Bukannya mendapat ucapan selamat dan pujian, karena telah berhasil menyelesaikan study nya. Kayvaran Cano Xavier malah langsung diberikan misi penting oleh papahnya untuk menyelesaikan masalah di salah satu cabang perusahaan yang ada di Negara X, lebih tepatnya Kota Xennor. Akan tetapi, ini bukan masalah bisnis melainkan persaingan wilayah dengan beberapa klan mafia yang ada di sana.
Namun, bukan itu letak permasalahan utamanya untuk Kay. Melainkan sang adik Axelion Cano Xavier yang masih berusia 8 tahun yang diam-diam menyelinap naik ke pesawat yang akan mengantarnya ke Kota Xennor tanpa diketahui oleh siapapun. Kay menyadari keberadaan sang adik saat pesawat sudah hampir setengah perjalanan.
“Eeeh … orang utusan Tuan Luca ternyata Papah muda! Lihat, anaknya menggemaskan sekali!”
Setibanya di perusahaan dia malah dikira sebagai karyawan biasa dan bahkan dibilang Papah muda karena Axel memanggilnya Papa?
Apakah Kay bisa menyelesaikan misinya sembari menjaga sang adik?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Phopo Nira, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 15. Tawaran Kerjasama atau Lamaran?
Mendengar penjelasan Matt semalam, Kay memang sudah memperkirakan bahwa detective itu pasti akan mengganggunya dengan menggunakan laporan kehilangan para karyawannya.
Namun, Kay sama sekali tidak mengira akan secepat ini wanita yang memiliki nama yang sama dengan mendiang bibinya itu datang mengganggunya. Karena Matt pasti sudah menyelesaikan dengan baik semalam.
“Kau lagi? Bukankah semua sudah diselesaikan semalam oleh Pamanku? Lalu dengan tujuan apa kau ingin menemuiku sekarang?” tanya Kay sedikit ketus.
“Ada beberapa hal yang perlu aku pastikan secara langsung darimu. Jadi, bolehkah aku masuk sekarang?” jawab Axlyn dengan keras kepalanya.
“Tidak!” tolak Kay dengan tegas.
“Baiklah, terima kasih. Maaf, jika aku harus mengganggu waktu sebentar.”
Bukannya pergi, Axlyn malah langsung masuk ke ruangan itu padahal sudah jelas Kay tidak mengijinkannya. Karyawan yang mengantar Axlyn pun tampak kebingungan antara mengusirnya atau membiarkannya begitu saja. Karena sudah jelas Kay telah melarangnya masuk, tetapi di sisi lain karyawan itu tidak berani mengusir seorang detective kepolisian.
“Bukankah aku sudah mengatakan tidak padamu? Kenapa kau dengan tidak tahu dirinya tetap masuk ke ruangan seseorang,” sentak Kay yang benar-benar dibuat kesal dengan detective itu.
“Ruangan sangat bagus, ini akan membuat pembicaraan kita semakin nyaman. Jadi, duduklah agar pembicaraan ini cepat selesai,” ujar Axlyn yang bersikap seolah tidak menyadari ketidaksukaan Kay dengan keberadaannya di sana.
“Tuan ….”
“Kau keluarlah! Belikan beberapa menu makanan untuk sarapan,” perintah Kay pada Karyawannya itu, sebab dia tahu Axlyn tidak akan pergi sebelum tujuannya tercapai.
“Baik, Tuan!” Karyawan itu kembali menutup pintu dan segera pergi untuk mendapatkan makanan yang seperti Kay perintahkan.
Melihat Axlyn yang bersikap seolah tidak terjadi apapun saat memasuki perusahaan miliknya, Kay bisa yakin bahwa Joseph dan yang lainnya sudah membersihkan kekacauan semalam dengan sangat baik. Kay pun duduk di sisi yang langsung berhadapan dengan detective wanita itu selayaknya seolah pemimpin yang penuh wibawa.
“Langsung saja katakan apa yang ingin kau ketahui?” Kay tidak suka basa basi dengan orang asing, terutama dengan orang yang tidak ingin dilihatnya.
“Siapa kau sebenarnya? Melihat kemampuanmu semalam, aku yakin bahwa kau—”
“Siapa pun diriku, tidak ada hubungannya denganmu, Nona! Dengar, aku memiliki misiku sendiri dan kau juga memiliki pekerjaanmu sendiri. Anggap saja semalam aku hanya kebetukan membantumu menyelesaikan kasus dan juga menyelamatkanmu. Jadi, bisakah kau berhenti menggangguku dan segera pergi dari sini,” potong Kay menegaskan.
“Baiklah, kalau begitu bagaimana kalau kita bekerjasama saja. Aku tahu kedatanganmu ke Kota Xennor—”
“Tidak, terima kasih! Sebaiknya kau pergi sekarang karena aku masih banyak pekerjaan yang harus diselesaikan.”
Lagi-lagi Kay memotong ucapannya dan menolak dengan tegas tawaran kerjasama yang Axlyn ajukan. Bahkan sekarang dia hampir ingin menyeret wanita itu keluar dari ruangannya. Akan tetapi, Axlyn bersikeras mengajaknya bekerjasama dan tidak akan meninggalkan ruangan itu sampai Kay menyetujuinya.
“Dengarkan aku dulu! Kau akan mendapatkan keuntungan dengan bekerjasama denganku dan pihak kepolisian. Lalu ….”
“Aku tidak peduli! Aku akan menyelesaikan semuanya sendiri dengan caraku. Jadi, segera pergi dari ruanganku sekarang!”
Kay tetap ingin mengusir wanita itu hingga terjadi perdebatan dan kegaduhan yang membuat Axel akhirnya terbangun karena terganggu dengan suara berisik keduanya. Dengan mata yang masih setengah terpejam, Axel turun dari tempat tidur dan berjalan menuju sumber keributan.
“Papah sedang apa? Kenapa berisik sekali?” Suara dari pertanyaan Axel spontan mengalihkan perhatiannya keduanya.
“Papah? Jadi benar, kau sudah punya anak sebesar ini di usiamu yang masih sangat muda?” cecar Axlyn dengan tatapan tak percaya dengan Kay yang ternyata seorang Papah muda.
“Bukan urusanmu! Lihat ‘lah, anakku jadi bangun gara-gara kau tidak segera pergi dari sini,” sentak Kay kembali berusaha mengusir Axlyn dari sana.
“Tunggu sebentar!”
Namun, Axlyn bersikeras untuk tetap berada di sana. Dia segera melepaskan diri dan bergegas menghampiri Axel yang masih tampak linglung. Dan kemudian bertanya, “Hai, Nak! Siapa namamu? Dan dimana ibumu sekarang? Kalau kau membutuhkan seorang Ibu lagi, aku siap ‘kok menjadi ibu keduamu sehingga ….”
“Yakh, apa kau sudah gila! Siapa yang ingin menikah dengan wanita gila sepertimu? Jangan ganggu anakku dan cepat pergi dari sini!”
Betapa kaget dan terkejutnya Kay dengan apa yang Axlyn katakan. Dalam pikirannya saat itu Kay benar-benar berpikir bahwa Axlyn lebih gila dari wanita lain yang mengidam-idamkan dirinya sebagai pasangan. Kay berusaha keras menjauhkan Axlyn dari Axel agar wanita itu berhenti bicara yang tidak-tidak.
“Hai, Nak! Jika aku jadi ibumu … nanti kau bisa memiliki adik yang lucu lagi dan—ummphh!”
“Tutup mulutmu! Kau ini seorang detective polisi atau pasien keluaran rumah sakit jiwa ‘sih?”
Kay langsung membungkam mulut Axlyn untuk berhenti bicara. Dia lalu meraih telepon perusahaan untuk memanggil keamanan agar bisa membawa wanita itu pergi secepatnya dari ruangannya.
“Tuan, ada yang bisa saya bantu?”
Tak butuh waktu lama Aiden dan beberapa petugas keamanan segera masuk ke ruangan khusus Ceo itu. Mereka tercengang beberapa saat melihat Kay dan detective itu yang terlihat dimata mereka seperti sedang berpelukan satu sama lain.
Sampai ucapan Kay menyadarkan mereka, “Hai, kenapa kalian hanya mematung di sana. Cepat seret wanita gila ini keluar dari ruanganku sekarang!”
“Ouh … Kalian cepat bawa dia keluar!”
Aiden melanjutkan perintahnya. Lantas ketiga keempat penjaga dibelakangnya langsung bertindak, dia segera menyeret Axlyn keluar dari sana meski harus menangani pemberontakan keras yang dilakukan wanita.
“Sial, kenapa aku harus bertemu dengan wanita segila itu dalam misi ini,” umpat Kay yang merasa tenaganya terkuras habis hanya karena menangani wanita itu.
“Anda baik-baik saja, Tuan Kay? Memang apa yang detective itu inginkan dari anda sampai sangat bersikeras seperti itu?” Aiden menyerahkan segelas air putih sembari memberanikan diri bertanya pada Kay.
“Dia ingin bekerjasama dengan kita. Namun, aku menolaknya karena aku yakin polisi biasa sepertinya tidak ada gunanya setelah membaca informasi semalam,” jawab Kay setelah meneguk segelas air yang diberikan Aiden.
“Sudah pasti pemimpinnya berada di pihak musuh, bukan?” Axel kembali menebaknya dengan baik.
“Ck, kenapa kau pintar sekali ‘sih?” ujar Kay lama kelamaan dia menyadari bahwa keberadaan Axel disisinya sangat membantu.
“Aku ‘kan anak Papah, sudah pasti sangat pintar,” balas Axel memuji diri sendiri.
...****************...
Sementara di luar perusahaan, Axlyn sedang berteriak tidak terima karena diusir begitu saja. Tujuannya untuk mengajak Kay bekerjasama benar-benar serius, karena dia ingin membuat kota kelahirannya Kota Xennor menjadi kota yang aman ditinggali seperti kota-kota lainnya. Dan kedatangan Kay seperti angin segar yang membawa harapan bagi dirinya dan penduduk yang ada di kota itu.
“Sial, apapun yang terjadi aku harus bisa mengajaknya bekerjasama,” ucap Axlyn penuh tekad.
Bersambung ….
karyamu keren
aq seneng banget gk sabar untuk episode selanjutnya, Oh iya kak spil cucu nya Levi dan luci ya kak ya nanti dan kangen juga sama trío somplak ( Félix, jaydon, sama Levi)
Pasti Luca dan yang lain lagi ketar ketir nih, mereka pasti tahu, Kay dalam bahaya...
Semoga Kay dan yang lain selamat deh...🙏🙏🙏