NovelToon NovelToon
Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Istri Jenderal Yang Mencuri Hatinya

Status: sedang berlangsung
Genre:Transmigrasi ke Dalam Novel / Romansa Fantasi / Cinta Seiring Waktu / Era Kolonial / Mengubah Takdir / Cewek Gendut
Popularitas:459.4k
Nilai: 4.8
Nama Author: ICHA Lauren

Aku membuka mata di sebuah ranjang berkelambu mewah, dikelilingi aroma parfum bunga yang asing.
Cermin di depanku memantulkan sosok wanita bertubuh besar, dengan tatapan garang dan senyum sinis—sosok yang di dunia ini dikenal sebagai Nyonya Jenderal, istri resmi lelaki berkuasa di tanah jajahan.

Sayangnya, dia juga adalah wanita yang paling dibenci semua orang. Suaminya tak pernah menatapnya dengan cinta. Anak kembarnya menghindar setiap kali dia mendekat. Para pelayan gemetar bila dipanggil.

Menurut cerita di novel yang pernah kubaca, hidup wanita ini berakhir tragis: ditinggalkan, dikhianati, dan mati sendirian.
Tapi aku… tidak akan membiarkan itu terjadi.

Aku akan mengubah tubuh gendut ini menjadi langsing dan memesona.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ICHA Lauren, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Konfrontasi di Sekolah

Selesai mandi dan berpakaian, Nateya berjalan di lorong, sengaja melintasi kamar Elias. Ia mendapati pintu kamar itu tertutup rapat, tanpa tanda-tanda kehidupan di dalamnya. Tidak ada suara langkah, tidak ada bayangan cahaya dari celah pintu.

“Hm, jadi benar dugaan ku,” bisiknya sambil tersenyum miring. "Dia lebih memilih menginap di barak militer, memantau Ragnar dan anak buahnya yang terluka. Rupanya provokasiku semalam berhasil juga."

Dengan langkah mantap, Nateya kembali menuju kamarnya. Ia duduk di depan meja rias, tangannya cekatan mendandani wajah Seruni.

Bedak tipis untuk menutupi kulit kusam, sedikit pulasan merah muda di pipi, dan bibir yang diberi sentuhan merah muda. Ia kemudian menyanggul rambut dengan model sederhana,.

Setelah itu, Nateya mengambil tas tangan kulit cokelat tua yang kokoh, lalu beranjak menuju kamar si kembar.

Di sana, pemandangan yang menunggu membuatnya tersenyum.

Julian sudah selesai mengenakan seragam sekolah ala Hindia-Belanda: kemeja putih lengan pendek dengan celana pendek khaki, lengkap dengan kaus kaki panjang hingga betis. Bocah lelaki itu tampak sibuk memasukkan buku-buku ke dalam tas kain.

Sedangkan Anelis duduk di kursi, membiarkan Bi Warti menyisir rambut hitam panjangnya dengan penuh kesabaran.

“Bi Warti, siapkan saja roti gambang di ruang makan. Aku yang akan menyisir dan menata rambut Anelis," titah Nateya.

Bi Warti menoleh, matanya terbelalak melihat penampilan Seruni yang elegan dan berwibawa. Tak ada kesan malas seperti biasanya. Ia hanya sempat mengangguk cepat. "Baik, Nyonya,” lalu tergesa keluar, masih menahan rasa heran.

Nateya meletakkan tas tangannya di meja, lalu menghampiri Anelis. Ia menepuk kursi di depan cermin.

“Duduklah, Sayang.”

Anelis menurut. Nateya dengan cekatan membagi rambut panjang putrinya, lalu menguncirnya menjadi dua ekor kuda rendah, dihiasi pita kain merah beludru. Rambut yang semula kusut kini tampak manis dan ceria.

Mata Anelis langsung terbelalak melihat dirinya di cermin. Senyum merekah, pipinya memerah. Ia segera memberi bahasa isyarat dengan tangan mungilnya "Aku suka!"

Nateya tersenyum haru, lalu membungkuk memeluk putrinya erat. “Kalau kau suka, berarti Mama berhasil.”

Setelah itu, ia bangkit mendekati Julian. Anak laki-laki itu masih asyik menutup tas, berpura-pura tidak peduli. Namun, ia sedikit tersentak saat Nateya meraih sisir dan memegang rambutnya.

“Tidak usah. Aku sudah—” protesnya setengah hati.

“Diamlah sebentar saja. Dan, mulai sekarang panggil aku Mama,” potong Nateya lembut.

Bak seorang penata rambut profesional, Nateya menyisir rambut Julian ke samping. Bagian depan rambut ia buat sedikit miring, sehingga membentuk belahan rapi dengan gaya side part khas anak sekolah Eropa. Meski awalnya Julian mengerucutkan bibir, ia tidak bisa melawan ketegasan Nateya.

“Sudah.” Nateya menepuk bahu sang putra, lantas menggiringnya ke depan cermin.

Julian terbelalak menatap bayangannya sendiri. Ia sempat membuka mulut hendak berkomentar. Namun saat melihat Anelis di sampingnya mengacungkan jempol penuh semangat, wajah Julian memerah dan ia cepat-cepat menunduk.

Nateya menahan senyum. “Kau tampan sekali, Julian. Jangan malu mengakuinya.”

Melihat si kembar telah siap, Nateya menggandeng tangan mereka menuju ruang makan. Mereka bertiga duduk di meja panjang.

Bi Warti sudah menyiapkan sarapan: bubur jagung manis, roti gambang hangat, dan segelas susu sapi segar.

Sebelum anak-anak menyentuh makanan, Nateya berkata sambil menatap keduanya bergantian.

“Makanlah yang banyak. Kalian butuh tenaga untuk menghadapi Eleanor dan Andrew. Kita akan buktikan bahwa kalian tidak bisa diremehkan.”

Julian dan Anelis saling pandang. Ada semacam keyakinan baru yang tumbuh di mata mereka.

Setelah selesai sarapan, Nateya menepuk tangan.

“Bawakan aku kotak besar dan juga tas kain lebar,” pintanya pada pelayan.

Tak lama kemudian, dua orang pelayan membawa kotak rotan besar dan tas kain tebal. Nateya mengisinya dengan roti gambang yang sudah disiapkan, lalu menutupnya rapi.

“Nanti akan kubagikan sepulang dari sekolah,” ujarnya tenang.

Nateya segera menyuruh Julian dan Anelis mengenakan tas sekolah mereka. Setelah semua siap, ia memandu kedua anak itu keluar dari ruang makan.

Namun, tepat di ambang pintu rumah, Bi Warti menahan langkah.

“Nyonya, bagaimana kalau nanti Tuan Jenderal pulang dan mencari Anda? Dari semalam Beliau belum pulang ke rumah.”

Nateya berhenti sejenak, lalu menoleh dengan senyum tipis.

“Katakan saja aku bersama anak-anak. Tidak usah menunggu kami. Kalau ada hal penting, biarkan dia sendiri yang mencariku.”

Jawaban itu membuat Bi Warti ternganga. Biasanya Jenderal Elias yang memberi perintah seperti itu, kini Nyonya Seruni yang begitu lantang.

Dengan penuh percaya diri, Nateya memberi isyarat pada Victor yang berdiri di teras rumah.

“Victor, siapkan mobil. Pakai Chevrolet Bel Air yang biasa dipakai Elias. Letakkan bungkusan roti gambang ini di bagasi.”

Victor terdiam sejenak, bingung sekaligus heran. Namun, ia hanya mengangguk. “Baik, Nyonya.” Tanpa banyak bertanya, ia segera menjalankan perintah.

Tak lama, mobil besar berwarna hitam itu sudah terparkir di depan beranda. Victor membuka pintu dengan sopan. Mempersilakan Nateya masuk ke kursi belakang bersama Anelis.

Sementara Julian memilih duduk di kursi depan, di samping Victor yang mengemudikan mobil.

“Jalan,” Nateya memberi aba-aba ringan.

Mobil pun melaju melewati jalanan kota yang ramai oleh pedagang kaki lima, anak-anak sekolah, dan serdadu Belanda yang berpatroli. Akhirnya, kendaraan berhenti di depan sebuah gerbang besar bertuliskan :

“Europeesche Lagere School Batavia”

Sekolah elit yang dikhususkan bagi anak-anak keturunan Belanda dan kaum pribumi berdarah campuran.

Victor turun dan membukakan pintu.

Nateya menggandeng Anelis dengan tangan kanan, dan meraih bahu Julian dengan tangan kiri. Bersama, mereka berjalan melewati gerbang sekolah yang sudah penuh murid. Banyak mata menoleh, terkejut melihat kemunculan Nyonya Seruni dengan penampilan elegan.

Dua orang guru berpakaian rapi segera menyambut.

“Selamat pagi, Nyonya Jenderal. Kepala sekolah sudah menunggu di ruangannya.”

Nateya hanya mengangguk singkat. Ia bersama si kembar diantar menuju ruang kepala sekolah.

Begitu pintu kayu besar itu dibuka, suasana langsung menegang.

Di dalam ruangan, duduk Eleanor dengan wajah sinis. Di sampingnya, penampilan Andrew tampak dramatis. Hidung bocah lelaki itu dibalut perban tebal, lengan kanannya digendong dengan kain putih seolah patah parah. Jelas dilebih-lebihkan.

Di sisi lain, sudah hadir Tuan Hoofd der School, seorang pria Belanda berkumis tipis, berjas abu-abu, yang merupakan kepala sekolah. Di sebelahnya ada dua orang guru yang mendampingi : Juffrouw Maria, wali kelas si kembar, dan Meester Van Dijk, wali kelas Andrew.

Melihat kehadiran Nateya, Eleanor langsung bangkit dengan wajah marah. Ia menuding Julian tanpa ragu.

“Itu dia pelakunya! Julian, yang sudah membuat anakku patah hidung dan lengannya terkilir! Lihatlah, Kepala Sekolah, bagaimana malangnya Andrew sekarang!”

Nateya berdiri tenang. Tangannya menepuk bahu Julian yang seketika menunduk. Netranya menatap Eleanor tanpa gentar, seakan menantang seluruh isi ruangan.

1
Yani Cuhayanih
happy bangeeet ..buah pir..ketemu buah apel 😄
Yatz Nurhayati
lanjut thor
Yatz Nurhayati
bagus banget saya suka ceritanya nggk monoton seruni nggk lembek /kalah terus tp tegas....
igirisa domili
Nateya-nateya semua orang beranggapan bahwa itu adalah strategi seruni, tapi....
igirisa domili
itulah sekelumit penderitaan rakyat pada masa penjajahan
igirisa domili
betul memberi itu lebih mulia dari pada menerima
Dila Dilabeladila
kerennnnn
lope banyak banyak/Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Heart//Heart/
Nazwaputri Salmani
Dikasih restu nggak ya sama bapaknya aldick
snowwhite risca
tgt selera Kak, suka yg tipe pangeran atau yg tipe militer. yg klimis atau yg kumisan 🤭.
Yani Cuhayanih
Semangat 45 Aldrich ..ku tunggu janda mu akhir nya terkabul...kejarlah buah pir mu Aldrich🤣
Endang Sulistia
kok gantengan Elias ya..🤪🤪
Uthie
Apakah ada tanda Hijau dari Gubernur?? 😁😁
lin
klo misalnya ayahnya aldrich tau klo anaknya pnya rasa sm seruni kira2 direstuin gak ya? dripd jomblo mulu Krn nunggu seruni skrg kan mau jd jnda Gak apa2 lah thor klo bikin mereka bahagia, saran ya thor 🙏💪
Erna Fkpg: satu per satu keinginan seruni mulai terwujud semoga jodohnya juga segera dapat apalagi klau jodohnya aldric makin setuju thor dr pada sama elias yg plin plan
total 1 replies
Nia Nara
Ceritanya menarik, penulisannya mampu membuat orang mau terus menerus membaca
Nia Nara
Lanjut thor 👍
lin
tumben blm update thor
restu s a
lanjut thor.
jangan lama2 thor upnya.
Nia Nara
Yah thor, ceritanya masih bersambung ya..
Endang Sulistia
malu tuh...🤣🤣
Endang Sulistia
🤪🤪🤪
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!