.

"Pergi dari sini mas, aku tidak ingin bertemu lagi denganmu, "lanjut Sela, dia membuang pandangannya ke sembarang arah, hatinya sangat sakit saat melihat laki–laki yang dulu sangat membawa kebahagiaan dalam hidupnya itu, namun sekarang hanya memberikan rasa sakit kepadanya.

Bayu tetap tidak mau pergi dari sana, bahkan dia tidak merasa bersalah sama sekali atas apa yang dia lakukan kepada Sela.