Sebuah kisah cinta rumit dan menimbulkan banyak pertanyaan yang dapat menyesakan hari nurani
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Ericka Kano, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Apa yang sebenarnya terjadi...
Tabrakan kemarin berbuntut panjang. Orang tua siswa yang ditabrak tidak terima dan menuntut pertanggungjawaban kami karena dinilai tidak bertanggung jawab menjaga anaknya. Beberapa hari kami berusaha bernegosiasi agar peristiwa ini tidak di-blow up ke media sosial. Untungnya, ayah dari si anak bijaksana sehingga bisa memahami dan memilih tidak melanjutkan lagi, tapi biaya pengobatan di tanggung fifty fifty antara kantor kami dengan si penabrak.
Aku memasuki ruangan dengan langkah lesu. Berharap tidak ada lagi hal buruk yang terjadi di hari ini. Dokumen-dokumen yang belum aku periksa semakin menumpuk.
"Bu Christy," suara Yuli terdengar tepat ketika pintu ruangan ku terbuka. Aku segera membalikan badan.
"Ya?,"
"Hari ini ibu tidak kemana-mana kan?," tanya Yuli
"Sepertinya tidak. Saya tidak ada janjian. Kenapa?," tumben si Yuli bertanya
"Tidak, Bu. Hanya memastikan saja. Permisi," dia pun berlalu ke arah depan
Aku sempat mematung sejenak di depan pintu. Kenapa Yuli bertanya seperti itu. Dia seperti ingin memastikan sesuatu. Ah sudahlah. Masih banyak hal penting yang harus aku kerjakan.
Jam demi jam berlalu, aku masih berkutat dengan tumpukan dokumen. Sampai belakang leherku seperti tegang. Aku melepaskan pulpen, mendongakkan kepala sejenak. Ternyata sudah jam 3 sore. Tidak terasa aku sudah duduk berjam-jam di sini. Pantas saja mataku perih.
Tiba-tiba pintuku diketuk.
"Masuk," ujarku. Wajah Icha muncul. Namun wajahnya terlihat tegang.
"Bu, ada tamu," Icha terdengar sangat kaku.
"Siapa?," belum sempat Icha menjawab, tamu yang dimaksud segera memunculkan wajahnya membuat tubuh Icha maju dan tamu yang dimaksud itu pun ikut masuk ke ruangan.
"Selamat sore Ibu Christy, perkenalkan, kami dari Kantor Keuangan Pusat. Kami mau melakukan sidak atas kejanggalan pelaporan keuangan di unit ini," ujar salah satu dari tiga orang tamu yang datang. Seorang wanita berusia 30-an tahun menggunakan setelan blazer dan celana panjang hitam, serta hijab warna biru muda.
"Sidak? Kenapa sidak?," Aku mulai berdiri dari kursi
"Kami mendapati banyak kejanggalan di beberapa laporan keuangan Ibu. Oleh karena itu kami mau memeriksanya," jawab wanita itu.
"Kami mohon Ibu Christy meninggalkan ruangan ini tanpa membawa apa-apa dan tetap berada di luar ruangan selama kami melakukan pemeriksaan di ruangan ini," ujar lelaki satu - satunya di rombongan itu.
"Tapi saya merasa tidak melakukan apapun. Selama ini kami berjalan on the track," bantahku
"Tidak mungkin kami turun sidak kalau tidak ada kejanggalan, Bu. Pemeriksaan ini terjadi karena ada yang terjadi dalam laporan unitnya Ibu," pria itu menjelaskan
"Apa bisa tetap dengan saya di ruangan ini?," tanyaku
"Tidak bisa, Ibu. Biarkan kami memeriksa dengan leluasa agar prosesnya cepat," bantah wanita yang satunya. Dia tidak menggunakan hijab.
Aku membuang napas kesal dan segera menarik tas ku.
"Maaf, Bu, tasnya tidak boleh dibawa," cegah si wanita berhijab
"Kenapa tidak boleh? Isinya barang-barang pribadi saya, lho," nadaku sudah mulai kesal sambil membuka resleting tas dan menunjukan isinya
"Baik Bu, Untuk tas nya bisa dibawa ya," ujar si wanita setelah melihat isi tasku
Aku keluar dengan perasaan kesal diikuti oleh Icha. Aku memberi isyarat pada Icha agar ke ruangan dapur. Ruangan dapur berada paling belakang dan jauh dari jangkauan banyak orang.
"Kenapa tiba-tiba ada sidak, Cha? Apa kejanggalan laporan yang mereka maksud kan?," tanyaku setengah berbisik
"Saya juga tidak tahu, Bu. Tiba-tiba saja mereka langsung masuk," jawab Icha setengah berbisik juga
"Apa sebelumnya dari pusat tidak menelpon menanyakan sesuatu?," tanyaku lagi
"Seingat saya tidak ada, Bu. Apa mereka menelpon cabang ya?,"
"Coba WA Millytia," perintah ku
Icha mengambil hp dari saku roknya dan mengetikan pesan untuk Millytia. Tidak begitu lama, Millytia sudah membalas.
"Katanya tidak ada telpon dari pusat perihal unit kita, Bu," ujar Icha
"Apa yang sebenarnya terjadi, Cha,"
Kami berdua larut dalam pikiran masing-masing. Sambil 3 orang yang datang tadi memeriksa seluruh ruangan ku.