Di nyatakan tidak bersalah oleh hakim tidak membuat hidup gadis bernama Gracia Kanaya kembali tenang, sebab seseorang yang menganggap Gra adalah penyebab kematian sang adik tercinta tak membiarkan Gra hidup dengan tenang.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon selvi serman, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Serba Salah.
"Nanti Gilang akan memikirkannya, ayah." Gilang belum bisa menjawab permintaan ayahnya untuk kembali ke rumah, ada istrinya yang juga harus ia pikirkan.
"Baiklah, nak. Tapi ayah sangat berharap kamu bisa kembali tinggal bersama di rumah kita! Kalau begitu ayah pulang dulu." Pamit ayah Handoyo.
Sepeninggal ayahnya, Gilang menemui Gracia di dapur.
"Kenapa kamu mengaku sebagai Art pada ayah?." pertanyaan Gilang tersebut berhasil mengalihkan perhatian Gracia dari kegiatannya menata hasil masakannya di atas meja makan.
Gracia menegakkan tubuhnya, menatap pada Gilang. "Lalu aku harus mengaku sebagai apa, mas? Bukankah aku juga tidak boleh mengaku sebagai istri kamu, mas?."
"Atau aku harus mengaku dihadapan ayahnya mas Gilang bahwa sebenarnya aku ini wanita mura-han yang rela menggadaikan kehidupannya pada seorang pria demi rupiah? Jika memang mas ingin aku mengaku seperti itu dihadapan ayahnya mas Gilang, akan aku lakukan." Ya, bagi Gracia semua ucapan Gilang adalah perintah yang harus dituruti olehnya, sekalipun itu harus menanggalkan harga dirinya.
Gilang langsung terdiam, jawaban Gracia berhasil menyentil hatinya.
Sekarang Gilang berada dalam posisi serba salah. Jika ia mengajak serta Gracia kembali ke rumahnya tanpa mengakui pernikahan mereka secara otomatis Gra akan bekerja sebagai asisten rumah tangga di kediaman orang tuanya, sesuai dengan pengakuan Gracia pada ayahnya beberapa saat lalu, tapi jika ia mengakui pernikahannya dengan Gracia otomatis ayahnya pasti akan memintanya mengadakan pesta resepsi, sementara ia masih harus mengambil kembali sesuatu yang seharusnya menjadi hak istrinya dari tangan wanita licik itu, ibu tirinya Gracia.
Gilang mengayunkan langkah mendekat pada Gracia, menyentuh pipi lembut nan putih bersih tersebut.
"Apa kamu tidak masalah jika aku mengajakmu tinggal di kediaman orang tuaku?." Kali ini pertanyaan Gilang terdengar begitu lembut sehingga Gracia tertegun mendengarnya.
"Tidak masalah mas. Aku akan melakukan apapun yang mas inginkan." balas Gracia seraya membalas tatapan lembut Gilang.
"Maaf jika di rumah ayah nanti kamu harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga." Gilang membawa tubuh Gracia ke dalam pelukannya. Sungguh, Gilang tak tega jika istrinya harus diperlakukan selayaknya asisten rumah tangga pada umumnya saat tinggal di rumah orang tuanya nanti, sementara saat di apartemen Gracia hanya sesekali memasak, selebihnya Gilang akan memesan makanan lewat aplikasi delivery di ponselnya. Sementara untuk membersihkan apartemen, Gilang meminta asisten rumah tangga untuk melakukannya, yang datang pada saat mereka tidak ada di apartemen. Itulah mengapa kondisi apartemen selalu bersih, sampai-sampai Gracia sendiri bingung kenapa setiap kali ia kembali apartemen selalu dalam kondisi bersih. Meskipun penasaran akan tetapi Gracia tidak berani menanyakannya pada Gilang.
"Tidak perlu minta maaf, mas, lagipula saat masih tinggal di rumah ayah dulu aku sering di minta oleh mama untuk menyelesaikan pekerjaan rumah tangga." Balas Gracia.
Membayangkan istrinya harus menyelesaikan pekerjaan asisten rumah tangga, dan tidur di kamar yang disediakan untuk asisten rumah tangga, membuat Gilang kehilangan selera makannya.
"Masakan aku nggak enak ya mas?." Tanya Gra menyaksikan Gilang tak berselera makan.
"Aku bisa memasak menu yang lain jika mas tidak suka dengan menu yang sudah aku masak ini." tawar Gracia.
"Tidak perlu! Habiskan makananmu!." ujar Gilang dan pada akhirnya Gracia pun mengangguk patuh. Seusai makan, keduanya pun kembali ke kamar. Gilang yang tidak biasanya langsung merebahkan tubuhnya usai makan, kali ini langsung naik ke tempat tidur dan meminta Gracia untuk ikut naik ke tempat tidur bersamanya. Kini Gracia telah ikut merendahkan tubuhnya dengan berbantal lengan kokoh Gilang.
Gilang mendekap tubuh Gracia, hal seperti ini pasti akan sedikit sulit dilakukannya ketika mereka sudah berada di kediaman orang tuanya nanti, bahkan mereka pasti tidak akan tidur di kamar yang sama.
"Maaf... sebagai suami, aku belum bisa menjadi perisai yang baik untukmu, Gra." dalam hati Gilang.
"Mas...."
"Hem."
"Apa mungkin ayahnya mas meminta mas untuk kembali tinggal di rumah karena ingin segera menikahkan mas." Gilang merupakan anak kandung ayahnya satu-satunya, sementara usia ayahnya pun sudah hampir memasuki senja, maka tak heran jika Gracia berpikir demikian.
"Memangnya kamu mau di madu?." balas Gilang yang sebenarnya kesal dengan pertanyaan menyebalkan Gracia.
Gracia mengulas senyum sambil mendongakkan kepala, menatap pada Gilang.
"Kalau sampai hal itu benar-benar terjadi, mas kan bisa menceraikan aku dan menikah dengan wanita pilihan orang tuanya mas. Lagipula pernikahan kita hanya untuk menghindari dosa, bukan karena mas benar-benar menginginkan aku menjadi istrinya mas." bibirnya tersenyum kala berujar, tapi entah mengapa da-da Gracia terasa sesak seakan ada sebuah batu besar yang mengganjal di sana.
"Bagaimana jika aku tidak akan menceraikan kamu untuk selamanya?." Seketika raut wajah Gilang berubah serius.
Gracia melebarkan senyumnya lalu berkata. "Memangnya mas tidak takut pada istri mas kalau sampai ketahuan punya wanita simpanan?."
Deg.
Ingin rasanya Gilang menepis perkataan Gracia yang mengatakan dirinya sebagai wanita simpanan, tapi Gilang tak berdaya karena faktanya selama ini perlakuannya pada istrinya itu memang menunjukkan ke arah sana, di mana Gracia tak boleh mengakui hubungan mereka kepada siapapun. Meksipun ia memiliki alasan yang masuk akal untuk melarang Gracia mengakui pernikahan mereka pada siapapun, bukankah alasannya itu tidak diketahui oleh Gracia.
"Tidurlah.... berhenti membahas tentang menikah karena sekarang aku sudah mempunyai istri, tidak mungkin akan menikah lagi." Ujar Gilang seraya memeluk tubuh istrinya kemudian mulai memejamkan matanya.
Keesokan harinya.
Gracia dibantu oleh Gilang untuk mengemas barang-barang yang akan dibawa pindah ke kediaman orang tua Gilang.
"Selama tinggal di rumah ayah itu artinya kamu tidak bisa bekerja lagi." Kata Gilang dan Gracia pun mengangguk. Semalam Gracia sudah memikirkan hal itu.
Tepat pukul sembilan pagi, Gilang dan Gracia yang diantarkan oleh asisten Tiko bertolak menuju kediaman orang tua Gilang. Kedatangan mereka disambut oleh ayah Handoyo dan juga mama Kinan, ibu sambung Gilang. Sikap mama Kinan sangat baik dan juga ramah, begitu kesan Gracia ketika pertama kali bertemu dengan ibu sambung Gilang.
"Cantik sekali dia Gilang, tadinya mama pikir dia pacar kamu." kata mama Kinan ketika pertama kali melihat sosok Gracia.
Gilang hanya mengulas senyum tipis mendengar komentar ibu sambungnya itu. Ingin sekali ia berkata dengan lantang jika wanita cantik yang datang bersamanya itu adalah istrinya bukan Art, tetapi Gilang tidak mungkin melakukan hal itu sebelum ia berhasil merebut kembali perusahaan ayahnya Gracia dari tangan ibunya Yogi.
"Bi Inah akan mengantarkan kamu ke kamarmu, nak." Mama Kinan menyebut Gracia dengan sebutan nak dan itu mampu menyentuh hati Gracia. Andaikan Gilang mengakui dirinya sebagai istrinya, pasti Gracia sudah memeluk wanita anggun di depannya itu.
"Baik, nyonya." balas Gracia.
Rafa bukan gilang
ntar baru sadar langsung heboh ini...
🥰🥰🥰🥰🥰
jangan Gilang...ntar poligami jadinya 😭
benci berakhir cinta...