Adaptasi dari kisah nyata sorang wanita yang begitu mencintai pasangannya. Menutupi segala keburukan pasangan dengan kebohongan. Dan tidak mau mendengar nasehat untuk kebaikan dirinya. Hingga cinta itu membuatnya buta. Menjerumuskan diri dan ketiga anak-anaknya dalam kehidupan yang menyengsarakan mereka.
Bersumber, dari salah satu sahabat yang memberi ijin dan menceritakan masalah kehidupannya sehingga novel ini tercipta untuk pembelajaran hidup bagi kaum wanita.
Simak kisahnya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon LaQuin, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 21. Pengacara (Pengangguran Banyak Acara)
Bab 21. Pengacara (Pengangguran Banyak Acara)
POV Author
Lola dan Jemin merasa menjadi orang kaya dadakan dengan uang hasil gadai sertifikat rumah milik orang tua Lola yang sudah di wariskan kepada Lola. Mereka lupa, kalau uang itu terhitung hutang yang harus mereka cicil setiap bulannya.
"La, bagi aku 200 ribu."
"Loh, buat apa Yang? Bukannya kemarin kamu baru aja aku kasih 300 ribu buat jajan kamu seminggu?"
"Mana cukup lah. Rokok sekarang harganya naik. Belum lagi buat makan, bensin dan kuota ku."
"Cepet banget kuota mu habis Yang? Bensin kan lebih sering pakai motorku. Makan juga aku yang bayar."
"Cerewet! Kamu mau ngasi apa nggak?!"
"Bukan gitu Yang. Katanya uang ini buat modal kita nanti."
"Halah! Belum tahu juga mau jualan apa. Sini cepat bagi!"
"Tapi buat persiapan lahiran juga pakai duit ini Yang."
"Masih lama. Nikah aja belum. Nanti aku ganti. Nggak yakin banget kamu mau kasih ke aku!"
"Kamu mau kerja lagi Yang?"
"Lihat nanti. Cepat sini!"
Dengan terpaksa Lola mengeluarkan dompetnya. Sebenarnya berat, tetapi ia tidak mau Jemin marah padanya.
Melihat Jemin yang demikian, Lola pun sedikit merenungkan ucapan sepupunya.
Bener juga kata Airin. Salah satu dari kami harus berkerja. Uang ini lama-lama bisa habis juga. Sekarang aja, sudah sisa segini. Nggak bisa nih! Aku harus sisihkan buat lahiran nanti. Batin Lola.
"Aku nggak bisa ngasi terus loh Yang. Uang ini buat lahiran juga biaya kita nikah nanti kalau-kalau kurang."
"Aku tahu! Cerewet!"
Lola pun memberikan uang sejumlah yang di minta oleh Jemin. Dengan cepat Jemin pun menyambar uang tersebut. Lola sendiri masih belum tahu, untuk apa uang itu digunakan oleh Jemin.
"Kamu mau kemana?" Tanya Lola begitu melihat Jemin bersiap untuk pergi.
"Biasalah."
"Aku ikut!"
"Ck! Nggak usah. Kamu kan lagi hamil."
"Kamu pasti nggak pulang atau pulang hampir subuh."
"Nggak lah, mana mungkin."
"Pokonya aku ikut!" Kekeh Lola.
"Apa sih?! Ganggu aja. Aku mau marbar sama temen-temen ku. Kalau kamu ikut pasti nggak lama minta pulang. Alasan bosen lah, ini lah, itu lah! Pokoknya kamu di rumah aja, nggak usah kemana-mana!"
"Kalau sampai jam 10 malam kamu nggak pulang, aku susul nih!" Ancam Lola.
"Aku bukan anak kecil ya La! Udah ah! Diem aja kamu di rumah."
Meski terpaksa menuruti kemauan Jemin untuk menghindari pertengkaran, Lola tidak hanya diam begitu saja. Diam-diam ia bertanya kepada Bayu, teman dekat Jemin. Selepas kepergian Jemin, ia pun mengirimkan pesan kepada Bayu.
Lola : Bayu
Tidak lama pesan Lola di baca. Dan tampak Bayu pun mengetikkan sesuatu disana.
Bayu : Apa
Lola : Kamu tahu Jemin suka ngapain aja nggak kalau nggak ada aku?
Bayu : Maksudnya ?
Lola : Dia tuh boros banget. Baru aja kemarin aku kasih duit, hari ini udah minta lagi.
Bayu hanya membaca pesan Lola tanpa membalasnya. Hal itu membuat Lola menjadi kesal dan mendesak Bayu untuk menjawab.
Lola : Pasti kamu tahu sesuatu kan Bay?
Lola : Bayuuu....
Lola : Jawab Bay....
Sekian menit setelah menunggu.
Bayu : Kamu jangan bilang Jemin aku yang bilang ya?
Pada akhirnya Bayu menyerah.
Lola : Iyaaaaa, cepet bilang
Bayu : Awalnya Jemin suka beli item di game. Tapi sekarang dia udah jarang main game bareng kami lagi
Lola : Terus
Bayu : Jemin main game slot sekarang
Lola : game slot itu apa?
Bayu : Masa' kamu nggak tahu?
Lola : Kasih tahu apa susahnya sih Bay?
Bayu : Judi online
"Hah?!"
Lola terkejut mendengar Jemin bermain judi online. Lola pernah dengar efek dari judi online tersebut akan berdampak besar pada kehidupan orang tersebut. Bukannya menambah sukses, kebanyakan dari mereka menjadi stres dan terlilit hutang dimana-mana.
Dan sekarang, Jemin sedang terjerat akan permainan menyesatkan itu.
Pantas saja dia selalu kekurangan uang. Dan selalu nggak jelas, kemana aja uangnya. Batin Lola
Sungguh aplikasi yang meresahkan. Sayangnya, pemerintah tidak mengambil tindakan untuk menghapus aplikasi yang menjamur bagai virus tersebut. Yang sudah banyak menyusahkan kehidupan orang banyak.
Bayu : Ingat ya La. Jangan bilang aku yang bilang.
Lola : Iya. Aman.
Lola terdiam dan berpikir keras, bagaimana caranya agar calon Ayah dari anaknya itu, berhenti dari judi online.
***
Sementara itu, ditempat berbeda.
Jemin duduk di sebuah coffee shop yang di gemari kaula muda saat ini. Dengan memiliki fasilitas Wifi yang lancar, akan membuat betah bagi mereka yang suka bermain game.
"Ck! Sial! Kalah lagi."
Jemin menggaruk dengan keras kepalanya yang sebenarnya tidak gatal. Tindakan itu hanya pengungkapan rasa kesal dan kecewanya saja terhadap game yang sedang ia mainkan.
Jemin tidak sadar kalau ia mulai ketagihan. Sekarang saja ia mulai memikirkan lagi, bagaimana caranya mendapatkan uang kembali.
"Kenapa Jem? Kalah lagi?" Tanya Teman yang duduk bersamanya.
"Iya. Bete!"
"Coba pakai aplikasi yang ini, aku dari kemarin menang terus."
"Yang mana?" Tanya Jemin antusias.
Temannya itu pun lalu mengarahkan pada sebuah aplikasi yang kemudian di download oleh Jemin.
Hanya dengan secangkir kopi, Jemin dan temannya duduk berjam-jam lamanya. Tidak ingat untuk makan apalagi pulang ke rumah.
Sementara itu Lola mulai kesal menunggu Jemin pulang. Ia pun mulai mengirimkan pesan, tetapi Jemin terus mengabaikan pesannya tersebut.
"Ah, anj*ng!! Apaan sih pakai nelpon segala?!"
Jemin mengumpat kesal saat ia tengah fokus bermain slot, tiba-tiba harus keluar aplikasi karena ada panggilan telepon dari Lola.
Teman Jemin hanya terkekeh melihat kekesalan Jemin.
"Apa?! Kamu nggak tahu kamu nelpon udah ganggu aku?!"
"Kamu dimana Yang? Udah jam 9 malam kamu belum pulang juga. Kamu pergi dari siang loh Yang."
"Aku bukan anak kecil yang kamu atur harus pulang jam berapa ya?!"
"Pulang lah. Aku nggak enak badan. Dari tadi aku muntah terus."
"Alasan!"
"Kamu nggak percaya? Atau tunggu sampai aku di larikan ke RS baru kamu mau percaya?!"
Tiba-tiba otak Jemin mereda sesaat. Ia teringat Lola sedang mengandung anaknya sekarang.
Awalnya Jemin pusing memikirkan ia akan menjadi seorang ayah di usia yang masih muda. Tetapi memikirkan bagaimana rupa bayinya nanti, ada perasaan yang tumbuh yang ia sendiri pun tak mengerti perubahannya. Ia pun menjadi menantikan kehadiran bayinya itu meski tidak memberitahukan Lola.
"Yang..." Panggil Lola menyadarkan Jemin dari lamunan.
"Apa sih?! Iya bentar lagi aku pulang."
Panggilan langusung di matikan oleh Jemin secara sepihak begitu ia menjawab demikian. Moodnya untuk melanjutkan game pun sudah hilang. Dan ia pun memutuskan untuk pulang.
"Eeeeeh! Mau kemana?!" Tanya temen Jemin sembari tak melepaskan pandangannya dari handphonenya begitu melihat Jemin beranjak dari duduknya dan bersiap hendak pergi.
"Pulang." Jawab Jemin singkat.
"Aku belum selesai ini?!"
"Terserah."
Tanpa banyak berkata lagi, Jemin meninggalkan temannya yang masih sibuk bermain game. Dan melaju membawa kendaraannya membelah jalan raya yang masih ramai meski malam semakin larut.
Bersambung...
Jangan lupa dukung Author dengan like dan komen ya, terima kasih 🙏😊
mayan buat iklan biar gk sepaneng kebawa pikiran yg lg ruwet🤭🤣