Kiara dan Axel berteman sejak kecil, tinggal bersebelahan dan tak terpisahkan hingga masa SMP. Diam-diam, Kiara menyimpan rasa pada Axel, sampai suatu hari Axel tiba-tiba pindah sekolah ke luar negeri. Tanpa memberitahu Kiara, keduanya tak saling berhubungan sejak itu. Beberapa tahun berlalu, dan Axel kembali. Tapi anak laki-laki yang dulu ceria kini berubah menjadi sosok dingin dan misterius. Bisakah Kiara mengembalikan kehangatan yang pernah mereka miliki, ataukah cinta pertama hanya tinggal kenangan?
*
*
*
Yuk, ikuti kisah mereka berdua. Selain kisah cinta pertama yang manis dan menarik, disini kita juga akan mengikuti cerita Axel yang penuh misteri. Apa yang membuatnya pindah dan kembali secara tiba-tiba. Kenapa ia memutus hubungan dengan Kiara?.
MOHON DUKUNGANNYA TEMAN-TEMAN, JANGAN LUPA LIKE, DAN KOMEN.
Untuk menyemangati Author menulis.
Salam Hangat dari tanah JAWA TENGAH.❤️
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Story Yuu, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 Nostalgia Di UKS
Sesampainya di ruang kesehatan sekolah, Axel segera menurunkan Kiara di atas kasur periksa.
“Tunggu di sini, aku panggil dokter,” ucapnya pelan lalu melangkah keluar dari ruangan.
Kiara mengangguk.
Beberapa menit kemudian, Axel kembali lagi. “Pak Bahar lagi keluar, nggak ada di kantornya.”
“Oh, aku juga nggak apa-apa. Cuma lecet sedikit,” tutur Kiara, sambil menunjuk lututnya yang terluka.
“Jangan sentuh!” seru Axel langsung menahan tangan Kiara yang hampir menyentuh lukanya.
Kiara mendongak perlahan, sorot matanya berbinar menatap Axel kemudian tertawa kecil.
Axel mengangkat alisnya, “Apa yang lucu?”
“Kejadian ini... mengingatkanku pada masa kecil kita,” tukas Kiara masih menahan tawa.
“Lututmu pernah terluka, waktu kecil?” tanya Axel memicingkan mata, mencoba mengingat memori itu.
Kiara menggeleng pelan. “Bukan lututku, tapi lututmu.”
“Hah?”
“Kamu lupa? Kamu menangis keras saat itu.”
“Apa? Aku menangis? Mana mungkin,” sahut Axel mengelak tak mau mengakui dirinya yang cengeng di masa lalu.
Kiara mengangguk yakin, “Benar, wajahmu menggemaskan saat menangis waktu itu. Aku masih ingat jelas.”
“Oh, aku lupa.”
“Coba lihat, apakah masih ada bekas lukanya?” tanya Kiara, mengangkat tangan hendak menyentuh lutut Axel.
Axel mundur satu langkah, “Ara! Jangan asal menyentuhku,” ujarnya tegas di depan gadis itu.
Kiara mengangkat wajahnya, dahinya mengerut. “Oh, sorry.”
Axel langsung berbalik, “Aku cari kotak P3K dulu,” ucapnya melangkah menuju laci di sudut ruangan.
“Iya,” jawab Kiara pelan.
Dari belakang, Kiara menatap lekat punggung seorang pria yang tengah fokus membuka satu-persatu laci, mencari kotak P3K.
Tadi dia menggendongku, sekarang sok ketus di depanku. batinnya menggerutu.
Gadis itu mengalihkan pandangan, kemudian matanya menangkap satu box yang berada di dalam lemari kaca. “Bukankah itu kotak p3k,” gumamnya.
Kiara lalu turun dari kasur dan melangkah menuju ke lemari. Axel yang melihat langsung mendekat. “Mau kemana?” tanyanya.
“Ah, itu kotak P3K ada di sana,” sahut Kiara menunjuk sebuah lemari di sudut ruangan.
“Sudah kubilang, diam dulu di atas kasur,” ujar Axel sambil merangkul perut Kiara dari belakang. Dengan mudah ia mengangkat tubuh gadis itu, seolah mengangkat boneka ringan.
“Hah?! Axel...” seru Kiara terkejut, tiba-tiba tubuhnya diangkat oleh Axel.
“Diam dulu,” ujar pria itu seraya merebahkan tubuh seorang gadis di atas bangsal.
Kiara tak bisa berkata-kata, pria itu selalu saja spontan membuat Kiara jadi membeku.
Axel langsung mengambil kotak P3K, dan mulai mengobati luka Kiara. Dengan hati-hati ia mengoleskan salep di lutut gadis itu, sesekali meniup lukanya dengan lembut.
Wajah Kiara mengernyit, bibirnya meringis menahan perih.
“Apa sakit?” tanya Axel yang menyadari Kiara terus menggertakkan giginya.
“Sedikit...” jawab Kiara.
“Aku akan lebih hati-hati.”
Kiara memandangi pria yang tengah mengobati lukanya. Matanya yang terlihat fokus menatap luka di lututnya, bibirnya yang terus manyun meniup dengan lembut, tangannya yang berotot memegang kapas dengan gemetar. Gadis itu menyeringai tipis.
“Axel…” panggilnya pelan.
Axel mendongak perlahan, menatap Kiara sesaat, tapi tak bersuara kemudian menunduk lagi fokus dengan lutut gadis itu yang terluka.
“Kamu... melarangku menyentuhmu, tapi apa yang kamu lakukan?” tanya gadis itu tiba-tiba.
Axel mendongak lagi, “Hah?” ia mengangkat alisnya tampak bingung.
“Axel... apa aku berbuat salah di masa lalu?” suara Kiara terdengar getir membuat suasana semakin awkward.
Axel kini menatap matanya, masih tanpa suara ia hanya diam tak menjawab pertanyaan Kiara.
“Selama hampir lima tahun, aku masih selalu bertanya-tanya, alasanmu memutus hubungan denganku sebelumnya,” ucap Kiara sambil menunduk, menatap pria yang berjongkok di hadapannya.
Axel mengalihkan pandangan, “A-aku...” ucapnya terbata sambil memijat tengkuknya.
Kiara menyela. “Aku... minta maaf.”
Axel mengangkat wajahnya keget. “Kenapa meminta maaf?”
“Apapun alasanmu, kurasa aku perlu meminta maaf. Mengingat kamu yang lebih dulu menjauhiku, mungkin saja, memang aku yang bersalah,” balas Kiara dengan tersenyum namun jelas tersirat getir di wajahnya.
“Ara, itu...”
“Bahkan sekarang, kamu juga bersusah payah untuk menghindariku, kan?” tanya gadis itu dengan lirih, bola matanya mulai memerah.
Axel hanya tertegun, tak bisa menjawab sepatah kata pun.
“Kalau aku meminta maaf dengan tulus, apa itu bisa mengurangi sedikit beban di hatimu? Kita bisa berteman dekat lagi, seperti dulu?” tanya Kiara sorot matanya penuh harap.
Bukan kamu masalah utamanya Ra, maaf. batin Axel, belum bisa untuk jujur kepada Kiara.
Tak mendengar jawaban Axel, Kiara terdiam. “Maaf, aku terlalu berisik, kan?”
Axel masih terdiam, menggenggam erat sekotak kapas di tangannya, keheningan menyelimuti seisi ruangan.
Axel membuka mulutnya sedikit seolah ingin mengatakan sesuatu, namun belum sempat Axel bicara.
Brak!! Pintu UKS terbuka dengan keras, Axel dan Kiara spontan menoleh bersamaan.
“Ara!” teriak Via, ia segera mendekati temannya itu. “Kamu nggak apa-apa?!”
“Iya, nggak apa-apa. Lecet dikit doang,” jawab Kiara, wajahnya masih melongo kaget.
“Yakin, nggak encok?” Timpal Rafa yang datang bersama Via.
Kiara menyunggingkan bibirnya, menanggapi ucapan Rafa.
Via memeriksa dari ujung kaki sampai ujung rambut gadis itu, “Syukurlah, aku udah khawatir kamu patah tulang.”
“Sembarangan kalo ngomong!” sahut Kiara.
“Si Jessica itu, dia sengaja mau nyelakain kamu!” seru Via mengerutkan dahinya.
“Ini kecelakaan, jangan suudzon,” bantah Kiara, tak mau memperpanjang urusan.
“Tapi... kasian kakimu, lecet. Pasti perih,” ujar Via meniup lembut luka sahabatnya.
Kiara mengangguk dan merengek di depan Via, “Hu...hu... sakittt,” ucapnya dramatis.
Rafa menyipitkan matanya menyaksikan adegan itu, mulut julidnya tak terkendali lagi “Dih,” sindirnya.
Sementara Axel, masih berdiri di sudut ruangan memeluk kotak P3K di dekapnya.
“Btw Xel, tadi kamu sangat keren. Semua siswi histeris menyaksikan aksi heroikmu menyelamatkan Kiara,” bisik Rafa di dekat Axel.
“Gak usah berlebihan,” jawab axel datar.
“Bukan lebay, ini serius!” tegas Rafa dengan tatapan serius.
“Axel, makasih. Aku mau pulang bareng Via,” ujar Kiara menyela.
“Kita bisa pulang bareng,” sahut Axel.
Kiara menggelengkan kepala. “Aku mau bareng Via,” tegasnya menolak tawaran pria idamannya.
“Oh, oke,” jawab Axel lirih, suaranya nyaris tak terdengar.
“Bye, Raf. Duluan ya,” pamit Kiara, melangkah keluar bersama Via.
Rafa melambaikan tangan, sementara Axel hanya menatap punggung gadis itu yang kian menjauh. Ia menghela napas.
Rafa masih di sampingnya, memperhatikan pria yang tampak lemas di sebelahnya. “Kalian... bertengkar lagi?” tanyanya.
“Bukan,” jawab Axel singkat.
“Maksudku, raut wajahnya menjadi murung saat menatapmu,” balas Rafa mengamati tingkah keduanya.
Axel melirik lagi ke arah Kiara yang sudah melangkah jauh. “Benarkah? Dia menjadi murung karena ku?” gumamnya pelan.
Rafa memicingkan mata mencoba memahami situasi, apa yang sebenarnya terjadi antara mereka berdua.
“Kenapa kamu masih di sini?,” tanya Axel menoleh ke samping, melihat Rafa yang masih berdiri menyipitkan mata.
“Menemanimu,” jawab Rafa spontan.
Axel memutar bola matanya malas. “Aku tidak butuh teman.”
“Hey... jangan begitu, bertemanlah denganku, seperti dulu,” ujar Rafa suaranya sok imut di depan Axel.
“Enyahlah, aku muak,” sahut Axel menyingkirkan wajah Rafa dari hadapannya.
****
Diperjalanan pulang, Via menuntun Kiara yang sedikit pincang. “Kamu ini Ra, baru sembuh keseleo ini di tambah lagi”
“Ini... namanya pengorbanan Vi,” ucapnya tak merasa kapok.
“Kamu masih belum nyerah soal Axel?”
Kiara menggeleng cepat. “Aku masih terus berusaha.”
“Tadi, bukannya dia nawarin buat pulang bareng? Kenapa kamu tolak? ini kesempatan.”
“Dia nawarin diri, cuma karena merasa kasihan.”
“Tapi, keliatannya dia beneran peduli sama kamu Ra”
“Benarkah?”
“Kamu liat aja tadi insiden di lapangan, dia muncul sebagai pahlawan. Menutupi bajumu yang sobek, kemudian... menggendongmu lari ke ruang kesehatan,” ujar Via dengan nada puitis.
Kiara cekikikan. “Iya, kan? Dia terlihat dramatis banget tadi”
Tenggelam dalam obrolan yang asyik, keduanya tak sadar langkah mereka sudah mendekati rumah.
“Eh, udah sampe,” ucap Via, akhirnya menyadari
“Makasih ya, Vi. Sampai ketemu besok.”
“Iya, Ra. Bye,” ujar Via, lalu melangkah pergi.
****
Kiara berjalan masuk ke rumah dengan tergopoh.
“Ada-ada aja sih, habis keseleo, sekarang kaki lecet sama memar,” keluhnya
Saat melangkah masuk, tak ada orang yang menyapa kepulangannya. Hanya kesunyian yang menyambutnya seperti biasa. “Hmmm, sepi. Apa yang kuharapkan? Ayah dan Bunda pasti sedang bekerja,”
Fakta bahwa kedua orang tuanya adalah seorang dokter, mungkin terdengar keren bagi sebagian orang. Namun bagi Kiara, profesi kedua orang tuanya, membuat hidupnya kesepian. Jarang berada di rumah, bahkan sering kerja lembur, sampai menitipkan anaknya kepada tetangga sebelah.
Gadis itu tertatih menaiki tangga sendirian, ia menuju ke kamarnya. Saat tiba, Kiara langsung menjatuhkan diri di atas ranjangnya, ia menatap langit-langit kamarnya kemudian menghela napas panjang, seolah menghempaskan beban pikirannya yang menumpuk di kepala.
"Axel... Ada apa sebenarnya? Aku penasaran," gumamnya, masih memikirkan pria idamannya.
**Masih penasaran apa alasan Axel sebenarnya, memutus hubungan dengan Kiara di masa lalu**
...****************...
Bersambung...
Mohon Dukungannya Teman-teman Sekalian...
Jangan Lupa Like, Vote dan Coment! Untuk Menyemangati Penulis.
Salam Hangat dari Author,🥰🥰
🤣
ak pasti menunggunya thor
otakku baru bangun nih