NovelToon NovelToon
Takdir Kedua Nainara

Takdir Kedua Nainara

Status: sedang berlangsung
Genre:Reinkarnasi / Time Travel / Mengubah Takdir / Romansa / Balas dendam dan Kelahiran Kembali / Fantasi Wanita
Popularitas:19k
Nilai: 5
Nama Author: HaluBerkarya

Cewek naif itu sudah mati!

Pernah mencintai orang yang salah? Nainara tahu betul rasanya.
Kematian membuka matanya, cinta bisa berwajah iblis.
Namun takdir memberinya kesempatan kedua, kembali ke sepuluh tahun lalu.
Kali ini, ia tak akan menjadi gadis polos lagi. Ia akan menjadi Naina yang kuat, cerdas, dan mampu menulis ulang akhir hidupnya sendiri.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaluBerkarya, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 32.

Brughhh!

Tubuh mungil Naina dilempar keras ke lantai yang kotor dan pengap. Gadis itu masih tak sadarkan diri. Efek obat bius pada sapu tangan yang menutup wajahnya cukup kuat, membuat benturan sekeras apa pun tak mampu ia rasakan.

“Ikat dia!” perintah seseorang dengan nada datar. Orang yang di perintah itu tersenyum samar, segera menyiapkan tali, lalu membopong tubuh Naina untuk didudukkan di kursi kayu tua. Tangannya diikat ke belakang, kakinya pun sama. Gaun cantik yang tadi membingkai tubuhnya kini kotor dan kusut.

Setelah merasa cukup, pria itu tersenyum miring, memandangi hasil kerjanya sejenak, lalu keluar ruangan dengan langkah tegap.

Dua jam berlalu. Perlahan tubuh Naina bergerak. Kesadarannya setengah kembali, tapi tubuhnya terasa berat, pegal di seluruh bagian, terutama punggung dan bokong. Gadis itu mengerutkan alis, matanya terbuka lebar, memandangi ruangan asing yang dipenuhi aroma debu dan karat.

“Ini di mana?” gumamnya, bingung.

Hening. Hanya dengus napasnya sendiri yang terdengar. Potongan ingatan terakhir mulai berkelebat di kepalanya—laki-laki bersetelan hitam, sapu tangan, gelap.

“Astaga... aku diculik?” katanya dengan suara meninggi. Ia memindai ruangan yang gelap dan pengap, jendelanya tertutup rapat, dan cahaya redup menembus dari celah pintu. Debu beterbangan setiap kali ia bergerak.

“Sialan!” umpatnya, mencoba melepaskan diri.

“Eumm... lepasin gue!” teriak Naina. Suaranya menggema, tapi tak ada sahutan. Ia terus meronta, hingga tali di tangannya bergesek dan meninggalkan bekas merah perih di kulitnya.

Cukup lama ia berjuang, tapi sia-sia. Ikatan itu terlalu kuat. Ia melirik ke sekitar, berharap ada benda tajam, paku, apa pun—tidak ada.

Napasnya berat. Wajahnya memerah antara ingin menangis dan menahan sesak. Ia tidak terbiasa dengan tempat seperti ini.

“Benaran sial,” gumamnya dengan suara lirih namun penuh tekanan.

🍂

🍃

Langkah kaki terdengar mendekat. Naina menajamkan telinganya, menatap pintu tua di depannya yang penuh simbol-simbol aneh. Ia menunggu. Engsel pintu berdecit saat terbuka, dan matanya membulat sempurna.

Dua pria berpakaian hitam muncul, menyeret seseorang yang tubuhnya sudah babak belur.

“Ju... Julian!” bisiknya kaget.

Kedua pria itu tersenyum miring, langkah sepatu mereka beradu dengan lantai beton yang bergema di ruangan itu. Mereka melemparkannya begitu saja ke lantai, tak jauh dari kursi Naina.

Brughhh!

Tubuh Julian jatuh keras tepat di samping kursi Naina. Gadis itu menjerit pelan, air matanya nyaris jatuh saat melihat tubuh pria itu—setengah manusia, setengah rubah. Darah menetes dari sudut bibirnya, matanya satu menatapnya dengan sisa kesadaran yang hampir padam.

“Julian! Kamu kenapa bisa ada di sini? Dan kenapa kamu... seperti ini? Astaga,” suara Naina gemetar. Ia menggeser kursinya, mendekat sedikit, berusaha memeriksa keadaan Julian.

Julian tak menjawab. Hanya tatapan sendu dan napas berat yang tersisa. Tubuhnya menggigil, lemah, dan setiap detik, perubahan di tubuhnya semakin tampak jelas.

Kilatan cahaya putih menyambar dari arah entah mana. Tubuh Julian kembali terangkat sedikit, seolah terseret oleh kekuatan tak terlihat. Ia meraung, setengah manusia setengah binatang, kesakitan.

“Sialan! Apa yang kalian lakukan padanya!” pekik Naina dengan air mata mengalir deras. Dua pria berpakaian hitam itu tetap diam di tempat, kepala menunduk, seolah mereka hanya penjaga tanpa kuasa.

Kilatan berikutnya datang lebih terang, membuat udara di ruangan itu bergetar. Naina memicingkan mata, berusaha melihat sumbernya tapi tidak ada siapa pun di sana. Hanya cahaya, seperti petir yang punya nyawa.

“Siapa yang menyerang dia? Kenapa aku nggak bisa lihat siapa pelakunya?” bisiknya panik.

Julian mendekat dengan susah payah, menahan napas di sela rintihan. “Itu tidak penting... kau harus pergi, Nainara. Sekarang.”

Suara Julian serak dan pecah. Saat tangannya berusaha menjangkau ikatan Naina, kilatan putih lain muncul, kali ini lebih dahsyat. Tubuh Julian terseret ke udara, diselimuti cahaya seperti kilatan petir. Otot-ototnya menegang, lalu kulitnya mulai berubah—bulu putih tumbuh cepat, matanya bersinar merah, tubuhnya meliuk, hingga seluruhnya menjadi rubah utuh.

Brugh!

Tubuh itu terjatuh keras ke lantai, tak bergerak.

“Julian!” Naina memekik, membayangkan rasa sakit yang mungkin dialami pria itu. Ia kembali mengguncang kursinya, berteriak, “Lepasin gue! Lepasin!”

Kedua pria hitam itu tetap diam, seolah menikmati penderitaannya. Satu di antara mereka bahkan mengisap cerutu dengan santai.

“Siapa kamu? Keluar!” teriak Naina lagi, marah dan ketakutan bercampur jadi satu.

...----------------...

Tiba-tiba suara asing terdengar di belakangnya. “Kamu minta orang saya lepasin, nggak salah?”

Naina terlonjak. Dari bayangan muncul sosok pria muda dengan senyum miring. Matanya dingin, tapi menatapnya penuh rasa ingin tahu.

“Kamu... anak baru itu kan? Kok bisa tiba-tiba ada di sini? Kamu bukan... hantu, kan?” katanya terbata, gemetar.

Pria itu terkekeh pelan. “Apa Julian tidak pernah memberitahumu tentang aku?”

Naina membulatkan mata. “Gila... kamu sistem, ya? Kenapa kamu sakitin Julian? Anjing! Cuih!” Ia meludah ke arah pria itu, membuat Jaevan sedikit tersentak, kemudian tertawa sinis.

“Berani juga kamu,” ucapnya datar, mengusap bekas ludah di sepatunya. Tatapannya berubah tajam, senyumnya perlahan melengkung, menyeramkan. Tangannya bergerak pelan, benar-benar siap memberi gadis tak kenal rasa takut itu dengan sedikit pelajaran darinya karena sudah sangat berani dan lancang meludahi nya.

 Tangan Jaevan bergerak di udara, Dalam sekejap, udara di ruangan itu bergetar. Cahaya putih membentuk pusaran di sekitar tubuh Naina. Ia berteriak keras ketika panas membakar kulitnya, seolah seluruh tubuhnya diseret ke tengah badai matahari. Kursi tempatnya duduk ikut berderit.

“Arghhh! Berhenti, sialan! Bangsat!” teriak Naina sambil meronta. Tapi kekuatan itu menelan seluruh suaranya, meninggalkan hanya jeritan yang menggema.

Jaevan berdiri diam, menatap hasil perbuatannya dengan ekspresi datar. “Jangan salahkan aku, Nainara. Ini hanya... proses penyadaran.” Dia tersenyum puas melihat wajah cantik gadis itu menyisakan rasa takut, serta umpatan yang tidak kunjung berhenti.

“Kamu tahu kenapa Julian bisa seperti ini?” suara Jaevan terdengar berat, nyaris seperti desis amarah yang ditahan. “Karena dia berani membangkang. Dia lebih memilih mati demi kamu daripada hidup di bawah perintahku.”

Tangan Jaevan mencengkeram rahang Nainara dengan kuat. Gadis itu meringis, rasa sakit menjalar hingga ke leher. Tatapannya gemetar, tapi masih berani menatap mata pria itu.

“Padahal dari awal aku tidak pernah menyakitinya,” lanjut Jaevan, nada suaranya meninggi. “Aku biarkan dia menjaga kamu, melindungi kamu. Tapi akhir-akhir ini, dia berubah. Dan semua itu karena kamu, Nainara!”

Nainara terisak, bukan hanya karena sakit di rahangnya, tapi juga karena ketakutan yang tak bisa dia sembunyikan. Suara Jaevan menggema di ruangan itu, dingin, seperti tidak lagi berasal dari manusia.

"Karena aku..." lirih Naina menatap ke arah Julian yang masih tak sadarkan diri.

Jaevan tidak menyahut. pria bertubuh tegap itu menatap dua orang kepercayaannya, "Bawa dan obati dia, jangan sampai dia mati!" titahnya kemudian menghilang dari sana.

...ΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩΩ...

1
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Hhhmmm mencurigakaann 🤔🤔
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ: Aih salah ya 🤣 itu si klaron, yg tadina disukain sama naina
total 4 replies
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Hadeuuh napa julian na lemah coba /Shame/
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ: Waduh 😂
total 4 replies
Nany Susilowati
berangkat naik motor pulang naik mobil kemana tuh motor...?????
Kusii Yaati
ada ya pembantu model kayak gitu,berasa yang punya rumah 🙄
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: mungkin karena berpikir sudah lama tinggal di situ kali ya kak, jadi semaunya dia...
total 1 replies
Kusii Yaati
siapa kah sosok Julian ini kenapa misterius sekali 🤔
Kusii Yaati
itulah sifat buruk manusia...di kasih kepercayaan bukannya bersyukur tapi malah nglunjak pengen menguasai 🙄
Kusii Yaati
mampir Thor 😁
uni_riva
kmna ya julian
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Haaahhh ko julian
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ: Napa bisa gitu thor
total 2 replies
Ridwani
👍👍👍👍👍👍👍👍👍
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Kira2 kalo rubaj na ga di balikin ketempat semula kisahna bakal gimana ya
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ: Masih itu, kecuali dia bertapa digunung ciremai 😄
total 4 replies
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Itu si kalron pasti nyariin
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Ga dapet undangan ko bisa masuk /Facepalm/ emang urat malu na si kalron tuh udah putuss tuuss
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Ahirna menampakan wujud aslina juga
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Ooh gitu toh, lah ko lemah
🍃 ≛⃝⃕|ℙ$ Nurliana§𝆺𝅥⃝©🏡⃟ªʸ
Mata2 rumah itu tu pasti
uni_riva
lanjut lg thoorr
uni_riva
julian jujur aja sama naina,,,kyak nya kalung yg wkt itu di curi pembantu naina itu psti ada hubungan nya sama keselamatan Julian yaa.
⧗⃟ᷢʷ Ñåñā💜: kayaknya kak😁
total 1 replies
uni_riva
ada sekolah apa thoorr 😁
≛⃝⃕|ℙ$꙳Äññå🌻✨༅༄: jiakhhhhh typo yang melenceng🤣🤣
total 1 replies
uni_riva
perjanjian apa yg sdh di sepakati mereka yaaa/Slight/
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!