"200 juta, ini uang untuk membelimu!"
Pria di depannya melihatnya dari ketinggian, dan aura angkuh memenuhi ruangan.
Dewi Puspitasari kehabisan akal.
Karyawan cafe yang berusia dua puluhan ini telah mencoba berbagai cara, tapi semuanya sia-sia seperti berada di jalan buntu. Ayahnya harus segera menjalani operasi yang memakan biaya besar.
Dari mana dia mendapatkan 200 juta dalam sekejap?
Setelah hampir menghabiskan semua dana, setengah putus asa, dia membuat tawaran gila dengan bosnya, Virata Agastia.
"Oke. Aku setuju."
Dewi Puspitasari hanya bisa menerima kenyataan bahwa dirinya seperti barang yang diperdagangkan dalam transaksi ini.
Akankah pernikahan yang didominasi uang ini akan berakhir dengan bahagia?
Bagaimana nasib pernikahan mereka setelah ayah Dewi Puspitasari sembuh?
Note: Novel ini mengandung unsur dewasa. Harap bijak menyikapinya!
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mizzly, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Kekesalan Wira
Wira memesan makanan dan tak banyak bicara. Sesekali Ia menatap Dewi yang terlihat begitu akrab dengan Carmen yang baru dikenalnya.
"Kak Dewi, sudah lama kerja di cafe Mommy?" tanya Carmen dengan ramah.
"Hmm... Belum lama sih. Baru beberapa bulan saja." jawab Dewi jujur.
"Oh pantas. Aku soalnya belum pernah ketemu Kak Dewi. Aku kadang suka ikut Mommy kalau lagi ke cafe. Sekarang udah jarang soalnya Abang yang pegang manajemen cafe. Kalau aku mau ikut, Abang suka enggak mau. Takut aku minta jajan katanya!" adu Carmen.
Dewi melirik sekilas ke arah Wira yang sedang lahap memakan makanan yang Ia pesan. Acuh dan seakan tak peduli.
Tanpa sadar Dewi tersenyum. Sudah beberapa hari tidak bertemu, suaminya berpenampilan sedikit beda. Rahangnya dipenuhi bulu halus karena belum bercukur, menambah kesan manly.
Dewi mengalihkan pandangannya. Kini malah Wira yang gantian menatap Dewi. Makanan di piringnya belum dihabiskan. Sejak tadi meladeni Carmen bercerita sampai sungkan untuk makan.
"Dek, makan dulu! Berisik tau kamu! Makanannya keburu dingin!" omel Wira.
"Iya... Iya.... Bang!" dengan patuh Carmen memakan makanannya. Dewi pun demikian.
"Dewi rumahnya dimana? Biar sekalian aku antar nanti!" tawar Zaky.
Wira yang asyik makan tiba-tiba berhenti mengunyah. Ditatapnya Zaky dengan tatapan tajam. "Mau ngapain lo nganterin dia?! Kayak udah kenal lama aja! Mending lo anterin Carmen aja tuh! Pusing gue diajak muter-muter terus!" ketus Wira.
"Ih Abang enggak ngerti situasi banget sih! Biarin aja Mas Zaky nganterin Kak Dewi! Ini tuh kode, Bang! Kode! Dasar Abang enggak peka, mirip banget sama Abi!" omel Carmen.
"Berisik ih anak kecil! Abang balikkin lagi nih tasnya ke counter tadi!" omel Wira.
Tak mau membuat keadaan semakin panas, Dewi pun melerainya. "Enggak usah Mas Zaky. Aku nanti dijemput sama adik aku. Terima kasih Mas Zaky udah ngajak aku makan. Tak perlu sampai mengantar segala."
"Tuh denger! Dia enggak mau dianterin!" ujar Wira merasa puas karena Dewi menolak tawaran Zaky.
"Sama kita aja ya Bang! Nanti kita anterin sekalian pulang?!" usul Carmen. Anak itu memang suka bertindak seenaknya.
"Enggak usah, Carmen. Terima kasih. Aku nanti dijemput adik aku. Beneran!" Dewi makin tak enak hati.
"Kok kita jadi rebutin Dewi ya? Sudah biarkan saja Dewi mau pulang dengan adiknya!" kata Zaky.
"Iyalah direbutin. Kak Dewi cantik. Iya kan Bang?" Carmen malah meminta pendapat Wira.
Wira yang ditanya Carmen malah bersikap acuh dan menjawab, "Biasa aja."
Mendengar Wira berkata seperti itu, dalam hati Dewi mencibirnya. "Biasa aja tapi udah ngambil jatahnya berapa kali?! Awas aja kalau dia nyuruh aku datang, aku bakalan datang telat biar dia kesal!"
"Maafin Abang aku ya Kak. Memang begitu dia mah. Dingin sama cewek padahal playboy akut." Carmen mewakili Kakaknya meminta maaf. Carmen lalu seakan mengingat sesuatu yang harus disampaikan pada Abang-nya, "Bang, kemarin Cerry nyariin Abang loh! Katanya kapan jalan lagi?!"
Dewi merasa kesal dengan apa yang Ia dengar. "Cerry? Pacarnya Wira?" batin Dewi.
"Bilangin aja, Abang lagi enggak ada duit. Kalo dia mau traktir Abang boleh." jawab Wira dengan santainya.
"Ih enggak ada harga dirinya banget sih Bang! Ada juga Abang yang traktir Cerry. Ini malah minta ditraktir! Cerry aja yang bodoh, masih mau sama Abang!" keluh Carmen.
"Jelas mau dong sama Abang kamu. Kamu tau sendiri betapa terkenalnya Abang kamu di kalangan para gadis." kata Zaky menambahkan.
"Baru tau?!" ujar Wira acuh.
Wira menyelesaikan makannya dan meminum minuman miliknya. "Mau kemana lagi habis ini?" tanya Wira pada Carmen.
"Ke apartemen Abang. Mas Zaky juga mau kesana kan?" tiba-tiba Carmen mengajak Zaky ke apartemen Wira.
"Mau ngapain sih? Tapi Abang enggak anterin pulang ya, kamu sama Zaky aja loh pulangnya!" ujar Wira.
"Boleh tuh. Aku belum pernah kesana. Dewi ikut aja yuk sekalian jalan-jalannya. Nanti pulangnya baru minta jemput di apartemennya Wira, gimana?" Zaky malah mengajak Dewi ikut serta.
"Hmm... Gimana ya?" Dewi ragu mau menjawab apa. Ia melirik ke arah Wira yang terkesan acuh, menunggu ijin dari Wira.
"Udah Dewi ikut aja! Enggak usah takut sama Abang. Aku yang jamin Abang enggak akan marah!" ujar Carmen.
"Yaudah, kalian bertiga naik mobil Zaky aja! Gue naik motor. Gue tunggu di apartemen." putus Wira yang kini sudah berdiri. "Lo bayar, Ky!"
Dengan santai, Wira keluar dari restoran membiarkan Zaky membayar semua makanan dan mengantar dua gadis cantik ke apartemennya.
Di perjalanan, Dewi mengirim pesan pada Bahri kalau dirinya akan ke apartemen Wira. Entah pulang jam berapa.
****
"Kak, aku nginep aja ya?" tanya Carmen begitu berada di apartemen Wira.
"Enggak! Nanti Abi nyariin!" tolak Wira.
Dewi menatap apartemen milik Wira yang kini berbeda dengan sebelumnya, agak berantakan.
Wira menghidangkan pizza yang Ia pesan dan minuman di atas meja. Sementara dia dan Carmen mengobrol akrab, Wira dan Zaky asyik bermain PS.
"Please Kak. Sehari aja!" rengek Carmen.
"Enggak! Nanti Abi telponin Abang terus! Pusing Abang dengerin ceramahnya!" tolak Wira tanpa mengalihkan pandangannya dari layar TV.
"Abang pelit ih! Nanti Carmen enggak bantuin lagi nih!" ancam Carmen.
"Bodo amat!"
"Ih Abang nyebelin!"
Dewi tersenyum melihat interaksi Carmen dan Wira yang acuh. "Carmen mau lihat-lihat kamar Abang ah!"
Mendengar Carmen akan sidak ke kamarnya, cepat-cepat Wira melempar stick PS yang dipegangnya dan berlari mendahuhui Carmen. "Jangan kepo deh!" Wira menghadang di depan kamar.
"Pasti ada yang Abang sembunyiin deh!" tebak Carmen.
"Enggak ada! Udah sana di ruang tamu aja!" omel Wira.
"Aku yakin ada sesuatu di kamar Abang. Jangan-jangan, ada pacar Abang ya di dalam?!" tebak Carmen.
Dewi mendengarkan dengan seksama. Ia juga ingin tahu kenapa Wira sampai tak mau kamarnya dilihat oleh adiknya sendiri.
"Ini privasi, Dek. Abang enggak suka sama kebiasaan kamu suka masuk seenaknya ke kamar Abang. Lebih baik kamu pulang deh sekarang!" Wira lalu berbicara pada Zaky. "Tolong antar Carmen, Ky! Kalo Mommy gue nanya, bilang aja gue pulang ke apartemen."
Wira lalu melihat ke arah Dewi yang seakan menjadi orang asing dalam situasi seperti ini. "Lo nunggu dijemput di sini aja! Jangan di bawah. Nanti kabarin kalo udah dijemput."
Carmen yang kesal karena Abangnya jadi menyebalkan dan serba melarang pun pulang dengan Zaky. Setelah mereka pergi, Wira menutup pintu dan menguncinya.
"Bilang sama Bahri, malam ini lo nginep di sini!" perintah Wira dengan tegas.
"Tapi-" Dewi ingin protes namun sudah Wira potong ucapannya.
"Nurut sama suami sendiri bisa kan?"
****
ratnanya yg tidur gak diceritain LG tau2 da sampe apart
minum Aqua dulu thor🤭
terima kasih ya kak