NovelToon NovelToon
Gadis Centil Milik CEO Dingin

Gadis Centil Milik CEO Dingin

Status: sedang berlangsung
Genre:Nikahmuda / CEO / Pernikahan Kilat / Crazy Rich/Konglomerat / Dijodohkan Orang Tua
Popularitas:2.8k
Nilai: 5
Nama Author: siti musleha

Di dunia ini, tidak semua kisah cinta berawal dari tatapan pertama yang membuat jantung berdegup kencang. Tidak semua pernikahan lahir dari janji manis yang diucapkan di bawah langit penuh bintang. Ada juga kisah yang dimulai dengan desahan kesal, tatapan sinis, dan sebuah keputusan keluarga yang tidak bisa ditolak.

Itulah yang sedang dialami Alira Putri Ramadhani , gadis berusia delapan belas tahun yang baru saja lulus SMA. Hidupnya selama ini penuh warna, penuh kehebohan, dan penuh canda. Ia dikenal sebagai gadis centil nan bar-bar di lingkungan sekolah maupun keluarganya. Mulutnya nyaris tidak bisa diam, selalu saja ada komentar kocak untuk setiap hal yang ia lihat.

Alira punya rambut hitam panjang bergelombang yang sering ia ikat asal-asalan, kulit putih bersih yang semakin menonjolkan pipinya yang chubby, serta mata bulat besar yang selalu berkilat seperti lampu neon kalau ia sedang punya ide konyol.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon siti musleha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

BAB 24 Mis masa lalu

Pagi itu, aroma kopi memenuhi ruang makan. Alira duduk sambil mengaduk-aduk serealnya dengan sendok, wajahnya cemberut sejak turun dari kamar. Adrian di seberang meja, sibuk membaca laporan di tabletnya.

“Mas…” panggil Alira dengan nada dibuat manja.

Adrian hanya mengangkat alis, matanya tetap tertuju pada layar. “Hmm?”

Alira mencondongkan tubuh, berusaha mengintip wajah serius suaminya. “Aku mimpi aneh tadi malam. Ada wanita cantik datang bawa bunga, terus dia bilang ‘balikin Adrian padaku.’ Hii… merinding aku.”

Adrian menghentikan jarinya sejenak, lalu menatap Alira datar. “Jangan mengada-ada.”

“Aku nggak ngada-ada!” protes Alira sambil manyun. “Padahal aku kan udah resmi jadi istri Mas. Kok ya di mimpi pun masih ada saingan. Jangan-jangan mimpi itu pertanda?”

“Alira.” Suara Adrian berat, dingin, tapi ada nada peringatan yang membuat gadis itu salting.

Namun bukannya diam, Alira justru nyengir. “Eh, Mas, jangan marah. Aku cuma kepo aja… wanita di foto itu siapa, sih? Cantik banget. Kalau dibanding aku… ya jelas aku kalah jauh.” Ia menatap sendoknya sendiri, lalu tiba-tiba mendongak dengan senyum centil. “Tapi aku kan lebih muda, lebih segar. Setuju nggak?”

Adrian menghela napas panjang, menaruh tabletnya, lalu menatap lurus ke arah istrinya. “Jangan sebut-sebut wanita itu lagi. Saya serius.”

Deg. Nada suaranya membuat Alira terpaku. Tapi ia buru-buru menutupinya dengan tawa kecil. “Ih, Mas ini serius amat. Aku kan cuma bercanda. Lagian, kalau aku nggak nanya, aku bisa kepo sampe gila tau.”

“Alira,” suara Adrian makin rendah. “Ada hal-hal yang lebih baik tidak kamu tahu.”

Alira menggembungkan pipinya, lalu pura-pura manyun. “Ya ampun, Mas dingin banget. Aku udah kayak detektif cilik yang pengen pecahin misteri, tapi malah di-cut langsung. Sedih banget rasanya.”

Adrian mengalihkan pandangan, kembali meraih tabletnya. Tapi jelas dari rahangnya yang mengeras, ia menahan emosi.

 

Setelah sarapan, Alira mengikuti Adrian ke ruang kerja. Dia duduk di sofa, memainkan bantal, sementara Adrian menerima telepon dari asistennya.

“Ya, saya mengerti. Pastikan semua dokumen lama tidak ada yang bocor.” Adrian mendengarkan beberapa detik, lalu wajahnya menegang. “Apa? Mereka sudah menyebarkan isu? … Baik. Segera blok semua akses media. Jangan biarkan berita itu keluar lebih jauh.”

Telepon berakhir, Adrian menekan pelipisnya.

Alira, yang dari tadi memperhatikan, langsung mendekat. “Mas… ada masalah lagi ya?”

Adrian tidak menjawab.

“Mas?” Alira menggoyangkan lengan suaminya pelan, wajahnya polos tapi matanya penuh rasa ingin tahu.

Akhirnya Adrian berkata, “Ada pihak yang mencoba membuka masa lalu saya. Termasuk… foto itu.”

Alira menahan napas. “Jadi… wanita itu memang penting?”

Tatapan Adrian menusuk. “Tidak ada yang lebih penting selain kamu.”

Alira terdiam. Wajahnya merah padam mendengar kalimat itu. Ia menunduk, memainkan jarinya sendiri, lalu bergumam, “Ih, Mas kalau ngomong gitu bikin aku salah tingkah…”

Suasana sempat hening. Namun seperti biasa, Alira cepat sekali memecahkannya dengan celotehan. “Eh tapi… boleh nggak aku kasih nama samaran aja buat cewek di foto itu? Biar aku nggak bingung kalau nyebut.”

Adrian mengerutkan dahi. “Nama samaran?”

Alira mengangguk mantap. “Ya, misalnya… Miss Masa Lalu! Atau… hmm… mantan misterius! Hahaha.”

“Alira.” Nada Adrian berat, seakan memperingatkan lagi.

Tapi Alira malah makin semangat. “Atau jangan-jangan dia masih sayang sama Mas? Eh tapi nggak mungkin sih, soalnya sekarang Mas udah jadi suamiku. Betul nggak, Suamiku?” Ia mendekat, sengaja menekankan panggilan itu dengan centil.

Adrian menatapnya lama, dingin, tapi ada guratan frustrasi di matanya. “Kamu ini…”

Sebelum sempat melanjutkan, ponselnya berdering lagi. Adrian mengangkat dengan wajah serius.

“Ya, saya bicara.” Hening sejenak. Wajah Adrian langsung berubah gelap. “Apa? Tidak mungkin.”

Alira menegakkan tubuh, penasaran.

“Baik. Jangan lakukan apa-apa sebelum saya datang,” ucap Adrian singkat lalu menutup telepon.

“Kenapa, Mas?” tanya Alira, matanya berbinar kepo.

Adrian berdiri, meraih jasnya. “Ada pihak yang mencoba menghubungkan saya dengan wanita itu di depan media. Mereka sengaja memancing.”

Alira terkejut. “Wah, parah! Jadi… seolah-olah Mas masih punya hubungan sama dia?”

Adrian tidak menjawab. Ia hanya menatap Alira dengan sorot tegas. “Kamu tetap di rumah. Jangan pergi ke mana-mana.”

Alira cemberut. “Yaelah, Mas. Aku kan udah gede. Aku bisa jaga diri.”

Adrian mendekat, menunduk tepat di depan wajah istrinya. Suaranya dalam, dingin, tapi lembut di ujungnya. “Kamu itu yang paling ingin saya lindungi, Alira. Jadi dengarkan saya kali ini.”

Alira terpaku. Pipi merona, jantungnya berdetak lebih cepat. Ia buru-buru menutup wajah dengan bantal. “Ih, Mas! Kalau ngomong deket banget gitu bikin aku salting, tau!”

Adrian menghela napas, berbalik. Tapi jelas dari wajahnya, ia berusaha keras menahan senyum kecil yang hampir muncul.

 

Sore harinya, Alira duduk di kamar sendirian. Ia bolak-balik menatap ponselnya, tak tenang. “Masa lalu… siapa sih wanita itu? Kenapa Mas nutupin banget? Aku jadi makin kepo…”

Baru saja ia ingin menonton drama, ponselnya berdering. Nomor tak dikenal.

“Eh, siapa nih?” gumamnya sambil mengangkat. “Halo?”

Hening. Lalu, suara wanita terdengar di seberang. Lembut, dewasa, dan jelas asing.

“Adrian ada di rumah?”

Alira langsung membeku. Jantungnya berdegup kencang. Suara itu terasa… akrab dengan foto yang tadi ia lihat.

“Ka-kamu siapa?” tanya Alira dengan suara bergetar.

Wanita itu tertawa pelan. “Katakan padanya… aku sudah kembali.”

Klik. Telepon terputus.

Alira menatap ponselnya dengan wajah pucat. Nafasnya memburu. “Ya Tuhan… dia… dia beneran ada?”

Pintu kamar tiba-tiba terbuka. Adrian masuk, wajahnya serius. “Alira, kamu kenapa?”

Alira masih memegang ponsel, matanya melebar. “Mas… barusan… dia nelepon aku.”

Hallo readers jangan lupa like dan komen ya 🌹

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!