Clara Moestopo menikah dengan cinta pertamanya semasa SMA, Arman Ferdinand, dengan keyakinan bahwa kisah mereka akan berakhir bahagia. Namun, pernikahan itu justru dipenuhi duri mama mertua yang selalu merendahkannya, adik ipar yang licik, dan perselingkuhan Arman dengan teman SMA mereka dulu. Hingga suatu malam, pertengkaran hebat di dalam mobil berakhir tragis dalam kecelakaan yang merenggut nyawa keduanya. Tapi takdir berkata lain.Clara dan Arman terbangun kembali di masa SMA mereka, diberi kesempatan kedua untuk memperbaiki semuanya… atau mengulang kesalahan yang sama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Anastasia, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
bab 32.Kejujuran.
Kantin siang itu ramai oleh suara obrolan dan dentingan sendok. Aroma nasi goreng dan mie ayam bercampur menjadi satu, tapi di meja sudut dekat jendela suasana terasa jauh berbeda.
Ria duduk berhadapan dengan Clara, tapi tak seperti biasanya, tak ada tawa atau cerita ringan yang mengalir di antara mereka. Hanya suara sendok beradu pelan di piring, dan sesekali suara kursi berderit dari meja lain.
Clara tampak tenang di luar menyendok makanannya dengan perlahan, seperti sedang menikmati rasa. Tapi dari dekat, Ria bisa melihat jemari temannya itu bergetar halus, matanya lebih sering menatap ke bawah, menghindari pandangan siapa pun.
Ria, hari ini kenapa sih?. pikir Clara.
Ria menatapnya lama. Tatapannya bukan sekadar ingin tahu, tapi campuran antara cemas, bingung, dan tidak percaya.
Tiba-tiba ia memanggilnya, sontak saja ada perasaan tertekan dengan nada Ria hari ini.
“Clara,” ucapnya akhirnya, pelan tapi cukup jelas untuk terdengar di antara keramaian kantin.
Clara berhenti mengunyah. Ia mengangkat wajahnya perlahan, berusaha tersenyum. “Hm?”
Ria menelan ludah, berusaha menjaga nada suaranya tetap datar. “Kamu… nggak apa-apa?”
Pertanyaan sederhana itu seperti menyentuh sesuatu yang rapuh. Clara tersenyum lagi, tapi kali ini senyum itu kaku. “Aku? Tentu aja aku nggak apa-apa. Kenapa nanya gitu?”
Ria menunduk sebentar, lalu menatapnya lagi. “Tadi pagi aku… sempat mendengar pembicaraan kalian berdua di kelas.”
Kalimat itu membuat gerakan Clara berhenti. Sendok di tangannya menggantung di udara.
Ria melanjutkan dengan hati-hati. “Aku denger sedikit… tentang kamu dan Armand.”
Clara membeku beberapa detik, lalu meletakkan sendoknya perlahan. “Oh…” gumamnya lirih, matanya kehilangan fokus sesaat. “Jadi kamu dengar.”
Ria mengangguk pelan. “Aku nggak sengaja, Clara. Tapi…” ia menarik napas panjang, “aku cuma pengin tahu satu hal. Maksud kalian tadi pagi waktu kamu bilang tentang kehidupan kedua—itu apa?”
Clara tak langsung menjawab. Ia menatap keluar jendela, melihat langit siang yang mulai cerah. Suara riuh kantin seolah memudar di telinganya.
Sepertinya aku harus jujur dengan Ria.
“Ria…” ucapnya pelan, “kalau aku bilang sesuatu yang nggak masuk akal, kamu janji nggak akan anggap aku gila?”
Nada serius itu membuat Ria menegakkan badan. “Clara, aku nggak peduli seaneh apa pun yang kamu bilang. Aku sahabatmu. Aku cuma pengin tahu kebenarannya,dan aku akan percaya padamu.Kita ini sahabat dari kecil,dan tidak boleh ada ditutupi sesuai janji kita berdua.”
Clara menatapnya, mata cokelatnya bergetar menahan emosi. “Aku… sudah pernah menikah dengan Armand,di kehidupan pertama ku.”dengan memelankan suaranya agar hanya Ria yang tahu.
Sontak saja buat Ria terkejut, “APA!. ”
Semua anak di kantin melihat kearah mereka, karena suara teriakan Ria. Clara berusaha untuk menenangkan temannya itu, “sstt.., bisakah lebih tenang sedikit atau aku tidak mau menceritakan nya padamu jika reaksimu seperti ini. ”
Ria mencoba mendengarkan ucapan Clara, dengan mengambil nafas dalam-dalam.
Ria mengerutkan kening. “Kehidupan pertama—”.
“Bukan di kehidupan ini,” potong Clara cepat. “Di kehidupan sebelumnya.”
Keheningan jatuh di antara mereka. Ria terpaku, bibirnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar.
Clara menunduk, jemarinya meremas tepi meja. “Aku mati waktu itu… karena kecelakaan bersama Armand. Aku pikir semuanya sudah berakhir. Tapi entah kenapa, waktu aku membuka mata, aku kembali—ke masa ini, ke usia remajaku lagi.” Ia tersenyum pahit. “Dan Armand… dia juga kembali seperti diriku,itu alasan ku waktu itu saat akan menembak Armand aku memilih pergi.”
Ria hanya bisa menatapnya. Rasanya sulit mempercayai cerita itu, tapi dari nada Clara, dari ekspresi wajahnya… ia tahu temannya itu tidak sedang berbohong.
“Jadi,” Ria berbisik lirih, “semua yang kamu bilang tadi pagi… tentang kehilangan, tentang Loly… itu semua nyata?”
Clara mengangguk pelan. “Nyata, dan benar-benar terjadi.”
Suara ramai di kantin seperti berganti menjadi dengung samar di kepala Ria. Ia menatap sahabatnya lama, menimbang antara logika dan kepercayaannya pada Clara.
Akhirnya ia menghela napas, menatap dalam mata Clara. “Kalau semua itu benar… berarti kamu diberi kesempatan kedua,kamu sedang syuting.Kenapa cerita mu mirip drama fantasi?.”
Clara tersenyum tipis, matanya masih redup. “Aku tahu kamu pasti sulit menerima ini, aku pun juga sama.Tapi yang jelas aku menjalani kehidupan kedua ku,diriku bisa menyelamatkan mama ku dari kematian nya.”
“Kematian?, maksudmu tante Luna?. ”
Clara mengangguk pelan mengiyakan pertanyaan Ria, “Benar mama, di kehidupan yang dulu mamaku meninggal karena serangan jantung saat aku menembak Armand”
“Jadi maksudmu tante Luna meninggal di masa depan bersamaan dengan kamu menembak Armand, jadi maksudmu kamu bisa merubah masa depan? ”
“Aku juga tidak tahu, tapi aku tidak ingin kehilangan mamaku untuk kedua kali. ”
Ria menggenggam tangan Clara di atas meja, erat dan hangat. “Sampai sekarang aku tidak percaya dengan ucapan mu, kamu seperti menceritakan sebuah novel fantasi pada ku. tapi Clar, entah kamu dari mada depan atau masa lalu aku akan bersama mu dan percaya semua yang kamu cerita kan”
Clara menatapnya, matanya basah tapi kali ini penuh rasa terima kasih.
“Terima kasih, Ria,” katanya lembut. “Mungkin… itu satu-satunya hal yang berubah di kehidupan keduaku. Aku bahagia mempunyai dirimu,dan aku tidak akan membiarkan kita berpisah.”
“Apa di masa depan aku pergi?. ”
“Iya,setelah mamaku meninggal paman Tio beberapa bulan meninggal karena sakit dan mamamu yang ada di luar negeri membawamu ke luar negeri untuk tinggal bersama keluarga baru mu. Dan setelah itu aku tidak mendapatkan kabarmu lagi, sampai aku mati. ”
“Memangnya ayahku sakit apa?, selama ini dia selalu bugar. ”
“Menurut cerita mu waktu itu, om Tio sakit lambung karena stress dengan pekerjaannya dan lupa untuk makan karena kesibukannya”
“Aku sudah menduga, memang ayahku itu sulit untuk disuruh makan. Jadi tidak salah jika ayah terkena penyakit lambung. ”
“Ayahmu butuh seseorang untuk menjaga nya, biarkan ayahmu menikah lagi. om Tio sudah lama menduda”
Ria pun terdiam memikirkan semua ucapan Ria, dengan candaan Ria menjawab ucapan Clara.
“Kalau begitu kita jodohkan saja mamamu dan ayahku, kita tidak hanya teman saja tapi jadi saudara dan mamaku tidak akan membawaku pergi, jika aku punya keluarga disini”
“Usul mu boleh juga, tapi om Tio harus sabar menunggu mamaku jadi janda” jawabnya sambil tersenyum.
“Boleh!. ”
Mereka berdua pun tertawa terbahak-bahak, mereka mulai membicarakan tentang serasinya ayah Ria dan mama Clara.
Saat percakapan santai mereka, tiba-tiba Finn berjalan kearah kantin dengan membawa satu kantong kresek hitam.
Ia berjalan kearah Clara dan Ria yang sedang tertawa bahagia,“Kalian berdua sedang membicarakan sampai tertawa seperti itu, boleh dong tahu!. ”
Tawa mereka pun terhenti, Ria dan Clara melihat Finn berdiri didepan mereka dengan tatapan penuh tanya.
Lalu Finn duduk di sebelah Clara, dan tersenyum kearahnya dengan manis.
Membuat seluruh mata tertuju pada bangku mereka, suasana canggung antara Ria dan Clara mulai terasa.
“Ada.. ada apa kamu kesini?. ”tanya Clara yang gugup.
Ria didepan mereka berdua hanya menonton drama romantis didepan nya sambil menikmati minumannya, Finn hanya tersenyum dan terus menatap Clara.
Dan tak beberapa lama ia menjawab pertanyaan Clara. “Aku merindukanmu. ”
Ucapan itu membuat Clara terkejut sehingga bola matanya membesar, sedangkan Ria tersenyum geregetan melihat Finn bersikap manis didepan temannya itu.
Clara yang terkejut mendengar ucapan Finn yang ia anggap seperti pria remaja, membuat jantung Clara berdetak dengan cepat sambil menatap dirinya.
penasaran bangetttttttt🤭