Edgar dan Louna dituduh membuang bayi hasil hubungan mereka. Enggan berurusan dengan hukum, akhirnya Edgar memutuskan untuk menikahi Louna dan mengatakan bayi itu benar anak mereka.
Selayaknya mantan kekasih, hubungan mereka tidak selalu akur. Selalu diwarnai dengan pertengkaran oleh hal-hal kecil.
Ditambah mereka harus belajar menjadi orang tua yang baik untuk bayi yang baru mereka temukan.
Akankah pernikahan yang hanya sebuah kesepakatan itu berubah menjadi pernikahan yang membahagiakan untuk keduanya ?
Atau mereka akan tetap bertahan hanya untuk Cheri, si bayi yang menggemaskan itu.
Yuk ikuti kisahnya...!!
Setiap komen dan dukungan teman-teman sangat berharga untuk Author. Terimakasih 🙏
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aida, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Meminta Bantuan
Pagi ini suhu tubuh Cheri sudah turun. Bayi menggemaskan itu sudah mulai berceloteh lagi. Suasana pagi akhir-akhir ini begitu disukai oleh Louna dan Edgar sebab mereka selalu mendengarkan musik terindah di dunia. Yaitu ocehan Cheri.
Louna dan Edgar merasa sangat senang dengan perkembangan Cheri yang terbilang cepat. Cheri sudah mulai mengoceh diusia empat bulan dan sekarang usianya tujuh bulan sudah menunjukkan tanda-tanda duduk.
Setiap harinya baik Louna dan Edgar sering mengajak Cheri bicara. Apapun mereka bicarakan berharap agar Cheri bisa menirukannya.
Cheri sudah membuka matanya padahal diluar sana masih gelap. Ia berceloteh dengan suaranya yang besar dan imut di pendengaran. Ia menindih tubuh Louna. Dirasa Louna tidak ada pergerakan ia berpindah posisi ke atas tubuh Edgar.
Edgar terusik karena merasa geli ada yang basah di pipinya. Ia membuka matanya rupanya Cheri sedang berada diatas tubuhnya. Wajahnya menghadap tepat ke wajah Edgar dengan mulut terbuka dan mengeluarkan air liurnya.
Bukannya marah, Edgar malah tertawa meskipun matanya masih belum bisa terbuka sempurna.
"Anak Daddy sudah bangun ya". Kata Edgar dengan suara seraknya.
Ia memeluk Cheri yang mulai mengoceh. Edgar mulai mendudukkan tubuhnya dan mengecek keadaan Cheri.
"Syukurlah, anak Daddy sudah sembuh ya. Sudah siap bermain lagi ya". Kata Edgar dengan nada seperti anak kecil.
Edgar kemudian membaringkan Cheri diatas ranjang dan mengajak Cheri bermain. Ia menutup wajahnya dengan jari kemudian mengintip Cheri. Melihat itu Cheri tertawa kegirangan. Ia bahkan berkali-kali menggoyang tubuhnya ke kiri dan ke kanan.
Meskipun suara Edgar dan Cheri terdengar bising tapi tetap tidak membangunkan Louna yang masih asik dengan mimpi indahnya. Mungkin dia sedang bermimpi naik kuda bersama pangeran di dalam dalam favoritnya. Kata Edgar dalam hati.
Edgar mengecek ponselnya. Sudah jam lima pagi. Ia memutuskan bangun dan mengganti popok Cheri agar lebih nyaman. Kemudian membuatkan Cheri susu.
"Ini susu.. Coba katakan.. Suu.. Suuu.." Kata Edgar mencoba membuat Cheri ikut bicara.
"Chuu.. Chuu..." Kata Cheri dengan bibir mungilnya. Edgar semakin gemas dengan Cheri.
Ia jadi teringat pembicaraan nya dengan Max tadi malam. Ia sudah yakin jika Cheri adalah anak Max melihat tanda lahir yang sama di pundak mereka. Walaupun wajah Cheri tidak ada mirip-miripnya dengan Max maupun Miya.
Malah banyak orang yang menganggap jika wajah Cheri mirip dengan Edgar. Dan Mommy Monik mengatakan ada bayi yang memang tidak mirip dengan orang tua mereka dan justru lebih mirip dengan orang yang mengasuhnya.
Mengenai teori ini Edgar masih belum bisa percaya. Sebab ia seorang Dokter. Bagaimanapun juga DNA anak pasti akan mengikuti orang tua kandungnya.
Edgar juga masih bingung harus memberitahukan hal ini pada Louna atau tidak.
Ia melihat Cheri yang menggeliat diatas sofa di dekat Edgar dengan matanya yang fokus melihat cicak yang berada tepat di atasnya.
Sesekali ia menghisap susu dalam botol yang dipegangnya sendiri. Sesekali ia mengoceh seakan bicara dengan cicak itu atau bahkan mengatainya.
Edgar hanya tertawa kecil melihat itu. Sekarang harus ia pikirkan bagaimana cara mencari tau kebenaran ini.
Jujur ia tidak rela jika Cheri diambil oleh orang tuanya. Apalagi Louna sudah pasti tidak bisa menerimanya.
"Harusnya kemarin aku cabut saja rambut Max. Kenapa tidak terpikirkan". Sesak Edgar.
"Miya menikah sudah beberapa tahun yang lalu. Sedangkan Max mengatakan wanita yang tidur bersamanya masih suci. Tapi apa mungkin Miya dan suaminya tidak pernah melakukan hubungan itu. Ah tidak mungkin".
"Atau jangan-jangan Max tidur dengan wanita lain yang memang masih suci. Bukan dengan Miya ?".
"Tapi kalung ini jelas milik Miya. Ia selalu memakainya sejak kecil. Sejak ibunya tiada Miya tidak pernah melepaskannya".
Edgar berperang dengan pikirannya sendiri. Ia tidak bisa seperti ini. Masalah ini tidak akan selesai jika ia hanya berandai-andai. Ia harus mencari bantuan orang yang ahli dalam bidangnya.
Kemudian ia teringat akan adik dari Tuan Martin Carrel. Ayah tirinya.
"Paman Theo pasti bisa membantu". Kata Edgar dengan seulas senyumnya.
Bukankah Max mengatakan sudah mencari keberadaan pemilik liontin ini hanya saja tidak bisa sebab seperti ada yang melindunginya. Ia sudah berganti-ganti menyewa Detektif tapi tidak ada hasilnya.
Edgar yakin Theo bisa melakukan sebab ia adalah anggota mafia. Hanya keluarga saja yang tau.
Theo Carrel adalah pria berusia tiga puluh lima tahun. Selisih lima tahun dari Edgar dan belum menikah. Ia sangat senang menjalankan misi yang berbahaya hingga menghindari hubungan dengan yang namanya wanita.
Edgar sebegra menghubungi Theo. Tidak berapa lama panggilan itu sudah diangkat. Edgar tidak berbasa-basi. Ia segera menyampaikan keinginannya. Menceritakan dari awal apa yang ia ketahui.
Dan keputusan Theo yang pertama adalah mencari tau bagaimana hubungan Miya dan suaminya. Mendengar itu Edgar setuju-setuju saja.
Edgar juga mengirim foto liontin separuh bunga matahari itu pada Theo yang mungkin saja bisa dijadikan sebagai petunjuk. Theo juga memberi tugas pada Edgar untuk segera melakukan tes DNA antara Max dan Cheri yang ia curigai sebagai ayah dan anak. Untuk Miya nanti saja dipikirkan.
Setelah panggilan selesai, Edgar memutuskan mengajak Cheri keluar rumah untuk menghirup udara segar.
Mata Cheri hampir terpejam lagi. Mungkin ia sudah bangun sejak tadi tapi Edgar dan Louna tidak menyadarinya atau mungkin saja ia kekenyangan susu.
Edgar memutuskan masuk lagi ke dalam rumah sebab samar-samar mendengar suara wanita muntah-muntah. Dan bisa dipastikan itu Louna.
Benar saja. Louna berada di depan wastafel dengan wajah yang memucat.
Edgar dengan cepat menghampirinya dan meletakkan Cheri di stroller sebab bayi itu sudah memejamkan matanya kembali.
"Sayang, kau kenapa ?" Tanya Edgar.
Louna menggelengkan kepalanya. Kemudian ia bersandar pada Edgar saat Edgar berada di dekatnya.
"Tidak tau, Ed. Ulu hatiku rasanya sangat sakit. Dan aku juga merasa mual tapi tidak ada apapun yang keluar. Yang ada hanya cairan rasanya tidak enak". Jawab Louna manja.
Edgar terdiam mencerna ucapan Louna. Ia bukannya tidak tau jika ciri-ciri yang Louna sebutkan adalah ciri-ciri awal kehamilan. Hanya saja ia masih tidak mau mengatakannya pada Louna takut bila dugaannya salah.
"Apa sekarang sudah lebih baik ?" Tanya Edgar memijat tengkuk Louna.
"Belum". Jawab Louna.
"Keluarkan jika masih ada yang keluar. Setelah itu aku akan membuatkan mu teh hangat".
"Sudah. Aku lemas. Gendong". Pinta Louna. Dengan senang hati Edgar mengabulkannya.
Ia membawa Louna menuju kamar kemudian mengatur suhu ruangan agar lebih nyaman dan menyalakan televisi supaya tidak sunyi.
"Bawa Cheri kemari. Apa demamnya sudah turun ?" Tanya Louna.
"Sudah. Dia tidak pernah lama jika sakit. Daya tahan tubuhnya sangat kuat". Jawab Edgar kemudian keluar dari kamar untuk membuatkan teh hangat untuk Louna.
Edgar membuatnya tidak lama. Ia kembali ke dalam kamar dan tidak lupa ia membawa serta Cheri yang masih pulas di dalam stroller nya.
...
dan asli yaa.. cerita ini isinya santai dan kocak 👍🏻😁😂
please Up terus yaaa.. sukkaaa bangettt 😘❤️❤️