NovelToon NovelToon
Ketika Suamiku Pergi

Ketika Suamiku Pergi

Status: tamat
Genre:Kehidupan Manis Setelah Patah Hati / Tamat
Popularitas:16.5k
Nilai: 5
Nama Author: Ni R

Ditinggal saat sedang hamil, Elma terpaksa bekerja serabutan untuk memenuhi kebutuhannya seorang diri. Yang lebih menyakitkan daripada sekedar ditinggal, ternyata suami Elma yang bernama Dion secara diam-diam menceraikan Elma. Dan dibalik pernikahan tersebut, ada kebenaran yang jauh lebih menyakitkan lagi bagi Elma. Penasaran? Yuk baca ceritanya....

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ni R, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Aku Mohon...

Restoran yang dipesan tampak sepi siang itu. Langit di luar mendung, membuat suasana terasa sendu dan menekan. Ratna melangkah masuk dengan perasaan berdebar. Pesan yang diterimanya dua jam lalu begitu singkat dan misterius,

“Datanglah ke restoran Orchid Garden pukul dua siang. Aku punya sesuatu tentang masa lalu yang harus kau tahu.”

Nomor pengirim tidak dikenal, tapi entah mengapa Ratna merasa dorongan kuat untuk datang. Ia bahkan tak sempat memikirkan kemungkinan buruknya, hanya rasa penasaran yang menguasai pikirannya.

Begitu sampai, pelayan langsung menuntunnya menuju ruang pribadi di lantai dua. Ratna mengetuk pintu perlahan. Tak ada jawaban, tapi suara seseorang dari dalam berkata pelan, “Masuk saja.”

Ratna mendorong pintu dan langkahnya seketika terhenti. Di dalam ruangan itu, duduk seorang pria dengan senyum tipis di wajahnya. Amar.

Ratna menatapnya lekat-lekat, seolah tak percaya. “Amar?” ucapnya nyaris berbisik. “Kenapa kau di sini? Siapa yang mengundangmu?” tanya Ratna dengan raut wajah kebingungan.

Amar menegakkan tubuhnya, menatap Ratna dengan pandangan yang sulit dibaca, ada dingin, ada juga kepuasan tersembunyi. “Aku yang mengundangmu, Ratna,” katanya tenang, menyeruput kopi di depannya.

Ratna mengerutkan dahi. “Kau yang mengirim pesan itu?” tebaknya dengan dada berdebar.

Amar mengangguk. “Benar. Aku pikir sudah saatnya kita berbicara empat mata. Sudah lama aku menunggu momen ini," ujar Amar dengan senyum sinis.

Suasana menjadi tegang. Ratna mulai merasa tidak nyaman. “Aku tidak paham maksudmu. Untuk apa semua ini?”

Amar menatapnya lurus, lalu bersandar ke kursi. Suaranya menjadi lebih berat, penuh tekanan. “Bagaimana kabarmu setelah berhasil merencanakan kecelakaan kedua orang tua Ibu dan juga paman serta bibiku?”

Dunia Ratna seolah berhenti berputar. Matanya membesar, wajahnya memucat. “A-apa yang kau katakan?” suaranya bergetar.

Amar hanya menatapnya tajam, seolah menelanjangi isi hatinya. “Jangan berpura-pura tidak tahu. Aku tahu semuanya. Kecelakaan tiga puluh tahun lalu yang merenggut nyawa tiga orang, itu bukan kecelakaan, bukan? Itu semua hasil rencanamu.”

Ratna terdiam membeku. Suara detak jam di ruangan terasa begitu keras di telinganya. “Kau gila…” ucapnya terbata. “Aku tidak tahu apa yang kau bicarakan.”

Amar tersenyum miring. Ia mengambil sesuatu dari dalam map cokelat di hadapannya, lalu melemparkannya ke meja. Sebuah foto terlepas dari dalamnya dan meluncur ke arah Ratna.

Ratna refleks meraihnya. Tapi begitu melihat isi foto itu, tubuhnya gemetar hebat.

Foto itu memperlihatkan dua bayi laki-laki, berusia lima bulan. Matanya bulat, pipinya tembam, mengenakan selimut putih dengan bordir nama kecil di sudut bawah Amar dan Azdar.

Ratna menatap foto itu lama, bibirnya kaku, seolah tak bisa bernapas. “Dari mana kau mendapatkan foto ini?” tanyanya pelan.

Amar hanya tersenyum dingin. “Dari tempat yang seharusnya tidak pernah kau bayangkan akan terbuka kembali.”

Ratna memejamkan mata, menahan napas yang tercekat. “Siapa kau sebenarnya?”

“Pertanyaan yang bagus,” jawab Amar, menyandarkan punggungnya dengan tenang. “Aku hanya seseorang yang selamat dari kebusukan masa lalu. Anak kecil yang dulu kau singkirkan demi warisan. Anak yang seharusnya mati bersama ibunya, tapi ternyata tidak."

Ratna tersentak. Tangannya bergetar hebat. “Tidak, itu tidak mungkin.”

“Tidak mungkin?” Amar menatapnya tajam, matanya berkilat dengan emosi yang tertahan. “Kau kira aku tidak tahu bahwa kau mengatur semua agar kecelakaan itu terjadi di tikungan curam? Kau pikir aku tidak tahu bahwa kau menyingkirkan siapa pun yang menghalangimu mendapatkan harta peninggalan keluarga?”

Air mata perlahan menetes di wajah Ratna. “Aku tidak pernah berniat seperti itu, aku hanya...”

“...hanya ingin hidup enak, begitu?” potong Amar dingin. “Hanya ingin menjadi satu-satunya pewaris? Kau menyingkirkan orang-orang yang mempercayaimu, bahkan darah yang tak memiliki dosa padamu.”

Ratna menggigit bibirnya, menahan sesal yang mulai menggerogoti. “Dari mana kau tahu semua ini?”

Amar mencondongkan tubuh ke depan. “Dari seseorang yang dulu pernah bekerja untuk keluarga kalian. Seseorang yang menyaksikan semuanya, tapi tidak bisa berbicara karena diancam olehmu.” Ia berhenti sejenak, lalu melanjutkan dengan nada rendah, “Dan sekarang aku kembali, bukan untuk sekadar menuntut jawaban. Tapi untuk menunjukkan padamu bagaimana rasanya kehilangan segalanya. Sebelum meninggal dunia, kakekku sudah memberitahu semuanya."

Ratna membeku. Ia merasa seperti berada di ujung jurang, tak tahu harus berpegangan pada apa. “Kau ingin apa dariku?” suaranya lemah.

Amar bangkit dari kursi, mendekat perlahan. “Aku ingin kau tahu rasanya dihantui masa lalu. Seperti aku, yang tumbuh dengan luka dari kebusukanmu.”

Ratna menatapnya dengan mata basah. “Aku tidak tahu, aku tidak tahu kau siapa sebenarnya.”

Amar tertawa pelan. “Tentu saja kau tahu. Tatap baik-baik wajahku, Ratna. Tatap mata ini. Kau tidak mengenalnya karena dulu kau terlalu sibuk menyembunyikan dosa.”

Ratna memandangnya lama. Wajah Amar memang samar-samar mirip dengan seseorang di masa lalu. Lelaki yang dulu pernah ia anggap ancaman. Suami dari sahabatnya.

Tubuh Ratna melemah, ia nyaris terjatuh ke kursi. “Tidak mungkin… kau..."

“Ya,” potong Amar cepat. “Aku adalah keponakan dari sahabatmu, Maya. Yang kau singkirkan bersama suaminya di tebing itu. Mendiang mamaku melahirkan dua bayi kembar, berhubung bibiku sudah lima tahun menikah tapi belum memiliki anak, pada akhirnya kedua orang tuaku sepakat menyerahkan adikku kepada bibiku, Maya. Tapi sayang sekali, saudara kembarku meninggal dalam kecelakaan yang kau atur. Beberapa tahun yang lalu, mama dan papaku mencoba menaikkan kembali kecelakaan yang menimpa bibiku, paman dan adikku. Tapi ternyata, kau juga membunuh kedua orang tuaku dalam kecelakaan."

Ratna menutup mulutnya dengan tangan, tubuhnya bergetar hebat. “Tapi, kalian sudah...”

“Sudah mati? Sayangnya tidak.” Amar menatapnya dengan dingin. “Aku masih hidup. Dan sekarang aku memiliki sesuatu yang bisa menghancurkan keluargamu, Ratna. Termasuk Diana dan Dion.”

Ratna menatapnya panik. “Jangan bawa anak-anakku dalam masalah ini. Mereka tidak tahu apa-apa!”

“Tapi mereka menikmati hasil dari dosamu,” kata Amar tajam. “Dan itu cukup bagiku untuk membayar lunas.”

Ratna mencoba bangkit, tapi lututnya goyah. “Tolong, Amar. Jangan lakukan ini, aku mohon.”

Amar menatapnya dengan tatapan tanpa belas kasih. “Sudah terlambat untuk memohon. Kau akan mengerti nanti, saat semua yang kau miliki hancur di depan matamu. Kau iri pada kehidupan bibiku yang menikahi Hendar, suami bibiku yang turut dalam kecelakaan itu."

Setelah berkata demikian, Amar melangkah pergi meninggalkan Ratna yang terduduk lemas di kursi, menggenggam foto bayi itu erat-erat sambil menangis tanpa suara.

Hujan mulai turun di luar jendela restoran. Langit gelap seolah ikut menyaksikan bagaimana rahasia masa lalu yang selama ini terkubur akhirnya kembali hidup, dan siap menelan siapa pun yang pernah berbuat dosa.

Ratna mengusap wajahnya berulang kali, mencoba menenangkan diri, namun jantungnya berdetak begitu cepat. Keringat dingin mulai mengalir di pelipisnya meski ruangan itu ber-AC. Ucapan Amar terus terngiang di kepalanya, tentang bukti kejahatan masa lalu yang kini ada di tangan pria itu. Ia merasa seolah napasnya tersengal, seakan seluruh dunia menekan dadanya.

Ratna bangkit dengan langkah gontai, meninggalkan restoran dengan tangan gemetar. Sesampainya di mobil, ia menutup pintu rapat, lalu menunduk, menahan tangis yang hampir pecah. “Tidak, ini tidak boleh terjadi,” gumamnya. Ia ingin segera menelepon Diana dan Dion, namun jarinya berhenti di atas layar ponsel. Bagaimana mungkin ia menjelaskan semuanya? Bagaimana ia bisa menceritakan dosa lamanya kepada anak-anak yang selama ini ia banggakan?

Ratna menatap bayangannya di kaca spion. Wajahnya pucat, matanya merah, seolah menua puluhan tahun dalam satu hari. Ia menggigit bibir, mencoba berpikir cepat. “Aku harus menghentikannya, sebelum semuanya terbongkar,” ucapnya pelan. Namun di lubuk hatinya, ketakutan itu tumbuh semakin besar, Amar benar-benar tahu segalanya, dan mungkin waktunya sudah hampir habis.

1
Arin
/Heart/
Nie_Ayu
👏
Nie_Ayu
👏👏👏
Dewi Ajah
biar mengalir aja el
Dewi Ajah
keren lah elma.. bisa berkata tegas sama dion n mak nya.. biar makin gila mereka🤭
Sunaryati
Lanjuut
Arin
Biar mereka yang jahat mendapatkan apa yang mereka lakukan Elma.
Sekarang tinggal dirimu menyongsong bahagia tanpa ada bayang masa lalu yang menyakitkan
Lisa Yacoub
ceritanya bagus, thor.
Lisa Yacoub
tadi Amar naik motor, kok sekarang naik mobil, thor?
Sunaryati
Kok yang pergi Yardan, apa mereka tinggal di rumah Diana? Kehancuran kamu perlahan namu pasti sudah berjalan Diana, Dion dan Fira juga sudah , nikmati saja
Sunaryati
Karma itu datang pada orang yang mengabaikan pepatah yang kita tanam nanti kita tuai jugs
Sunaryati
Mana sikap percaya diri dan kesombongan kamu Diana?
Dwi Agustina
Karma dibayar satu persatu👍
Sunaryati
Itulah jika hidup bergantung pada orang-lain walaupun itu suami atau istri, apalagi perangai kalian sebelumnya buruk, maka tidak ada yang percaya. Nikmatilah buah perilakumu pada Elma dan orang- orang yang pernah kau kecewakan Ratna Dion, dan Diana
Sunaryati
Mantaaap lanjutkan Amar hentian Dion melalui istrinya Fera dan jangan lupa Diana yang menyiksa Elma sampai keguguran, yo tak tunggu aksimu
Sunaryati
Dion dan Disna tidak akan mendapatkan apapun dari Elma
R Ni: mereka akan mendapatkan kehancuran
total 1 replies
Sunaryati
Aku juga menantikan momen itu Amar. Mertua kejam dan angkuh ternyata melakukan pembunuhan di mass lalu. Setelah itu bisnis ilegal Fera dibongkar. Makin seru.
R Ni: setelah ini akan ketahuan
total 1 replies
Sunaryati
Amat pinter membuat lawan ketakutan, bener makin lama Ratna aka depresi berat dan gila. Membuat Repot anak- anaknya.
R Ni: dan anaknya akan penasaran 👍🏻
total 1 replies
Dwi Agustina
Amar mmg lawan yg sepadan biar g berasa aling diatas sj👍
R Ni: iya kakak🤭🤭
total 1 replies
Sunaryati
Semakin seru lanjut
R Ni: iya kakak🌹🌹
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!