Dia pikir suaminya sudah tewas dalam sebuah kecelakaan tiga tahun lalu.
Tetapi, siapa sangka jika suami yang sangat dicintainya itu kembali setelah sekian lama menghilang. Namun, bukannya bahagia Maysha malah harus dihadapkan dengan kenyataan pahit. Arlan kembali dalam keadaan tak mengingat dirinya. Lebih parahnya lagi, dia membawa seorang istri yang tengah berbadan dua.
Maysha pun harus rela membagi suaminya dengan wanita lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Maysha Dan Ibunya Itu Jahat
Laura berjalan mondar-mandir di kamar dengan gelisah. Sudah dua hari ini ia merasa Arlan sangat aneh. Ia seperti dihadapkan dengan seseorang yang berbeda. Bukan seperti Arlan yang ditemuinya sejak pertama kali.
"Aku tidak bisa diam saja!" Beranjak keluar kamar, Laura melirik ke arah kamar Maysha. Ia pikir semua perubahan Arlan ini pasti karena pengaruh wanita itu. “Aku harus bicara dengan Mbak Maysha.”
Wanita itu berjalan cepat dengan hentakan kaki cukup keras, menandai adanya kekesalan membuncah dalam setiap langkahnya. Namun, baru akan mengetuk pintu, suara Bik Wiwin sudah menghalangi.
“Non Laura mau apa ke kamar Non Maysha? Kalau memang ada perlu biar nanti saya yang sampaikan,” ucap Bik Wiwin yang kini memposisikan diri tepat di belakang Laura.
Geram, Laura membalikkan tubuhnya dan menghujamkan tatapan tajam ke arah Bik Wiwin. “Saya mau bicara langsung dengan Mbak Maysha dan tidak butuh perantara!”
“Tapi Non Laura dilarang masuk ke kamar ini.”
“Kamu jadi pembantu belagu juga, ya!” Laura menunjuk Bik Wiwin geram. “Kamu jangan macam-macam sama saya. Saya bisa saja meminta Mas Arlan memecat kamu kapanpun saya mau!”
Bukannya takut dengan ancaman Laura, Bik Wiwin malah mengulas senyum, yang sialnya terlihat sangat menyebalkan di mata Laura.
“Maaf, Non, saya justru diperintahkan Den Arlan untuk menjaga Non Maysha dan melarang Non Laura masuk ke kamarnya. Saya hanya menjalankan tugas.”
Wajah Laura sudah merah karena kesalnya. Kedua tangannya terkepal sempurna. Ingin sekali ia mencakar wajah atau menjambak rambut Bik Wiwin yang baginya sangat lancang itu.
“Tunggu saja nanti! Kamu akan jadi orang pertama yang akan saya tendang dari rumah ini!”
“Siap, Non. Ditunggu!”
Tak tahan bicara dengan Bik Wiwin, Laura pun kembali ke kamar dan membanting pintu dengan keras. Bik Wiwin sampai terlonjak di tempatnya berdiri. Untung saja Arlan sudah memberinya perintah untuk menjaga Maysha, sehingga ia berani melawan jika Laura macam-macam.
*
*
*
Di kantor
Andre baru lima menit duduk di ruang kerjanya ketika Arlan masuk secara tiba-tiba. Laki-laki itu memandang sang bos penuh tanya, sebab tidak biasanya mendesak untuk datang ke kantor lebih awal.
Keduanya pun duduk bersama di sebuah sofa. Andre dipenuhi rasa penasaran tentang hal penting apa yang ingin dibicarakan Arlan dengannya.
“Aku harus keluar kota dan butuh bantuan kamu,” ucap Arlan tiba-tiba.
Kerutan tipis terukir di antara kedua alis Andre mendengar kalimat bernada perintah itu. “Keluar kota? Memang ada keperluan apa di luar kota?”
“Aku harus memeriksa sesuatu!” Nada Arlan terdengar mendesak.
“Memeriksa sesuatu? Tunggu—tunggu!” Andre yang belum mampu menebak ke mana arah pembicaraan sang bos, kembali dibuat kebingungan. “Apa yang mau diperiksa?”
“Aku tidak tahu harus mulai dari mana, yang jelas aku sedang mencurigai sesuatu dan harus memastikan semuanya. Tapi aku tidak mau ada yang tahu tentang keberangkatanku ke luar kota.”
Sebenarnya Andre masih bingung dengan maksud Arlan. Tetapi ia tahu bagaimana Arlan sejak dulu. “Baiklah, kapan berangkatnya?”
“Begitu keadaan Maysha membaik. Aku tidak bisa meninggalkannya dalam keadaan sakit seperti ini.”
“Maysha sakit?” Andre tampak terkejut. Sebab beberapa hari lalu ia dan Maysha masih sempat bertemu dan Maysha baik-baik saja.
“Iya. Dia demam sejak kemarin. Tapi pagi ini kondisinya lebih baik.”
"Ooh ya sudah. Beritahu saja kapan mau berangkat. Aku akan siapkan semua."
"Tapi ingat tidak ada yang boleh tahu!"
"Siap, Boss!" Andre menepuk bahu Arlan. "Tapi aku agak penasaran ... apa kamu sudah bisa mengingat sesuatu?" tebak Andre setelah menyadari sikap Arlan jauh berubah dibanding kemarin.
"Aku ingat beberapa tapi tidak semuanya." Arlan menyandarkan punggung di kursi sambil menghela napas panjang.
"Baiklah, jangan dipaksa! Pelan-pelan saja."
Keduanya masih berbicara dengan serius ketika terdengar suara ketukan pintu. Belum juga Arlan atau Andre memberi izin masuk, pintu sudah terbuka. Keduanya pun refleks menoleh.
“Arlan?” Tampak seorang wanita paruh baya mematung di ambang pintu. Menyeka ujung mata penuh haru.
Arlan dan Andre sontak berdiri ketika wanita itu melangkah masuk dan langsung memeluk Arlan dengan berurai air mata. Arlan hanya diam dengan sorot mata penuh tanya.
“Maaf, Ibu ini siapa?” Pertanyaan Arlan membuat wanita itu semakin terisak-isak.
“Ini Mami, Arlan!” jawab wanita itu. Kedua tangannya membelai wajah putranya. “Ternyata benar kamu sudah pulang. Mami sempat tidak percaya saat Maysha menghubungi mami dan memberitahu bahwa kamu sudah ditemukan. Makanya mami tidak langsung pulang dari Jerman.”
Arlan menatap wanita itu seolah ragu. “Maaf, saya benar-benar tidak bisa mengingat apapun, termasuk Mami dan Maysha.”
“Iya mami tahu. Maysha sudah bilang setelah kecelakaan itu kamu tidak bisa mengingat apa-apa. Tapi tidak masalah, bagi mami yang penting kamu sudah pulang.”
Pelukan itu akhirnya berurai. Mami mengusap kedua sisi pipinya yang basah oleh air mata. Keduanya lalu duduk bersama. Sedangkan Andre memilih memberi ruang bagi mereka untuk berbicara berdua dengan pindah ke kursi kerjanya.
"Mami sangat terpukul saat polisi menyatakan bahwa kamu tewas dalam kecelakaan itu."
Tak tahu harus berkata apa, Arlan hanya mengangguk. Terlebih, karena wanita di hadapannya itu terus menangis.
“Oh ya, tadi mami juga ke rumah kamu. Bik Wiwin bilang kamu sedang di kantor. Mami juga baru tahu kalau kamu sudah menikah lagi dan istri kamu sedang hamil.”
"Iya, Mi."
“Untung saja kamu bertemu Laura. Sejak awal mami memang sudah tidak setuju kamu menikahi Maysha. Dia itu wanita pembawa sial! Kamu mengalami kecelakaan hanya 3 hari setelah menikahi perempuan itu!”
Dari ucapan mami, Arlan bisa menebak bahwa maminya itu memang tidak menyukai Maysha. Arlan masih ingat beberapa hari lalu Andre sempat memberitahu bahwa maminya tidak menyetujui pernikahannya dengan Maysha.
“Itu murni kecelakaan, bukan salah Maysha.”
“Kamu jangan bela dia terus! Seharusnya sejak awal kamu sadar bahwa Maysha dan ibunya itu sama jahatnya. Ingat, ibunya Maysha adalah penyebab kematian papi kamu!”
...****...
biar bibirnya gk pecah2🤣
🤣🤣🤣
mendingan ikutin kata si Andre
yang nyuruh lo baring di depan 🤣🤣
gak kuat bacanya
bikin ngakak 🤣🤣🤣
ndre gimana ini🤣🤣
mau aja dengerin si ndre 🤣
itu mulut klo ngomong ngasal banget 🤣🤣
awas salah komat-kamit
nanti yang ada jin Aladdin yang nongol 🤣🤣