NovelToon NovelToon
SUAMI DADAKAN

SUAMI DADAKAN

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / CEO / Cinta setelah menikah / Pengantin Pengganti / Pernikahan Kilat / Bercocok tanam
Popularitas:4.2k
Nilai: 5
Nama Author: my name si phoo

Khanza hanya berniat mengambil cuti untuk menghadiri pernikahan sepupunya di desa. Namun, bosnya, Reza, tiba-tiba bersikeras ikut karena penasaran dengan suasana pernikahan desa. Awalnya Khanza menganggapnya hal biasa, sampai situasi berubah drastis—keluarganya justru memaksa dirinya menikah dengan Reza. Padahal Khanza sudah memiliki kekasih. Khanza meminta Yanuar untuk datang menikahinya, tetapi Yanuar tidak bisa datang.
Terjebak dalam keadaan yang tak pernah ia bayangkan, Khanza harus menerima kenyataan bahwa bos yang sering membuatnya kesal kini resmi menjadi suaminya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon my name si phoo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 7

Setelah menyelesaikan pekerjaannya dan semua orang sudah pulang.

Khanza mengambil tasnya dan ia melihat suaminya yang sudah tidak ada di ruangan kerjanya.

Ia segera menuju ke lift sambil mencoba menghubungi Reza.

Tetapi ponsel Reza tidak aktif dan setelah pintu lift terbuka.

Khanza berlari menuju ke pom bensin dimana suaminya yang menunggunya di sana.

"D-dimana Mas Reza? Kenapa tidak ada disini?"

Khanza berdiri di bawah lampu temaram pom bensin yang mulai sepi.

Hanya ada beberapa motor yang hilir mudik, tapi mobil Reza tidak terlihat sama sekali.

Ia mencoba menghubungi suaminya lagi , tetapi tetap sama.

“Ya Allah. Mas Reza, kamu kemana? Apa dia sengaja ninggalin aku?” gumam Khanza dengan suara bergetar.

Hujan gerimis mulai turun, membuat blazer kerjanya basah.

Dengan hati gelisah, ia akhirnya memutuskan untuk memanggil taksi.

"Khanza! Ayo, aku antar kamu pulang." ucap Yanuar.

"T-tidak usah, aku bisa pulang sendiri."

"Za, sekarang hujan deras. Ayo, aku antar pulang."

Yanuar turun dari motornya dan memakaikan jaket untuk Khanza

"Dimana rumah kamu?" tanya Yanuar.

"Di Perumahan Graha baru," jawab Khanza.

Setelah itu Yanuar melajukan motornya menuju ke perumahan Graha Baru.

"Za, pegangan. Aku nggak mau kamu jatuh,"

Khanza dengan ragu memegang ujung jaket Yanuar, berusaha menjaga jarak sejauh mungkin.

Namun, jalanan licin karena hujan deras memaksa tubuhnya sesekali terdorong ke punggung Yanuar.

Beberapa menit kemudian mereka telah sampai di depan rumah Khanza.

"Jadi, sekarang kamu tinggal disini?" tanya Yanuar.

"I-iya, Yan. Aku sekarang tinggal disini." jawab Khanza sambil melepaskan jaket milik Yanuar.

"A-aku boleh mampir? Aku ingin mengobrol sama kamu, Za."

Dari dalam ruang tamu, Reza mengintip istrinya yang mengobrol dengan Yanuar.

"Maaf, Yan. Aku capek hari ini. Terima kasih, ya."

Khanza lekas masuk ke rumah tanpa menoleh ke arah Yanuar.

Reza yang sedari tadi memperhatikan dari balik jendela, mengepalkan tangannya kuat-kuat.

Rahangnya mengeras, nafasnya berat menahan emosi yang mendidih.

Begitu Khanza menutup pintu, suasana rumah mendadak mencekam.

Ia langsung terkejut saat melihat Reza sudah berdiri di ruang tamu dengan tatapan tajam menusuk.

“Nyaman, ya? Pulang bareng mantan pacar, bahkan sampai dianterin sampai depan rumah.” sindir Reza.

"Mas, aku tadi mencari Mas Reza di pom bensin. Tapi, Mas Reza nggak ada disana."

Reza berjalan menuju ke ruang makan sambil menikmati nasi goreng yang baru saja ia buat.

Khanza melihat kalau hanya ada satu piring nasi goreng yang dimakan oleh Reza.

"Mas Reza, makan sendiri?" tanya Khanza sambil menelan salivanya saat melihat suaminya yang makan dengan lahap.

Reza hanya diam dan menikmati nasi gorengnya sendiri.

"Mas, kita belanja yuk. Jangan lupa pakai borgol lagi?" ucap Khanza yang ingin mencairkan suasana.

Khanza berharap jika ucapannya bisa meluluhkan hati Reza.

"Tidak usah basa-basi, Za. Bukankah kamu yang meminta agar kita mengurus urusan masing-masing. Itu yang kamu mau kan?" ucap Reza dengan suara dingin.

"Mas, aku minta maaf. Aku cuma bingung dengan pernikahan ini." ujar Khanza

Reza bangkit dari duduknya sambil menatap ke arah Khanza.

“Kamu kira aku nggak bingung? Aku nggak pernah maksa kamu nikah sama aku. Aku nggak pernah protes soal Yanuar. Kamu mau merahasiakan pernikahan kita, aku diam. Tapi pernah nggak kamu mikirin perasaan aku? Pernah nggak, Za?!"

"M-mas, aku minta maaf."

“Kamu hanya mikirin perasaan kamu sendiri dan Yanuar.”

Piring di meja pun ia lempar ke wastafel, suaranya memecah keheningan.

Reza mengambil kunci mobilnya, melangkah cepat.

“Mas, mau kemana? Jangan pergi, hujan deras di luar,” seru Khanza panik sambil berusaha menahan lengan suaminya.

“Jangan pedulikan aku, Za. Pedulikan saja mantan pacar kamu itu!”

Tanpa menoleh lagi, Reza keluar sambil melajukan mobilnya meninggalkan rumah dan membiarkan Khanza berdiri sendiri dengan tubuh gemetar.

Ia berjalan menuju ke kamarnya sambil menangis sesenggukan.

"Mas Reza, aku minta maaf." ucap Khanza.

Setelah mengganti pakaiannya, Khanza mencari obat sakit kepala.

Selesai mencari obat, ia hampir tidak sanggup lagi berdiri.

Khanza langsung jatuh pingsan di sisi tempat tidur.

Sementara itu di Reza sedang duduk di dalam mobilnya.

Ia menghentikan mobilnya di sekitar taman yang ada di dekat perumahan Graha Baru.

"Astaghfirullah, apa yang sudah aku lakukan. Seharusnya aku menasehatinya, bukan malah seperti ini." gumam Reza.

Reza menundukkan kepalanya di balik kemudi, kedua tangannya menggenggam setir begitu erat hingga buku jarinya memutih.

Ia langsung menghidupkan mesin mobilnya dan segera kembali ke rumah.

Sesampainya di rumah, Reza masuk kedalam rumah dan melihat suasana yang sunyi.

Reza berjalan ke arah kamar Khanza yang terbuka sedikit.

"Za, boleh aku masuk?" tanya Reza sambil berdiri di depan pintu kamar.

Reza mendorong pelan pintu kamar dan ia melihat Khanza yang tergeletak pingsan di samping tempat tidur.

"Za!!” seru Reza panik.

Ia langsung berlari dan berlutut di samping istrinya.

Tangan dingin Khanza yang lemah membuat dada Reza terasa sesak.

Reza membopong tubuh istrinya dan membawanya ke rumah sakit.

Di sepanjang perjalanan, Reza tidak melepaskan tangannya yang sedang menggenggam tangan istrinya.

Tak berselang lama Reza menghentikan mobilnya di depan ruang UGD.

Perawat datang mendorong ranjang ke dekat mobil Reza.

Reza perlahan-lahan meletakkan tubuh istrinya yang masih belum sadarkan diri.

"Yan... Yanuar..." ucap Khanza yang sedang mengigau memanggil nama Yanuar.

Perawat meminta Reza untuk menunggu di depan ruang UGD.

Dokter segera memeriksa keadaan Khanza dan ia meminta perawat untuk melakukan tes darah.

Perawat lekas mengambil darah Khanza dan membawanya ke laboratorium.

Reza masih duduk di luar ruang UGD dengan wajan yang cemas dan khawatir.

Lima belas menit kemudian perawat kembali masuk membawa hasil laboratorium.

Dokter keluar dari ruang UGD dan memanggil Reza.

"Bagaimana keadaan istri saya, dok?" tanya Reza.

"Tekanan darahnya drop dan asam lambungnya meningkat. Harus istirahat total dirumah dan makan-makanan yang halus." jawab dokter.

Dokter memperbolehkan Reza membawa pulang Khanza.

Reza masuk ke dalam ruang UGD dan kembali membopong tubuh istrinya.

Dokter memberikan obat dan vitamin untuk Khanza.

Setelah itu Reza membawa istrinya pulang ke rumah.

Sesampainya di rumah, Reza dengan hati-hati membaringkan Khanza di ranjang kamar mereka.

Ia menarik selimut hingga menutupi tubuh istrinya, lalu duduk di kursi di samping ranjang.

Tatapan Reza tidak lepas dari wajah Khanza yang pucat.

Ada rasa bersalah yang menusuk-nusuk dadanya setiap kali ia mengingat kata-kata pedas yang sempat ia lontarkan tadi di ruang makan.

Tangannya perlahan menyentuh lembut pipi Khanza.

1
Dwi Estuning
lanjut
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!