Ketika perang abadi Alam atas dan Alam bawah merembes ke dunia fana, keseimbangan runtuh. Dari kekacauan itu lahir energi misterius yang mengubah setiap kehidupan mampu melampaui batas dan mencapai trensedensi sejati.
Hao, seseorang manusia biasa tanpa latar belakang, tanpa keistimewaan, tanpa ingatan masa lalu, dan tumbuh dibawah konsep bertahan hidup sebagai prioritas utama.
Namun usahanya untuk bertahan hidup justru membawanya terjerat dalam konflik tanpa akhirnya. Akankah dia bertahan dan menjadi transeden—sebagai sosok yang melampaui batas penciptaan dan kehancuran?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Slycle024, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta warisan
Hamparan Salju Tak Berujung
Di sebuah gua kecil yang luasnya tak lebih dari seratus meter persegi.
Di dalamnya, suasana sunyi seolah menelan segala suara kehidupan.
Zhang Hao berdiri diam di samping tubuh seorang gadis bernama Mu Lanxing, yang telah tertidur selama tiga tahun penuh. Selama itu, ia hidup sendirian, ditemani kesepian yang perlahan menumpuk menjadi perasaan yang sulit dipahami. Kini, di hadapannya, sisa jiwa seorang wanita bernama Yue menawarkan satu cara untuk menyelamatkan gadis itu.
Dia menatap wajah Mu Lanxing tanpa berpaling sedikitpun. Tatapannya dingin, nyaris tanpa emosi, tetapi di balik ketenangan itu pikirannya bergejolak hebat. Ia terjebak dalam perhitungan untuk menyelamatkan dan membiarkannya.
Tanpa dia sadari, tangannya terulur, menyentuh helaian rambut gadis itu yang kini telah memutih.
“Cepat selamatkan dia,” ucap Yue dengan nada geram. “Aku bisa merasakan bahwa hidup gadis itu sudah hampir berakhir."
Sepanjang hidupnya, Yue belum pernah melihat seseorang seaneh Zhang Hao. Ia begitu tenang, seolah tidak ada yang benar-benar penting baginya selain dirinya sendiri. Kebanyakan pria akan bertindak gegabah demi orang yang mereka sayangi. Namun pria ini bahkan hampir tidak menunjukkan perubahan ekspresi sedikit pun.
“Kau terlalu banyak berpikir,” lanjut Yue, kini terdengar kesal. “Tubuh gadis itu masih bertahan karena ada entitas asing di dalam dirinya. Tapi tubuhnya tidak bisa lagi menyerap energi dari luar. Selama ini, yang menjadi bahan bakar untuk bertahan dan tumbuh kemungkinan umurnya sendiri.”
Nada Yue melembut ketika menatap Mu Lanxing. “Sekarang aku bahkan tidak merasakan sedikitpun aura spiritual darinya. Huhuhu betapa malang nasib gadis ini.”
Zhang Hao mengerutkan kening, suaranya terdengar datar. “Lalu apa yang harus kulakukan?”
“Gunakan energi kehidupanmu untuk membangunkan kesadarannya,” jawab Yue cepat.
Zhang Hao menatapnya dengan ragu. “Bukankah kau bilang tubuhnya tidak bisa menyerap energi luar?”
Yue menatapnya tajam, tampak jengkel. “Yang kumaksud bukan menyerap. Kau hanya perlu mengalirkan energi spiritual dan energi kehidupanmu ke dalam tubuhnya, lalu bimbing energi tersebut sampai tubuhnya bisa bekerja kembali.”
Zhang Hao tetap menatapnya tanpa ekspresi. “Jadi sesederhana itu?”
Yue tersenyum sinis. “Sesederhana itu? Peluangnya hidup tidak sampai satu persen.”
Zhang Hao langsung terdiam cukup lama. Ia melirik Yue yang kini tampak sibuk menatap tumpukan harta spiritual di sudut gua dengan mata penasaran.
“Jangan lihat aku seperti itu,” ujar Yue cepat-cepat. “Tubuh gadis itu sangat rapuh. Jika energi spiritualmu memicu teratai dan manis es di dalam tubuhnya, ia akan membeku dan mati di tempat.”
Zhang Hao menghela napas pelan. “Jadi pada akhirnya, dia tetap akan mati juga?”
“Sepertinya begitu. Kecuali kamu bisa memperkuat dan menangani hawa dingin yang keluar nanti” jelas Yue.
Zhang Hao masih berdiri di tempat yang sama, pikiranya jatuh dalam keheningan.
“Sudahlah, biarkan saja,” suara Yue terdengar lembut, tapi menyimpan sindiran. “Bukankah gadis itu dulu hanya memanfaatkanmu? Kalau dia mati sekarang, apa salahnya?”
Zhang Hao tidak menjawab.
“Tapi…” suaranya nyaris tak terdengar sebelum kembali tenggelam dalam keheningan.
Yue menatap wajahnya lama. Dalam tatapan datar itu, ia melihat sesuatu yang berbeda—sebuah perubahan yang samar, namun nyata. “Apakah itu perhitungan atau rasa simpati? Siapa yang tau. Tapi bagaimanapun juga, dia tetap manusia,” bisik Yue lirih. “Bahkan makhluk tertinggi pun masih memiliki emosi.”
Pandangan Yue beralih pada bunga kecil di sudut gua. Kelopaknya sederhana, namun memancarkan cahaya hijau lembut yang hampir tak terlihat.
“Dari mana kau mendapatkan bunga itu?” tanya Yue pelan.
Zhang Hao tidak menoleh dan bertanya:“Apakah bunga itu bisa menyelamatkannya?”
Yue melangkah mendekat dan menatap bunga itu dengan kagum. “Aku bisa merasakan aura kehidupan yang murni darinya. Jika ada seratus bunga seperti ini, kemungkinan besar ia bisa menahan semburan energi dingin nanti”
Zhang Hao memandangi bunga itu dalam-dalam. Ia mengenalinya. Itu bunga liar yang dulu ia petik saat masih kecil di Hutan Iblis tanpa tahu apa pun tentang nilainya. “Jadi selama aku bisa mengumpulkan bunga ini, aku bisa menyelamatkannya?”
Yue menatapnya seperti melihat orang bodoh. Dia melambaikan tangannya, kemudian aura berwarna hijau dan murni keluar dari bunga tersebut. Kemudian Yue menoleh dan berkata: “ Gunakan ini untuk memperkuat dan memperbaiki tubuhnya ketika energi dingin menyembur keluar”
Zhang Hao merasakan kehangatan yang familiar dari aliran energi itu. Ia menatapnya sejenak, lalu menoleh ke arah Mu Lanxing dan Yue, memberi anggukan pelan.
Yue tersenyum lembut. “Sepertinya kau telah menemukan caramu sendiri,” ucapnya dengan suara tenang.
Zhang Hao menunduk dan menarik napas dalam. Setetes darah muncul di ujung jarinya. Darah itu mengandung esensi kehidupan murni yang ia kumpulkan selama bertahun-tahun di Hutan Iblis.
Dengan gerakan lembut, ia menuntun tetes itu menuju jantung Mu Lanxing. Setetes darah itu mulai terserap dan perlahan mulai menyatu dengan sempurna. Kemudian Zhang Hao menutup mata, dan mulai membimbing energi kehidupan ke seluruh jalur spiritual tubuh gadis itu, serta menuntunnya hingga mencapai organ-organ vital.
Waktu berjalan lambat dalam keheningan.
Lalu terdengar suara jantung berdetak pelan. Napas Mu Lanxing mulai teratur, rona merah kembali ke pipinya.
Seketika, senyum tipis muncul di wajah datar Zhang Hao. Namun dalam sekejap, hawa dingin menyembur dari tubuh gadis itu dan menyelimuti seluruh gua.
“Dasar bodoh!” teriak Yue panik. “Segel lautan spiritualnya sekarang juga! Kalau tidak, dia akan mati membeku!”
“Aku tidak tahu caranya!” balas Zhang Hao, suaranya bergetar.
Tanpa berpikir panjang, ia menekan kedua telapak tangannya di perut Mu Lanxing dan mulai menyerap energi dingin yang keluar dari tubuh gadis itu.
Rasa dingin ekstrim menjalar ke seluruh tubuhnya. Darahnya terasa membeku sedikit demi sedikit, tetapi ia tetap bertahan. Kemudian ia mengeratkan gigi agar kesadarannya tetap jernih, dan terus menahan hawa dingin yang menggerogoti tubuhnya.
Lima menit berlalu….
Sepuluh menit….
Lima belas menit…..
Kulit Zhang Hao perlahan membiru, napasnya melemah, dan lautan spiritualnya hampir membeku sepenuhnya. Bahkan teratai api yang ia serap tidak mampu menahan energi dingin yang keluar dari tubuh gadis ini.
“Senior Yue… tolong” teriaknya.
“Aku tidak bisa,” jawab Yue dengan suara lemah.“Mungkin ini memang takdir atau kau yang bodoh”
“Kau yang bodoh” teriak Zhang Hao.
“Kenapa kau tidak memberitahuku”
“Kenapa?”
Zhang Hao terus memaki, lagi dan lagi seolah semua perhitungan kacau.
Dia mulai kehilangan kendali atas tubuhnya. Namun dengan paksa menggigit bibirnya, segera, rasa sakit membuatnya mendapatkan kembali kendali atas tubuhnya.
“Lanxing…cepatlah sadar, kamu bisa mati tapi jangan di depanku” bisiknya sebelum akhirnya kesadarannya hilang. Perlahan tubuhnya jatuh dan bahkan sebagian tubuhnya membeku seolah bisa hancur kapan saja.
Yue menatap kedua orang bodoh itu. kemudian tersenyum seolah sudah memprediksi semuanya.
-----
Sebulan berlalu dalam keheningan.
Yue masih menatap Mu Lanxing yang masih tak sadarkan diri. Kesabarannya mulai menipis, segera, suaranya terdengar menggema. “Sampai kapan kau akan diam? Permainan apa lagi yang kau buat?”
Dari tubuh Mu Lanxing muncul sosok seorang wanita berpakaian sederhana. Tatapannya tenang, suaranya lembut. “Kalian masih keras kepala seperti biasa. Bukankah lebih baik pergi dengan damai dan bereinkarnasi?”
Yue langsung marah. “Bukannya itu sama saja mengulangi kejadian yang sama. Apakah ini yang kamu inginkan?Cepat. Suruh tubuh utamamu keluar dan hadapi aku!”
“Dia sedang tertidur,” jawab sosok itu dengan lembut. “Sepertinya mereka sudah mulai bergerak.”
“Siapa mereka?” bentak Yue marah. “Kau bahkan telah membantai semua kultivator yang berusaha menembus alam tertinggi! Untuk apa kau melakukannya?”
Wanita itu hanya tersenyum samar. “Obsesi kalian tidak pernah berubah, bahkan alam rahasia ini.”
Setelah mengucapkan kata-kata itu, sosok itu melambaikan tangannya, lalu memudar dan kembali masuk ke tubuh Mu Lanxing.
Kemudian empat bunga teratai muncul di udara. Dua berwarna biru es, dua lainnya berwarna merah keemasan. Mereka melayang di antara Zhang Hao dan Mu Lanxing, menyerap seluruh esensi spiritual dari harta di sekeliling gua, lalu perlahan menyatu ke dalam tubuh keduanya.
Yue terdiam sejenak dan bergumam dalam hati:“Aku tidak tahu permainan apa yang dia buat, tidak biasanya dia ikut campur hal sepele seperti ini? Apa yang terjadi?”
Kemudian dia menatap keduanya cukup lama. Senyum lembut diliputi kesedihan muncul di wajahnya.
“Sepertinya dia benar, aku takut diriku yang lain sedang menunggu di gerbang reinkarnasi” gumamnya pelan, lalu menghilang kedalam udara tipis.
------
Waktu mengalir seperti mimpi.
Kelopak mata Mu Lanxing bergetar pelan sebelum akhirnya terbuka. Cahaya lembut dari dinding gua menyambut pandangannya.
“Apakah ini surga?” bisiknya lemah.
Ia menoleh dan melihat sosok Zhang Hao yang terbaring tak jauh darinya. Dalam pandangannya, pria itu tampak asing namun tidak asing.
Mu Lanxing menatapnya lama, lalu berusaha bangkit, tetapi seluruh tubuhnya terasa kaku dan lemah. Di dekat pintu gua, ia melihat pakaian kotor miliknya sendiri yang dipenuhi debu dan darah.
Kesadarannya perlahan kembali, menyusun potongan-potongan ingatan yang sempat hilang. Wajahnya memerah, namun ia belum terbiasa dengan perubahan tubuhnya.
Ia menarik napas panjang dan menutup mata lagi. Kesadarannya tenggelam ke dalam pemeriksaan batin, memeriksa inti spiritual yang kini terasa berbeda, seolah tubuhnya telah berevolusi.
-----
Keesokan harinya, Zhang Hao membuka mata. Tubuhnya terasa ringan dan segar. Ia menggores sedikit kulit di lengannya, dan luka itu perlahan menutup sendiri dalam hitungan menit.
“Pemulihannya terlalu lambat,” gumamnya kecewa.
Ia menatap sekeliling dan memanggil, “Senior Yue, kau masih di sini?”
Udara di sekitarnya bergetar lembut. Sosok Yue muncul dari udara tipis dan memandangnya datar. “Sepertinya kau sudah pulih. Ada apa?”
“Warisan,” jawab Zhang Hao cepat. “Biasanya kalau seseorang bertemu sisa jiwa sepertimu, mereka akan mendapat warisan, bukan?”
“Tidak,” jawab Yue singkat, tampak memotong semua kemungkinan.
Zhang Hao mendesah kecewa, lalu berjalan ke arah Mu Lanxing yang masih terbaring. Pakaian gadis itu sudah rusak dan kotor. Dengan tenang, ia menggantinya dengan pakaian bersih tanpa sedikit pun keraguan.
Yue menatapnya dengan ekspresi campuran antara jengkel dan kagum. “Pria kecil, aku tidak tahu apakah kau polos atau bodoh, tapi ada batas antara pria dan wanita. Kau seharusnya menahan diri.”
Meski menegurnya, Yue melihat bagaimana wajah Zhang Hao tetap tenang dan tanpa perubahan sedikit pun.
Sementara itu, di dalam kesadarannya, Mu Lanxing bisa merasakan semuanya. Jiwanya bergetar, perasaannya campur aduk antara malu dan kesal ketika menatap pria itu.
“Apa-apaan ekspresi datar itu, apakah aku benar-benar tidak menarik” keluhnya dalam hati.
Zhang Hao menepuk tangannya dan berkata, “Akhirnya selesai.”
Kemudian, Ia melangkah keluar gua dan duduk di atas batu besar di tepi tebing, menatap lautan salju yang tak berujung. Lalu mulai melakukan perhitungan seperti sudah terbiasa.
“Seperti tidak lama lagi,” bisiknya pelan.
-----
Di dalam gua, Yue muncul dan menatap gadis yang masih tak sadarkan diri. Senyum tipis muncul di wajahnya, lalu menghilang kembali.