Namaku Ameera, memiliki ayah dan adik tiri memang membuat aku kehilangan kebahagiaanku sedari kecil. Dan di usiaku yang masih sangat muda ini aku tidak menyangka jika aku harus memilih nyawaku atau aku juga harus menyadari bahwa aku terancam akan sulit memiliki keturuanan. Dilain hal, aku dipaksa menikah dan di tuntut untuk memeiliki keturunan seorang anak laki-laki.
akankah aku kuat menghadapi ini semua?
*
*
*
Haii bertemu lagi di karya terbaruku ini, semoga kalian enjoy membacanya yaa..
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon mynamei, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Suara Desahan
Tidak ada papa dirumah, bisakah aku tinggal Bersama Keyla saja?” Tanya Ameera namun Rumi hanya terdiam saja kala itu.
“Mas.. bisakah kamu mendengar aku? Aku lebih baik tinggal saja di rumah Keyla selama papah tidak berada disini..” Ucap Ameera sekali lagi.
“Berisik sekali!! Tidak.. saya tidak izinkan!!” Ucap Rumi membentak Ameera llau ia pergi begitu saja sambil membanting pintu kamar dengan cukup kencang.
Merasa tersentak, Ameera merasa sedih, iapun menangis.
Ameera duduk di atas sofabed dimana ia biasa tidur, ia terdiam sejenak kala itu sambil menitihkan air matanya.. Suara ketukan pintu membuat Ameera terkejut dan bergegas ia menghapus air matanya dan mempersilahkan orang itu masuk..
“Eh Pak Victor.. ada apa?” Tanya Ameera.
“Mbak, mulai saat ini saya di tugaskan oleh Den Rumi untuk mengawasi Mbak Ameera..” UCap Victo
“Mengawasi? Memang ada apa dengan aku? Kenapa harus di awasi? Yang benar saja sih..!” Kesal Ameera kala itu dengan sewotnya.
“Sekarang, Mbak Meera harus izin saya jika ingin melakukan kegiatan apapun itu..”
“Kenapa begitu? Aku tidak setuju, sebelumnya Mas Rumi membebaskan aku pergi kemana saja kok” Protes Ameera dengan kesalnya.
“Demi posisi aman Den Rumi..” Kata Victor tegas.
Ameera berdecak kesal kala itu, ia berusaha bernegosiasi dengan Rumi.
“Mbak.. mau kemana?” Teriak victor saat Ameera berlari keluar kamar berusaha mencari Rumi.
“Mas.. Mas Rumi… Mas..” Suara Ameera cukup menggelegar kala itu.
Ia menuruni anak tangga yang berliku sambil berteriak memanggil nama Rumi.. Saat ia melihat suaminya tengah duduk berdampingan dengan seseorang yang ia kenal, Argha.
“Hai saying.. kenapa harus teriak-teriak?” Ucap Rumi dengan sangat manis.
“Sorry Gha, Ameera memang paling kesal kalo gue tinggal terlalu lama..” ucap Rumi pada Argha.
Ameera dan argha kini tengah bertukar pandang, wajahnya sama-sama terkejut.
“Mas, ada yang ingin aku bicarakan..” Ucap Ameera sambil mengalihkan pandangannya dari Argha.
“Victor!” Teriak tegas Rumi.
“SIAP..” sahut tegas Victor.
“Kamu temani dulu Argha.. aku mau menemani isteriku sebentar..” ucap Rumi dengan sangat manis.
“SIAP…” jawab Victor dengan lantang.
“Gak usah, Mas.. gue mau pulang saja, sudah cukup sore ..” Argha berdiri sambil mengehela nafasnya.
Paling tidak rinduku sudah terobati melihat wajah cantiknya.. tapi, kenapa Ameera namapaknya terlihat habis menangis ya? Hidung dan mata nya merah.. ah tapi mana mungkin dia menangis? Dia terlihat Bahagia nampaknya… - Batin Argha
Apa aku akan sering bertemu dengannya? Akan semakin sulit saja pikiran dan hati ini melepas bayang dan cintaku.. Tuhan, bisakah cinta pertamaku ini di hapuskan saja, aku tak kuasa jika harus menghampusnya tanpa bantuan, Mu.. –* Ucap Ameera dalam hatinya.
“Ameera, aku pamit..” Ucapnya pada Ameera disambut anggukan dan senyum tipis Ameera.
Dasar Wanita murahan, melepas senyum dengan mudahnya hahaha- batin Rumi melihat senyum manis Ameera.
Arghapun sudah di pastikan telah meninggalkan kediaman mewah itu. Dengan tegas dan lantang, Rumi pun meminta Victor untuk menjaga ke amanan rumah. Tinggallah Ameera dan Rumi di ruang keluarga saat ini. Ameera mendadak ketakutan, jantungnya kini berdebar dengan kencang mengundang rasa dingin di telapak tangannya.
“Mencariku, Baby?” Ucap pelan snagat pelan Rumi di depan wajah Ameera.
“Mas.. ada hal yang harus kita bicarakan..” Ucap Ameera sambil berjalan mundur secara perlahan.
“Apa? Apa yang mau kamu bicarakan? Uang?pakaian? atau mungkin fasilitas pribadi?” Ucap Rumi dengan nada bicaranya yang sangat sombong itu.
“Aku rasa kamu sudah cukup bahagiakan dengan adanya semua ini? Hidup enak tanpa bekerja..” Tambahnya.
“Mas!! Stop menghinaku.. kamu tidak mengenalku, apa pantas kamu menghinaku terus? Dengar yaa?! Aku hanya memanfatkan status ini semata-mata aku hanya ingin kedua orang tuaku tenang di alam sana tanpa ada beban hutang..” Ucap Ameera menahan tangisnya, ia berbicara cukup emosiolonal kala itu.
Rumi memberi tawa jahatnya, tawa penuh arti yang tidak bisa Ameera pahami.
“Wanita sebatas Tiga Miliar.. “ tawa lepas Rumi kala itu semakin membuat jengkel Ameera.
Aku tidak boleh marah.. bersyukur saja dia mau menikahiku yang sudah tidak suci lagi.. andai saja aku tidak kehilangan kesucaianku, aku memilih untuk berhutang seumur hidupku dari pada aku harus terpencara dalam sebuah aturan ini.
“Aku tidak setuju dengan aturanmu.. aku mau aturan yang sebelumnya…” Kta Ameera berusaha mengabaikan ucapan menyakitkan suaminya itu.
“belum kita tanda tangani Bersama, itu tidak sah! Intinya saja, aku suamimu dan aku berhak mengatur apapun! Dan ingat jangan sesekali kamu bermain api denganku!!” Ameera merasa tersentang atas ucapan yang di lontarkan oleh suaminya itu, tak ingin membantah hanya ingin menangis.
Rumi mengambil dompet di saku celananya, ia mengambil satu card berwarna gold dan memberikannya dengan kasar pada Ameera.
“Pegang.. disini ada nafkah yang sudah aku sanggupi untuk kebutuanmu..jadi, jangan sampai ada berita yang sampai ke telinga papah kalo saya tidak memberikan kamu nafkah berupa materi..” Ucap Rumi llau ia pergi meninggalkan Ameera.
“Dasar pria tidak punya hati Nurani, tidak bisa menghargai Wanita..” Kesal Ameera.
*
Malam itu hujan sangat deras, Ameera terbangun karena suhu ruang yang terlalu dingin di tambah lagi dengan suara petir yang saling bersahutan silih berganti. Ameera melihat jam di dinding ternyata masih menujukan pukul tiga dini hari.
“Kenapa aku jadi takut begini, mengingat kejadian malam itu..” Ucapnya sambil memjamkan mata.
Ia melihat kearah ranjang, tak terlihat sosok Rumi disana. Sejak awal menikah memang Ameera dan Rumi belum tidur satu kamar Bersama.
“Apa dia tidak tidur di kamar ini ya? Kalo tidak kan aku bisa tidur lebih leluasa di atas Kasur..” Ucap Ameera.
“Apa dia belum pulang?” kira-kira apa yang dia lakukan? Jam segini dia belum Kembali..” Ucap Ameera sejenak ia melamun membayangkan aktivitas seorang Rumi pada malam hari di luar rumah.
Tak lama Ameera semakin merasa sangat dingin ia beranjak menaikkan suhu di kamarnya itu. Samar Ameera mendengar suara mendesah seorang Wanita, ingin rasanya mencari sumber suara tersebut, namun mengapa suara sambaran petir memebuat ia mengurungkan niatnya, berlari ia menuju sofa bed dan bersembunyi di balik selimut putih yang cukup tebal.
“Suara mendesah siapa?” Tanya Ameera dengan polosnya.
“apa suara hantu, ya?”
“Apa di rumah ini ada hantu? Wajar saja sih jika dirumah sebesar ini ada hantunya, karena pasti banyak tempat yang tidak di huni..” Ucapnya dengan sangat polos.
“Tapi, adakah hantu yang mendesah? Tapi mengapa suara itu cukup jelas aku dengar, ya?” tanya Ameera membatin. Ameera menoleh kea rah pintu kamarnya.
“Pantas saja, tidak sempurna tertutup..” ucapnya melihat pintu kamarnya yang memang tidak sempurna tertutup.
Ameera kembali menarik selimutnya hingga akhirnya Kembali terlelap dan mengabaikan suara samar yang ia dengar itu, ia masih mengira itu hanyalah sebuah halusinaisnya, di tambah rasa takutnya karena derasnya hujan di tambah derasnya petir saling bersautan, sedikit mengingatkannya pada kejadian malam itu dimana sebuah kesuciannya terenggut.
*
*
*
Kalian mengira, itu suara apa? Tau ga? Hehehe
Thanks yang sudah support, makasih like komen dan giftnya 🥰❤️
Salam Cintaku,
Mei 🥰
🤭🤭
mampir awak Thor