NovelToon NovelToon
Whispers Of A Broken Heart

Whispers Of A Broken Heart

Status: tamat
Genre:Beda Usia / Ibu Mertua Kejam / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Cinta Seiring Waktu / Tamat
Popularitas:7.5k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Kisah dewasa (mohon berhati-hati dalam membaca)

Rianti bekerja di perusahaan milik Bramantya, mantan suami adiknya. Menjelang pernikahannya dengan Prabu, ia mengalami tragedi ketika Bramantya yang mabuk dan memperkosanya. Saat Rianti terluka dan hendak melanjutkan hidup, ia justru dikhianati Prabu yang menikah dengan mantan kekasihnya. Di tengah kehancuran itu, Bramantya muncul dan menikahi Rianti, membuat sang adik marah besar. Pernikahan penuh luka dan rahasia pun tak terhindarkan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32

Keesokan paginya, sinar matahari lembut menembus tirai kamar.

Rianti masih berbaring di tempat tidur, rambutnya sedikit berantakan, wajahnya terlihat jauh lebih tenang daripada malam sebelumnya.

Suara langkah kaki terdengar dari arah dapur. Tak lama kemudian aroma gurih dan kaldu sayuran memenuhi seluruh ruangan.

"Hmm, bau apa ini? Kok enak banget…”

Pintu kamar terbuka perlahan, tampak Bramantya masuk sambil membawa nampan berisi semangkuk mie sehat buatan tangannya sendiri mie gandum rebus dengan kuah bening, topping sayur segar, dan sedikit ayam suwir.

Ia meletakkan nampan di meja kecil dekat tempat tidur dan tersenyum hangat.

"Selamat pagi, calon ibu kembar. Sarapan spesial hari ini mie sehat tanpa dosa, tanpa pedas, tapi tetap bikin bahagia.”

“Kamu serius masak ini sendiri?”

“Chef pribadi kamu lagi cuti, jadi aku yang turun tangan.”

Rianti bangun perlahan, duduk bersandar pada bantal.

Bram menyendokkan mie itu dan meniupnya pelan sebelum menyodorkan ke bibir Rianti.

“Ayo, coba dulu. Dijamin nggak bikin pingsan lagi.”

“Heh, kamu masih ingat itu…”

“Aku malah nggak akan lupa seumur hidup.”

Rianti akhirnya mencicipi satu suap dan ia lambat membelalakkan matanya.

“Bram! Ini, enak banget! Serius, kamu yang masak?”

“Lulus uji rasa?”

“Banget! Bahkan tanpa pedas pun rasanya hangat banget di mulut.”

Bram menatapnya penuh kasih.

“Karena bumbunya bukan cabai, tapi cinta dan rasa takut kehilangan kamu.”

Rianti tertawa, menepuk pelan dada suaminya.

“Kamu tuh ya, kalau gombal bisa bikin gula darah naik.”

'Nggak apa, asal kamu bahagia.”

Rianti melanjutkan makannya sampai habis, bahkan menghabiskan kuahnya.

“Eh, kamu abisin semua?”

“Iya dong. Ini mie terenak yang pernah aku makan. Jadi, boleh besok bikin lagi?”

"Boleh. Tapi dengan satu syarat.”

“Apa?”

“Habis makan, kamu harus peluk aku sepuluh menit penuh.”

Rianti pura-pura berpikir serius, lalu membuka tangannya lebar-lebar.

“Oke, sini. Tapi kalau lebih dari sepuluh menit, aku nggak tanggung jawab kalau aku ketiduran di pelukan kamu.”

“Justru itu yang aku mau.” ucap Rianti sambil menyelesaikan makannya.

Disaat Rianti sedang duduk santai di sofa ruang tamu, memegangi perutnya yang mulai terlihat sedikit membuncit.

Tiba-tiba suara mobil berhenti di depan rumah. Tak lama kemudian, suara langkah cepat terdengar Mama Dewi datang.

Pintu terbuka lebar.

“RIANTI!”

Rianti langsung kaget, tubuhnya tegak sempurna.

“M-ma, kok datang tiba-tiba?”

“Datang tiba-tiba? Kalau Mama nggak datang, kamu bisa bikin Mama pingsan duluan gara-gara mie pedas itu!”

Sambil berbicara, Mama Dewi langsung mendekat dan mencubit lengan Rianti dengan gemas tapi kesal.

“Aduh, Ma! Sakit, Ma!”

“Biar kapok! Anak Mama ini hamil kembar, bukan ikut lomba tahan pedas! Mau bikin Mama jantungan, hah?”

Bramantya yang dari tadi berdiri di dekat meja makan hanya bisa menahan tawa.

Ia menutup mulutnya agar tidak terdengar, tapi akhirnya tak kuat juga.

“Hehe… Ma, jangan terlalu keras. Nanti malah stres dua-duanya.”

“Kamu jangan ikut-ikutan ketawa! Kenapa juga kamu ijinkan dia makan mie pedas?!”

“Salah saya, Ma. Saya kalah sama tatapan memelas calon ibu kembar.”

Rianti langsung menatap Bram dengan ekspresi manja.

“Tuh kan, Ma, aku udah minta maaf kemarin…”

“Maafnya diterima, tapi kalau diulang lagi, Mama pindah sini buat ngawasin setiap kali kamu buka dapur.”

Semua yang ada di ruangan tertawa.

Bram lalu mendekat, duduk di samping Rianti, dan menggenggam tangannya lembut.

“Sekarang dia sudah tobat, Ma. Lihat, mie-nya aja sekarang versi sehat buatan aku.

“Bagus. Sekarang tugas kamu, Bram, jaga dia, jangan kasih dia dekat-dekat sama cabai.”

“Siap, Bu Komandan.”

Rianti tertawa sambil menyandarkan kepala di bahu suaminya.

“Aku janji, Ma. Nggak akan makan pedas lagi… kecuali mie buatan Bram.”

“Huh, dasar anak ini…”

Mama Dewi akhirnya tersenyum, mengelus rambut Rianti penuh kasih.

“Yang penting kamu dan bayi-bayi kamu sehat, itu sudah cukup buat Mama.”

Suasana pun mencair dan Bram menyajikan teh hangat dan kue untuk Mama Dewi, sementara Rianti diam-diam menyuap suaminya sepotong kue kecil dan tentu saja, Bram langsung tertawa kecil lagi.

Rianti benar-benar beristirahat di rumah, akhirnya dokter memperbolehkannya berjalan santai asalkan tidak terlalu lama.

Mama Dewi langsung bersemangat.

“Ayo, kita jalan-jalan. Kasihan bayi-bayi ini bosan di rumah terus.”

“Ma, mereka masih di perut, nggak mungkin bosan.”

“Tapi aku setuju sama Mama, Sayang. Udah lama kamu nggak lihat dunia luar.”

Mereka bertiga pun berangkat ke mall dengan mobil keluarga.

Rianti mengenakan dress hamil berwarna biru muda, rambutnya dikuncir rendah, sementara

Bram terlihat santai dengan kemeja putih dan celana jeans.

Mama Dewi, seperti biasa, tampil rapi dengan selendang batik dan senyum bangga di wajahnya.

Begitu tiba di mall, Rianti tampak begitu bahagia.

Ia berhenti di depan etalase toko bayi, menatap baju mungil dengan mata berbinar.

“Bram, lihat ini! Lucu banget kan? Nih, baju kembar motif awan!”

“Kamu mau beli semuanya ya, Sayang?

“Biarin aja, Bram. Namanya juga calon ibu, pasti excited.”

Setelah belanja beberapa perlengkapan bayi, mereka melanjutkan ke lantai atas tempat bioskop berada.

“Eh, di sini ada bioskop. Udah lama Mama nggak nonton film di layar lebar.”

“Boleh juga, Ma. Tapi filmnya jangan yang serem ya, nanti aku malah mimpi aneh.

“Aku pilih genre romantis aja deh, biar kamu nggak stress.”

“Romantis? Jangan-jangan kamu mau nonton sambil modus?”

“Ketahuan ya, Ma?”

Rianti hanya geleng-geleng sambil menahan tawa.

Di dalam bioskop, mereka duduk di kursi paling atas agar lebih nyaman.

Rianti menikmati popcorn tanpa rasa pedas, sementara Bram sibuk memastikan kursi empuk dan udara tidak terlalu dingin.

“Bram, aku bukan anak kecil, kamu santai aja.”

“Aku cuma nggak mau kamu kedinginan. Kamu, dua bayi, dan Mama harus nyaman semua.”

“Ya Tuhan, menantu Mama ini overprotective banget. Tapi manis sih.”

Sesekali Rianti tertawa, sesekali menatap Bram yang diam-diam memperhatikannya lebih sering daripada layar.

Ketika film berakhir, Mama Dewi berdiri sambil menepuk pundak Bram.

“Kamu suami yang luar biasa, Nak. Mama tenang sekarang.”

“Saya cuma ingin mereka bahagia, Ma.”

“Dan aku sudah bahagia banget, Bram.”

Mereka bertiga kemudian keluar dari bioskop, berjalan bergandengan tangan.

Rianti menggandeng tangan suaminya di satu sisi dan tangan Mama Dewi di sisi lain.

“Hari ini sempurna. Terima kasih, Ma, Bram.”

“Kamu yang sempurna, Sayang.”

“Kalau begini terus, cucu Mama bisa lahir dengan aura bahagia.”

Mereka pun melangkah pulang dengan tawa dan senyum yang memenuhi sore itu.

1
Nur Rsd
ceritanya bagus
my name is pho: terima kasih 🥰🥰
total 1 replies
kalea rizuky
tinggalin aja cwek uda jelek gendut bloon lagi
kalea rizuky
tolol kehilangan dua anak sekaligus males baca q oon kebangetan
my name is pho: kak, sabar.
🤭🙏
total 1 replies
kalea rizuky
rianty ttep aja bodoh
kalea rizuky
rianty ttep tolol
kalea rizuky
rianty Bram itu cinta mati ke lu jd lu sikap manis aja dia pasti bucin bodoh bgt ambil hati bram donk uda lupain itu rabuu bangsatt
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!