NovelToon NovelToon
Love Languange

Love Languange

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta / Persahabatan / Romansa
Popularitas:8.7k
Nilai: 5
Nama Author: najwa aini

Zian Ali Faradis

Putih dan hitamnya seperti senja yang tahu caranya indah tanpa berlebihan. Kendati Ia hanya duduk diam, tapi pesonanya berjalan jauh.


Azaira Mahrin

kalau kamu lelah, biarkan aku jadi jedanya.


🥀🥀🥀🥀🥀🥀


Ketika lima macam Love Language kamu tertuju pada satu orang, sedangkan sudah ada satu nama lain yang ditetapkan, maka pada yang mana kamu akan menentukan pilihan.


Dira: pilih saja yang diinginkan.

Yumna: pilih yang sesuai dengan hati.


Aira; gak usah memilih, karena sudah ada
Yang memilihkan.



Kita mungkin bisa memilih untuk menikah dengan siapa. Tapi, kita tidak bisa memilih untuk jatuh cinta pada siapa.


Ada yang menganggap cinta pilar yang penting dalam pernikahan. Tapi, ada pula yang memutuskan bahwa untuk memilih pasangan, cinta bukan satu-satunya alasan.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon najwa aini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 26

Malam ini benar-benar terasa sangat menyenangkan. Rasanya selama hidup belum pernah se-senang malam ini. Padahal pasti pernah mengalami rasa senang yang juga luar biasa sebelumnya. Banyak hal-hal menyenangkan yang sudah terjadi dalam hidup, dan itu tidak boleh dinafikan. Tapi, rasa senang di malam ini, terasa lebih "sesuatu".

Bersama orang-orang sefrekuensi dalam satu harmoni rasa. Bebas berekpresi tanpa terhalang sekat yang kadang ada, dan tak kasat mata. Mengeluarkan kata-kata yang sesuai isi hati, tanpa perlu menyediakan banyak filter yang terkadang membebani diri.

Itu rasa senang yang mereka dapati bersama, di acara ulang tahun Diandra malam ini.

Acara ulang tahun yang tak diisi dengan seremonial seperti biasanya. Melainkan hanya menjadi momen berkumpul dengan orang-orang dekat. Serta doa menjadi kado terindah yang didapat.

"Lu bawa pekerjaan ke sini?" Entah dari mana arah datangnya, tau-tau Diandra sudah duduk di depan Zian dan langsung mendamprat.

Setelah doa bersama, dan sedikit menjejali perut dengan makanan kesukaannya, Zian memang menyisih dari barisan. Terutama setelah tunangan Diandra datang, para undangan membuat kelompok sendiri dengan aneka topik perbincangan ringan.

Kinara memilih mengobrol dengan Aira, Dira, dan Yumna. Sementara Zian melipir mencari tempat duduk ternyaman--versinya--lalu duduk dengan tablet pintar di tangan.

Sedangkan sang empunya hajat--Diandra-- diberi privasi untuk berbicara dengan sang calon suami. Ternyata kini ia malah duduk di dekat Zian dan memasang wajah cemberut dengan tatapan tidak senang.

"Siapa yang kerja? Gue lagi chatan sama mantan," sahut Zian asal, tanpa sedikit pun alihkan pandangan dari layar Ipad berlogo buah dengan layar 11 cm itu.

"Di ultah gue, gak ada yang boleh sibuk dengan pekerjaan. Semua harus happy," kata Diandra lagi, tangannya terulur hendak merampas tablet pintar di tangan Zian.

"Elah." Zian cepat mengelak. "Gue happy. Apalagi liat lu berantem ama calon laki," ucapnya dengan tatapan meledek.

"Itu tanda sayang. Yang belum punya pasangan mana ngerti," elak Diandra. Padahal Zian melihat dengan jelas kalau situasi keduanya sedang tidak baik-baik saja. Bahkan tunangan Di sudah meninggalkan acara, usai berpamitan singkat pada Zian.

"Lu selingkuh?" tuding Zian langsung. Tatapannya kini berubah menyelidik.

Diandra mengibaskan tangannya acuh.

"Nuduh gue tanpa bukti, dosa Lu."

"Gue nanya, bukan nuduh."

"Tapi tatapan elu lain, buntut." Diandra menghela napas kesal. Tapi sesaat kemudian dia kibaskan tangannya seraya hempaskan punggung ke sandaran kursi.

"Dah lah. Di hari bahagia gue, gue gak mau ngomongin hal yang gak penting. Justru gue mau nyelametin, Elu."

"Nyelametin apa? Gue gak lagi dalam bahaya." Zian kembali arahkan tatapan pada tablet pintar yang hendak dirampas oleh Diandra barusan.

"Nyelametin elu dari kebingungan. Buat acara pelantikan lu sebagai GM besok, lu mau ajak siapa, Aira, Yumna, atau Dira."

Zian terdongak sebentar menatap Di. Ada kerut halus di antara kedua alisnya, tanda dia juga tengah berpikir. Namun, hanya sesaat si tampan ini berada dalam mode seperti kebingungan. Selanjutnya wajahnya kembali pada mode tenang, seakan tak pernah punya beban.

"Gue mau ajak kak Na," ujarnya santai.

"Mana bisa. Gak boleh sama bang Alfian. Yang harus diajak itu, istri, atau calon istri. Bukan kakak ipar." Itu ucapan Kinara. Ia datang bergabung lalu duduk di antara Zian dan Diandra.

"Peraturan dari mana?"

"Dari Tanujaya Corp." Di menyebut nama perusahaan tempat Zian bekerja.

"Mau kami bantu untuk menentukan pendamping yang kamu inginkan?" Kinara menawarkan sambil tersenyum lembut.

"Untuk mendampingiku ke pelantikan besok?"

"Bukan hanya itu. Tapi untuk jadi pendamping seumur hidup seorang Zian Ali Faradis." Kali ini Diandra yang mengambil alih menjawab.

"Wahh. Sepupu dan kakak ipar gue, alih profesi jadi peramal sekarang." Zian tergelak. Tapi terus terang saja dia merasa penasaran dengan apa yang akan dilakukan oleh dua orang saudara dekatnya itu.

"Tidak. Kami bukan meramal, tapi menilai dari sikap dan caramu sendiri, Zian. Hanya mungkin kamu belum sadar."

Ucapan Kinara membuat Zian terdiam.

Kalau Diandra saja yang bicara, mungkin masih bisa ia anggap konyol. Tapi, ini Kinara. Kakak iparnya yang sudah ia anggap saudara kandung. Bahkan Zian lebih dekat dengan Kinara dari pada Alfian--abangnya sendiri.

Jika kinara sudah turun tangan bicara sesuatu, maka pasti itu murni sebuah penilaian objektif. Bukan hanya sebatas asumsi pribadi yang tak disertai fakta yang

Konkrit.

"Ada waktu kan untuk mendengarkan penilaian kami?" Kinara bertanya sambil tersenyum.

Zian tak memberikan jawaban. Tapi raut wajahnya menyiratkan rasa penasaran. Ia menanti apa yang akan dilakukan Kinara dan Diandra, meski tak dicetuskan dalam sebentuk kata.

Melihat itu Kinara saling tatap dengan Diandra dan saling bertukar senyum.

"Azaira Mahrin."

"Apa?" Zian nyata terlihat kaget, saat Kinara menyebut nama itu.

"Seluruh love language kamu tertuju padanya." Kinara menambahkan ucapan.

Zian menggeleng pelan. Menggeleng dengan gerakan asal. Entah apa maksud dari gelengan kepala yang tak dilakukan dengan tenaga utuh itu.

"Lima macam love language kamu libas semua untuk Aira." Masih Kinara yang bicara sambil menyematkan senyum melihat Zian yang nampak sedang berpikir keras.

"Kak Na, sepertinya kita perlu jabarkan satu demi satu. Biar sepupuku yang paling ganteng ini sadar dengan apa yang dia rasa sebenarnya." Itu usul Diandra yang ditanggapi anggukan setuju oleh Kinara.

*******

Word off Affirmation

Saat itu, kinara baru tiba di tempat acara ulang tahunnya Diandra. Aira mengenalkannya pada Yumna--yang saat itu juga telah tiba--dan Dira. Kinara yang ramah, dan mudah akrab langsung terlihat dekat juga dengan kedua gadis itu sebagaimana terhadap Aira.

Saat ada waktu bicara berdua saja dengan Aira, Kinara membicarakan tentang progres novel yang sedang digarap.

"Aku sudah siapin cover untuk calon novel yang akan lahir ini," kata Kinara antusias.

"Benarkah?" Aira terlihat lebih antusias lagi.

"Iya. Nanti aku kirim di WA. Kamu boleh request jika merasa ada yang kurang sesuai, atau perlu ditambahkan sesuatu hal."

"Wahh terima kasih banyak ya." Aira terlihat begitu senang, hal itu tampak dari senyumnya yang penuh.

"Jangan sungkan." Kinara tersenyum seraya melirik pada Zian yang menghampiri.

"Bang Alfian telephon. Kak Na mungkin lupa aktifin paket data."

"Masyaallah, iya aku lupa. Sebentar ya," pamit Kinara dan segera menyisih seraya merogoh ponsel dari dalam tasnya.

"Semangat banget. Lagi bahas apa?"

"Tulisan," jawab Aira tanpa menghilangkan senyum manis di wajahnya.

"Progresnya udah sampek mana?"

"35 bab. Waktunya tinggal sepuluh hari lagi. Apa aku bisa ya menyelesaikan sisanya?" Aira tampak sedikit kurang yakin. Meski pun guratan semangat terlihat dari sepasang matanya yang teduh.

"Wahh hebat dong," puji Zian.

"Hebat apanya?" Aira berkerut kening samar. Terlihat tak paham. Bukannya barusan ia mengadu. Tapi Zian justru memuji. Hal apanya yang sedang dipuji.

Pengaduannya barusan? Ah memang agak lain orang ini. Demikian pasti pikir Aira.

"Gue salfok dengan 35 bab yang udah lu tulis. Hanya dalam beberapa hari lu bisa nulis bab sebanyak itu. Ide di kepala lu kayak lintasan balap F1 ya, mulus, tanpa hambatan."

"Itu pujian, atau--?" Aira menatap waspada.

"Itu pujian ala Zian Ali Faradis."

Aira nampak kurang puas.

"Gini, Kak Aira. Kalau lu aja bisa nulis 35 bab dalam waktu beberapa hari. Pasti lu juga bisa nulis sampai selesai dalam waktu sepuluh hari. Itu gak mustahil sama sekali. Gue yakin lu pasti bisa."

"Benarkah?" Aira baru terlihat memasang senyum sempurna setelah dijelaskan dengan gamblang oleh Zian.

"Iya. Yakin gue. Semisal lu butuh bantuan, gue ada."

"Bantuan apa?"

"Apa aja yang elu butuh." Zian berucap yakin.

"Makasih ya supportnya. Aku khawatir aja tulisanku gak indah kalau nulisnya terburu-buru."

"Yang nulis aja indah, gimana tulisannya gak bakal indah," ucap Zian. Ucapan yang merangkum pujian.

-------------****-----------

"Itu, kamu masih ingat kan perbincanganmu barusan dengan Aira di sana?" Kinara menunjuk tempat, di mana sekitar setengah jam lalu pembicaraan Zian dengan Aira terjadi di sana.

"Semua yang kamu katakan pada Aira itu berupa ungkapan Apresiasi, pujian personal, support dan motivasi. Itu adalah Words of Affirmation. Satu dari lima love language."

"Masih ada yang perlu disanggah, sepupu tampan?" Diandra sedikit memajukan wajahnya pada Zian sambil memasang tampang menggoda.

1
Ayuwidia
Vote buat tulisan yang sukses bikin senyam senyum sendiri setelah dibuat bad mood sama sistem
Najwa Aini: Watauu..selebrasi dulu akuu
total 3 replies
Ayuwidia
Haduhhh, habis ini Dira mesti cek jantungnya. Masih amankah 😬
Najwa Aini: Dokter Askara dari klan William
total 3 replies
Ayuwidia
Uhuk, keselek biji rambutan
Najwa Aini: untung bukan biji salak
total 1 replies
Ayuwidia
uhuk juga
Najwa Aini: Minum buruan. ntar tak bisa napas
total 3 replies
Ayuwidia
nongkrong di gazebo, sambil ngobrol ditemani gorengan panas & secangkir teh 🤤
Ayuwidia: Betul, saat ini masih berandai-andai
total 2 replies
Ayuwidia
Semedi nyari Ilham biar dpt reward karya, buat naik haji
Najwa Aini: Bukan.
dia semedi nyari tenang
total 1 replies
Ayuwidia
Nggak bayangin klw beneran ketemu, pasti kaya' gini
Najwa Aini: bnaget lahh
total 3 replies
Ayuwidia
Dira ntu nggak suka difoto, Yum. Masa kamu nggak ngerti sih
Ayuwidia: bener, cuma jadi patung
total 3 replies
Elisabeth Ratna Susanti
like plus iklan 👍
Elisabeth Ratna Susanti
bagus banget namanya 🥰
Ria Diana Santi
Ya iya lah tebakan Zian kan 1k persen bener🤭
Najwa Aini: dia kan kadang si paling tau Ri
total 1 replies
Ria Diana Santi
Aihhh tetiba ada yang mau jadi nyamuk nihhh 🤣
Najwa Aini: ya sekali-sekali aku kasih dia peran jadi nyamuk..jarang² kannn
total 1 replies
Ria Diana Santi
Hah?! Gimana² seriusan?!🤭
Najwa Aini: serius lahh
total 1 replies
Ria Diana Santi
Behhh sayang puisi nya gak sesuai sama karakter orang nya yang banyak modusnya...
Najwa Aini: bertolak belakang ya..😄😄
total 1 replies
Ria Diana Santi
Lebih gak aman kalo dekat sama kamu lah🤣
Najwa Aini: Itu kann..kamu langsung ngasih penilaian sama kayak yg lain
total 1 replies
Ria Diana Santi
Ca ilehhh banyak omkos...
Najwa Aini: udah keliatan kalau dia omkos ya Di?
total 1 replies
Ria Diana Santi
Wah, misteri nih ...
Najwa Aini: sok misteri aja dia
total 1 replies
NA_SaRi
Utuk Utuk adek kakak
Najwa Aini: pas gak cara Zian nutupin pemukulan yang dia lakukan ke Prima
total 1 replies
NA_SaRi
Kok aku semakin jijik sama Kuku Prima ini
Najwa Aini: aku gak niat mau giring rasa kayak gitu lho ke dia. malah aku pingin buat kalian respek karena dia kan calon suami Aira. tapi tanpa sadar tulisanku tentangnya malah bikin klaian gak suka
total 1 replies
NA_SaRi
Gak ada urat malu ga sih
Najwa Aini: Rasa malu dia tuh ketinggalan di mobilnya. lupa gak dibawa
total 1 replies
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!