Irsyad mendapat tugas sulit menjadikan Bandung Medical Center sebagai rumah sakit pusat trauma di Bandung Timur.
Kondisi rumah sakit yang nyaris bangkrut, sistem yang carut marut dan kurangnya SDM membuat Irsyad harus berjuang ekstra keras menyelesaikan tugasnya.
Belum lagi dia harus berhadapan dengan Handaru, dokter bedah senior yang pernah memiliki sejarah buruk dengannya.
Bersama dengan Emir, Irsyad menjadi garda terdepan menangani pasien di Instalasi Gawat Darurat.
Terkadang mereka harus memilih, antara nyawa pasien atau tunduk dengan sistem yang bobrok.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ichageul, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Skorsing
“Anda tidak bisa menghentikan program beasiswa ku begitu saja, Pak Sentanu. Saya mendapat beasiswa dari Universitas Ibnu Sina. Dan residensi saya di sini juga atas rekomendasi dari Professor Danu yang ada di Ibnu Sina.”
“Kamu pikir saya tidak bisa membatalkan beasiswa mu?” Sentanu malah menantang balik.
Situasi di dalam ruangan seketika menjadi tegang. Reynand balas menatap Sentanu. Tidak ada sorot ketakutan di matanya. Yang ada di kepalanya hanyalah mempertahankan haknya yang akan dirampas seenaknya oleh Sentanu.
Ketegangan di antara keduanya sedikit menurun ketika Handaru masuk ke ruangan. Pria itu nampak heran melihat Reynand dan Sentanu yang tidak saling bicara, tapi saling melihat dengan tatapan tajam.
“Ada apa ini?” tanya Handaru sambil menarik kursi di samping Reynand.
“Reynand dipecat dari rumah sakit ini. Program beasiswanya juga akan dihentikan.”
Gerakan Handaru yang hendak duduk terhenti sejenak. Pria itu menatap tak percaya pada Sentanu. Buru-buru dia duduk.
“Kamu tidak bisa memecat Reynand,” ujar Handaru. Sontak Reynand melihat pada Handaru. Dia tidak percaya kalau sang CMO akan membelanya.
“Kenapa tidak? Dia sudah merugikan rumah sakit.”
“Dokter Reynand hanya melakukan tugasnya sebagai dokter. Saat itu, bukankah kamu yang meyakinkan Pak Harja kalau obat itu aman dan kondisinya akan baik-baik saja? Jadi wajar saja kalau kamu yang harus menyelesaikan dan bertanggung jawab. Lagi pula kamu adalah CEO di rumah sakit ini. Kalau bukan kamu yang menyelesaikan masalah, siapa lagi?”
Penuturan panjang lebar Handaru, tak ayal membuat Sentanu terkejut. Mata pria itu membelalak, wajahnya menunjukkan kemarahan yang tertahan. Reynand yang juga terkejut, hanya melihat Handaru tanpa berkedip.
“Apa kamu menentang ku, dokter Handaru?!” tanya Sentanu dengan nada tegas.
“Aku hanya mengatakan kebenaran. Tidak adil kalau dokter Reynand dipecat karena hal ini.”
“Dia sudah membuat kegaduhan!”
“Kalau begitu skors saja dia, tidak usah memecatnya.”
Terdengar hembusan kasar nafas Sentanu. Sejak menjabat sebagai CEO, sudah dua kali Handaru menentangnya. Pertama ketika pemilihan area klinik, dan sekarang adalah yang kedua. Jelas itu membuat Sentanu kesal.
“Dokter Reynand, kamu diskors tiga hari terhitung hari ini sampai dua hari ke depan. Sekarang keluar lah,” putus Handaru.
Walau belum sepenuhnya bisa menerima keputusan Handaru, namun itu lebih baik daripada dipecat dari BMC. Reynand pun bangun dari duduknya kemudian berlalu dari ruangan tersebut. Sepeninggal Reynand, ketegangan antara Handaru dan Sentanu terus berlanjut.
“Kamu benar-benar menentang ku, dokter Handaru? Aku bisa mencopot mu dari jabatan mu sekarang dengan mudahnya.”
“Kamu pikir bisa menurunkan ku dengan mudah? Ingatlah, masuknya kamu ke sini karena andil dari ku. Jadi jangan bersikap kalau kamu bisa berbuat seenaknya. Perlu aku ingatkan lagi, kalau aku adalah CMO! Saat kamu membujuk Pak Harja mau menggunakan produk AvaMed, kamu sudah melangkahi tugas ku sebagai CMO! Apa kamu lupa, semua yang berkaitan dengan medis menjadi tanggung jawab ku?!”
“Karena kamu tidak becus! Kamu tidak bisa mencegah dokter Reynand mematuhi kebijakan rumah sakit ini!”
“Aku sudah mengatakan sebelumnya kalau penggunaan produk AvaMed secara eksklusif di rumah sakit ini bisa saja, tapi tetap kami bisa menggunakan produk lain. Karena tidak semua obat-obatan yang kami gunakan diproduksi oleh AvaMed. Dan sekarang kamu mengusik staf ku! Dokter Reynand, adalah dokter berbakat. Dia adalah dokter analisis terbaik di rumah sakit ini. dia itu dokter yang ulet. Dia akan mencari tahu penyebab penyakit pasien yang ditanganinya dan mencari solusinya. Kalau kamu bisa mencarikan dokter berbakat seperti dia sebagai gantinya, baru kamu boleh memecatnya!”
Dengan kesal Handaru bangun dari duduknya. Sejak Sentanu menjabat sebagai CEO, sosok pria itu semakin congkak. Dia selalu menunjukkan kalau dirinya memiliki otoritas untuk melakukan apapun, termasuk menyepelekan dan menekan Handaru. Sebelum keluar dari ruangan, Handaru melihat pada Sentanu.
“Ke depannya aku harap kamu tidak melewati batas lagi. Aku yang mengundang mu datang ke sini, aku juga bisa menendang mu keluar dari sini. Ingat itu!!”
Setelah melontarkan ancamannya, Handaru bergegas pergi. Pria itu memasuki lift yang pintunya sudah terbuka. Dia menyandarkan punggungnya ke dinding lift seraya memijit pelipisnya. Tiba-tiba saja kepalanya terasa pusing.
***
Setelah meninggalkan ruangan Sentanu, Reynand segera menuju loker untuk berganti pakaian. Tak butuh waktu lama, dia sudah selesai dan keluar dengan tas punggung tersampir di salah satu bahunya. Sebelum pulang, pria itu mampir lebih dulu ke IGD.
Melihat Reynand yang hendak pulang, tentu saja mengejutkan semua dokter dan suster yang ada di sana. Pasalnya waktu baru menunjukkan pukul sepuluh pagi. Baru tiga jam saja Reynand masuk bekerja dan sekarang sudah akan pulang.
“Dokter Rey, kenapa sudah mau pulang?” tanya Farah mewakili semua orang.
“Aku diskors selama tiga hari, terhitung hari ini,” jawab Reynand santai.
“Apa? Bagaimana bisa?” tanya Emir dengan nada terkejut.
Reynand pun menceritakan awal mula kenapa dirinya dijatuhi skorsing. Wajah Irsyad nampak kesal mendengarnya. Pria itu hendak menemui langsung Sentanu, namun segera ditahan oleh Emir.
“Tahan, Bang. Dokter Handaru memberi skorsing pada dokter Reynand demi mencegah pemecatannya. Kita lihat saja situasinya dulu. Untuk melawan Sentanu, kita butuh strategi,” bisik Emir dan Irsyad pun mengurungkan niatnya menemui Sentanu.
“Aku baik-baik saja. Aku akan memanfaatkan waktu skorsing untuk urusan pribadi ku. Aku pulang dulu.”
Reynand meninggalkan IGD dengan raut wajah tanpa beban. Untuk mengisi waktu kosongnya sampai dua hari ke depan, Reynand memutuskan pergi ke Jakarta. Dia bermaksud menemui Renya untuk menyelesaikan urusan mereka.
Sambil berjalan menuju parkiran motor, Reynand mengirimkan pesan pada Renya.
[Aku mau ke Jakarta siang ini. Bisa bertemu?]
[Tentu saja, malam ini ada acara resepsi pernikahan anak teman Papa. kamu datang ya temani aku.]
[Aku kan ngga diundang.]
[Kamu diundang kok.]
Dengan cepat Renya mengirimkan foto kartu undangan di mana tertera nama Reynand di sana. Wanita itu langsung menghubungi Reynand setelah mengirimkan undangan.
“Kamu berangkat naik apa, sayang?” tanya Renya.
“Naik motor.”
“Kenapa ngga naik kereta atau travel? Biar aku bisa jemput kamu.”
“Ngga usah. Aku naik motor aja sambil healing.”
“Oke. Acaranya jam tujuh malam. Oh ya kamu nginap di mana?”
“Belum tahu. Aku cari hotel atau penginapan pas di Jakarta aja.”
“Kenapa tidak tinggal di apartemen ku aja, sayang.”
“Ngga bisa. Ya udah, aku pulang dulu. Kalau sudah di Jakarta, aku hubungi kamu.”
Panggilan antara Reynand dan Renya berakhir. Beberapa detik kemudian Renya mengirimkan lokasi resepsi pernikahan anak teman Papanya dilangsungkan.
Tanpa membuka pesan terakhir yang dikirimkan Renya, Reynand segera naik ke motornya sambil memakai helmnya. Tak berapa lama kemudian kendaraan roda dua miliknya meninggalkan parkiran basement rumah sakit.
***
Dengan menggunakan sepeda motor, Reynand berangkat ke Jakarta hari itu juga. Dia membawa pakaian ganti karena mungkin harus menginap. Ditambah lagi Renya mengajaknya menghadiri resepsi pernikahan, tentu saja pria itu harus membawa pakaian yang layak.
Reynand memilih jalur puncak untuk sampai ke Jakarta. Perjalanan sendiri dilakukan cukup santai. Pria itu sempat beristirahat di Masjid Atta'awun yang ada di puncak. Shalat sambil beristirahat sejenak menikmati pemandangan dan udara sejuk khas pegunungan.
Setelah beristirahat selama setengah jam, Reynand melanjutkan perjalanan. Sekarang pria itu sudah berada di daerah Cianjur. Reynand mampir sebentar di Indokaret untuk menikmati kopi dingin baru kemudian melanjutkan perjalanan.
Usai menempuh perjalanan panjang selama kurang lebih lima jam, Reynand tiba di Ibukota. Pria itu menepi sejenak untuk mencari penginapan untuknya beristirahat sebelum bertemu dengan Renya.
[Kamu di mana?]
Sebuah pesan dari Renya masuk tak lama setelah Reynand memasuki kamar yang disewanya. Pria itu menyewa kamar penginapan yang lokasinya tidak jauh dari tempat resepsi pernikahan. Sebuah penginapan dengan harga terjangkau namun kondisinya bersih dan nyaman.
Melihat pesan yang dikirimkan Renya, dengan cepat Reynand membalasnya.
[Aku baru aja sampai. Kita ketemu di tempat acara aja.]
[Kamu nginap di mana?]
[Di penginapan, ngga jauh dari tempat resepsi.]
[Aku ke sana sekarang. Kirim lokasinya.]
[Ngga usah. Aku capek, mau istirahat dulu.]
Reynand tak membalas chat dari Renya lagi. Dia benar-benar ingin beristirahat. Membaringkan tubuhnya yang lelah setelah berkendara.
***
Senyum sumringah Renya terlihat ketika melihat Reynand memasuki lobi hotel di mana acara berlangsung. Pria itu nampak tampan mengenakan baju batik yang didominasi warna biru. Dengan cepat Renya mendekati Reynand kemudian memeluk lengan pria itu.
“Ayo, acaranya sudah dimulai.”
Tanpa banyak bertanya, Reynand mengikuti saja langkah Renya. Dia akan menemani wanita itu menghadiri resepsi lebih dulu, sebelum membicarakan tentang hubungan mereka.
Sudah banyak tamu undangan yang datang ketika Reynand melangkahkan kakinya memasuki ballroom hotel. Pasangan pengantin adalah anak dari pengusaha sukses. Jadi wajar saja kalau resepsinya digelar meriah dan dihadiri banyak tamu penting. Salah satunya adalah orang tua Renya.
Ayah Renya adalah seorang pengusaha sukses, dan Ibunya banyak melakukan kegiatan sosial yang sering di unggah ke media sosial miliknya. Renya adalah anak bungsu dari dua bersaudara. Kakaknya laki-laki dan sudah menikah. Sekarang mereka hanya tinggal menikahkan Renya saja.
Ketika Reynand dan Renya sedang berjalan menuju panggung pelaminan. Mata Reynand mengarah ke panggung. Pria itu terkejut ketika melihat ada Maira di sana. Gadis itu bersama dengan pria paruh baya yang Reynand kenali sebagai Ayahnya. Di samping kiri Maira, ada wanita paruh baya yang tidak bisa dia lihat wajahnya.
“Maira,” gumam Reynand pelan.
***
Wah rejeki tidak terduga ya, Rey🤭
ekhemmmmm Rd Rey pasien mh adalah tambatan hatimu 🤣🤣🤣 mai sakit apa yaaaa.
hayu Rey gercep tangani Mai.. sebelum d tangani olh Dr lain😄😄😄
bisa jadi dokter pribadi buat Maira nih Reynand.
Kamelia mepet terus sama Irs tapi Irs nya maunya deket sama Nayraya