karya tamat, novel ini hanya pembentukan world-building, plot, dan lore kisah utama
kalian bisa membaca novel ini di novel dengan judul yang lain.
Karena penulisan novel ini berantakan, saya menulisnya di judul lain.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MagnumKapalApi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 10 - Pedang dan Sihir (3)
Agoy lepaskan sihir pamungkas tepat pada lokasi Litch!
Dengan Astra Sewu aku menemukan lokasi Litch yang berada dalam kejauhan, tempat dimana diriku terbunuh disana.
Sihir Pamungkas dengan kekuatan berskala '5.879.114.214' tersimpan dalam penyimpanan bayangan.
Bukan hanya itu, semua yang tersimpan dan dikeluarkan dari penyimpanan bayangan tidak memakai Mana diriku.
Sebagai individu yang berbeda dalam wujud bayangan Lala Rosalia, Agoy memiliki Mana yang sangat berbeda dibandingkan Mana dunia dalam novel.
Penggunaan Mana nol mutlak dengan arti sihir yang aku kumpulkan didalam penyimpanan bayangan selama enam tahun, adalah sihir yang tak membebani Mana dalam tubuh.
Baiklah, akan aku lakukan...
Semoga sihir pamungkas ini langsung membunuhnya tanpa pertarungan.
Agoy mengeluarkan sihir dibawah bayangan Litch, aku menggabungkannya dengan Astra Sewu.
Sama halnya dengan penyerangan para bandit, namun penggunaan bersamaan dengan Astra Sewu membuat kasus ini sedikit berbeda.
Aku bergumam pada regu, disisiku Silvanna mengibaskan ekornya dan dihadapanku Larasati yang memiliki Mana besar, Ryan si pendekar pedang serta Raka dan Sastri sebagai pendukung regu.
“Sebelum ke lokasi aku ingin melakukan sesuatu.”
Tentu saja mereka terheran, melihatku duduk bersila dengan mata yang kembali terpejam.
“...Apalagi yang ingin kamu tunjukkan, Lala?” Mata Ryan menyipit.
Astra Sewu diaktifkan kembali sebagai nyawa dari Litch itu sendiri, aku dan Agoy berbagi kesadaran sebagai tubuh Litch dengan bayangannya.
Bagaimana dengan jarak ini?
Tanyaku pada Agoy dalam dunia batin.
Jarak kita dengan dirinya adalah jarak aman, sihir pamungkas itu tidak akan sampai kesini...
Kami memprediksi jarak kami dengan kerusakkan yang akan terjadi pada skala kekuatan sihir pamungkas.
Sistem mulai terbayang didalam kepala.
[Sihir Api: 5.879.114.214]
[Sihir Pamungkas]
BOOOOOOMMMM.
Sebuah ledakkan tercipta sangat besar, menyebabkan angin besar dari titik ledakkan menghempaskan pepohonan disekitar hingga ke posisi kami.
regu terkejut, dengan suara ledakkan yang sangat dahsyat terjadi seketika dalam jarak yang sangat jauh.
Silvanna melolong sangat lama, reaksi Sebertan melihat ledakkan terjadi.
Raka dan Sastri menciptakan sihir perlindungan dibawah kaki kami, lingkaran sihir berwarna putih muncul sebagai perhitungan sihir.
Tertulis seperti aksara yang mengelilingi lingkaran sihir didalamnya.
Terlihat seperti 'ᮊᮥ ᮊᮊᮥᮃᮒᮔ᮪ ᮞᮤᮠᮤᮁ ᮕᮀᮜᮤᮔ᮪ᮓᮥᮌᮔ᮪ ᮄᮔ᮪,
ᮓᮤᮞᮦᮘᮢᮊᮢᮔ᮪ ᮎᮠᮚ ᮊᮞᮥᮎᮤᮔ᮪ ᮃᮔᮥ ᮍᮥᮛᮤᮜᮤᮔᮌᮔ᮪ ᮛᮧᮠ᮪ ᮏᮦᮏ ᮛᮌ,
ᮔᮏᮏᮤᮓᮤᮌᮔ᮪ ᮒ᮪ᮙᮕ᮪ᮒ᮪ ᮄᮔ᮪ ᮙᮤᮙᮔᮊ ᮕᮙᮚᮜᮤᮔ᮪ᮓᮥᮌᮔ᮪
ᮃᮔᮥ ᮒᮦᮅ ᮘᮤᮞ ᮒᮦᮙᮘᮥᮞ ᮊᮥ ᮊᮏᮠᮒᮔ᮪.
ᮞᮤᮀ ᮞᮠ ᮝᮦ ᮔᮥ ᮃᮞᮥᮕ᮪ ᮊ ᮏᮦᮛᮧᮔ ᮙᮦᮙᮥᮔ᮪ ᮊᮛᮕᮤᮠᮔ᮪,
ᮊᮃᮙᮔᮔ᮪, ᮏᮦᮏ ᮛᮠᮙᮒ᮪ ᮃᮔᮥ ᮜᮀᮌᮦᮀ.'
“Sanctuary!” Serempak Raka dan Sastri mengeluarkan sihir suci para elf.
Sihir pendukung yang mereka keluarkan adalah sihir pengurangan luka yang diterima menjadi delapan puluh persen kerusakan yang diterima, selama masih didalam lingkaran sihir kami aman dengan dahan dan bebatuan yang dihempaskan oleh ledakkan sihir pamungkas.
Larasati menciptakan sihir tanpa rapalan perisai angin, menghempaskan semua yang datang ke arah kami ke udara “Nanaonan ledakkan eta?” (Apa-apaan ledakan itu?)
Ryan tersungkur dalam posisi jongkok dengan lutut kanan menopang tubuhnya, melihat apa yang ia saksikan “Lala! Apa yang kamu lakukan?!”
Sementara sistem menampilkan angka yang semakin turun.
[Sihir Api: 5.879.114.214]
[Sihir Api: 5.878.000.014]
Dalam lima detik angka-angka didalam sistem seperti tab menurun jumlahnya sebesar 100.000.
[Sihir Api: 5.549.194.917]
[Sihir Api: 4.320.432.123]
[Sihir Api: 2.097.343.273]
Sampai ledakkan berhenti, sistem itu berada diangka nol.
[Sihir Api: 0]
[Sistem menghapus data sihir!]
Ledakan terjadi selama enam menit lamanya, menghempaskan segalanya, hingga situasi menjadi hening kembali.
Lingkaran sihir sanctuary menghilang.
Sebelum ledakkan terjadi, aku menonaktifkan Astra Sewu pada target, jika ledakkan itu dirasakan oleh Litch maka pengguna dapat merasakannya pula.
Namun kesadaran Agoy sebagai bayangan Litch tetap pada target, untuk memaksimalkan seluruh potensi yang tersimpan dalam penyimpanan bayangan.
Semua orang terdiam, menatapku dengan perasaan cemas dihati mereka.
Kecemasan yang mengarah pada anak manusia berusia sepuluh tahun.
Aku juga tidak bisa mengeluarkan sihir seperti itu, itu hanya sihir yang aku kumpulkan didalam penyimpanan bayangan selama enam tahun.
Faktanya aku sebagai Lala Rosalia tidak akan mampu mengeluarkan sihir sebesar itu secara instan, kapasitas Mana dalam tubuhku juga berkembang karena jamu daun sirih perawan yang aku tenggak selama enam tahun.
Raka bersuara “Dia bukan anak manusa.” disambungkan dengan perkataan Sastri “Legenda ayeuna keur diukir.”
Larasati menatap tajam tanpa sepatah kata, Ryan terus menanyakan apa yang aku sembunyikan selama ini.
“La-lala, aku tahu kamu belum memberitahukan kami segalanya.”
Aku menjawabnya “Ya hehehe, aku tidak bermaksud menutupinya.”
“Namun takkan kuberitahu.” Lanjutku menggaruk kepalaku sendiri.
Namun suara tak asing bergema didalam kepalaku.
Hein... Qui êtes-vous?!
Aku mendelikkan mata spontan, Agoy kembali berketus padaku.
Hey bodoh, Litch itu belum mati!!
Seketika tubuhku gemetar, keringat sebesar jagung mengalir dari dahi.
Regu bertanya padaku 'Ada apa?' karena memperlihatkan wajah yang takut.
“Semuanya bersiap!”
Tubuhku kukencangkan, Astra Sewu kembali kuaktifkan.
Litch melesat cepat ke arah kami, aku mengeluarkan seluruh perlengkapan didalam penyimpanan bayangan kepada Litch yang melesat cepat.
Tombak, pedang, anak panah.
Semuanya hingga benar-benar menjadi nol, Litch itu menangkis segalanya dengan pedang besar yang ia genggam.
Melayang diantara tanah yang rusak dan hutan yang tercerai-berai.
Regu hanya semakin bingung dengan penjelasan singkat.
Kamu tidak cocok memimpin regu bodoh!
Agoy memakiku didalam dunia batin.
Namun Larasati memecah keheningan.
“SIAPKAN RAGA!” Lantangnya.
Raka dan Sastri memberikan sihir pendukung penambah daya tahan tubuh, meningkatkan kekuatan dan sihir perlindungan.
Larasati mengencangkan tubuhnya dengan Mana, Mana yang besar bocor dan sangat terasa dari tubuhnya menusuk kulit-kulit.
Tatapan Ryan semakin tajam.
Undead muncul dari dalam tanah seperti mayat busuk dengan bau bangkai yang menyengat.
“Apa-apaan ini?! Sangat mengerikan!!”
“Aku akan menangani para Undead!”
Ryan dan Silvanna dengan cepatnya merespon sesuatu yang tak bisa dimasukkan kedalam akal lagi, dirinya menebas dengan ilmu berpedang katananya.
Menghunuskan lalu disarungkan kembali, dan dihunuskan lagi, memanfaatkan sisi tajam dari gesekan sarung pedang dengan besi pedang yang ia kenakan.
Dibantu Larasati dengan serangan sihir jarak jauh.
“Beri aku waktu!” Seruku ditengah kekacauan.
Bayangan sialan, kita pakai mode dewasa sekarang.
Aku tidak akan mampu melawan Litch itu dengan tubuh anak-anak.
Bayangan dari kaki keluar dari tanah, menyelimuti tubuhku dengan kegelapan mutlak.
Suara patahan tulang terdengar oleh semua orang, membuat mereka dalam keadaan panik.
Perlahan tubuhku meninggi dan membesar, bayangan mulai menurunkan dirinya kembali ke tanah.
Dari ujung rambut secara perlahan menampilkan sosok dewasa Lala Rosalia, berpakaian ketat ala petarung dengan pakaian yang kekurangan kain.
Semua orang terbelalak, Litch itu tiba dihadapan kami dari kejauhan.
Langsung melemparkan pedangnya mengarah padaku dari kejauhan dengan sangat cepat, melewati Larasati yang berdiri sedikit berjauhan dari diriku.
Whoossshh.
Suara angin dari pedang terdengar ke daun telinga panjang elf Larasati, sangat tipis pedang itu melesat dengan cepat melewati Larasati.
Agoy langsung menaikan bayangan seperti dinding menghalangi yang menghalangi pandangan.
Memasukan pedang yang dilontarkan ke dalam penyimpanan bayangan.
Agoy serap jejamuan yang tersimpan dalam penyimpanan bayangan.
Masukkan kedalam tubuhku.
Jamu kuat, jamu cepat, jamu kekebalan sihir dan fisik terserap langsung ke dalam tubuh.
Dengan tiga jamu daun sirih perawan yang tersisa, meningkatkan Mana dalam tubuh.
Litch semakin mendekat, seketika aku melesatkan tubuhku langsung pada Litch.
DAM.
Suara hantaman, tangan kami mengepal saling beradu tinju.
Litch yang sudah tidak mengenakan apapun terlihat seluruh rongga-rongga tulang.
“Mati anjing!”
Aku menyerangnya bertubi-tubi dengan pencak silat yang kuasah selama enam tahun.
Menjaga mobilitas tubuhku pada kuda-kuda sikap sempurna.
Menangkis dan menyerang, saling membalas serangan, kecepatan pertarungan yang tidak bisa dilihat oleh mata membuat Larasati terdiam.
Ia memilih membantu Ryan dan Silvanna menangani undead.
Disaat aku meninju Litch, dia menahan tanganku dengan lengan kirinya, Litch itu mengincar jantungku dengan serangan sihir hitam runcing yang mengarah langsung ke dada.
ZRAAKKK.
Namun Ryan melakukan serangan pedang dari kejauhan pada tangan Litch.
“Swift Sword, berhasil.” Ryan menghunuskan pedangnya dari kejauhan, dari pedangnya seperti menembakkan sihir biru melesat ke arah tangan Litch.
“...Salaud!” Litch memuncak, emosinya dalam dengan amarah.
Larasati dari kejauhan menembakkan sihir angin bercahaya hijau daun yang tajam seperti belati.
Litch menghindar, dirinya mengalihkan pandangan ke Larasati.
“Rasakan!” Larasati menciptakan tornado tajam tepat pada Litch, menerbangkan Litch dalam pusaran badai.
Tulang-belulangnya terkoyak dan hancur, hingga tornado berhenti.
“...Berhasil?”
Agoy bergumam.
Belum!! Litch itu belum mati, ia menyatukan kembali tulang-tulangnya.
Bayangan yang bersatu kembali membawa regu dalam keputusasaan.
Hingga tubuhnya terbentuk setengah tanpa kaki melayang mengarahku, jarak terdekat diantara semua orang.
“Sial!”
“Fleurball.”
Kurentangkan kedua tanganku ke udara menciptakan matahari kecil.
Namun sihir yang kurapalkan tidak akan sempat menyerang Litch.
Aku melesatkankan sihir yang setengah jadi, namun Litch itu memecah bola api dengan tinjunya, membuatku terpental hingga beberapa jarak.
Litch itu sudah setengah mati, hanya itungan detik ia akan benar-benar tumbang.
Dari ledakan yang begitu besar tubuhnya sudah melemah.
Dalam dunia batin, Agoy berketus.
Sekarang giliranku.
Penyimpanan bayangan itu tak bisa dimasukkan oleh makhluk hidup, namun makhluk yang abadi itu diantara mati dan hidup.
Agoy menyerap Litch dengan bayangan.
Tulang-belulang perlahan diselimuti bayangan yang terhubung oleh diriku, menghentikan lajunya tepat dihadapaku.
Apa yang kamu lakukan?
Melihat Litch yang mengerang sangat keras perlahan diselimuti kegelapan.
Ia mengeluarkan kata-kata yang terdengar seperti makian.
“Salaud!”
“Chien!”
“Pute!”
“Mort!”
“Mort!”
“Mort!”
Agoy tertawa dalam dunia batin
Hahahaha... Teoriku benar, penyimpanan bayangan dapat bekerja pada makhluk yang tabu.
Artinya kita dapat menyimpan sebuah jasad kedalam penyimpanan bayangan.
Larasati terkejut.
Ryan juga terkejut.
Raka dan Sastri lebih terkejut.
Aku sendiri ikut terkejut.
Namun jika kita tidak mengeluarkan sihir pamungkas diawalan, kita tidak akan sulit menyegelnya ke dalam penyimpanan bayangan.
Ucap Agoy, aku menaikan bibir hingga membentuk bulan sabit.
Senyumku lepas.
Aku menoleh pada mereka, suara makian Litch semakin terdengar pelan.
Hingga benar-benar tertelan kedalam bayangan, Agoy menurunkan dirinya kembali menjadi bayangan seperti sedia kala.
Para Undead menghilang dengan rintihan, tubuh mereka terbakar hingga menjadi debu setelah tersegelnya Litch.
Akhirnya, ini benar-benar selesai...
Bab kosong diantara prolog dan outline bab satu benar-benar selesai.
Pengulangan waktuku tidak sia-sia.
Berkat Agoy.
Enam tahun bertransmigrasi lalu mati, kembali ke masa lalu hanya untuk hari ini.
Namun semua belum selesai, walaupun villain utama sudah terkalahkan, Lala Rosalia tetaplah boss terakhir.
“Perjalanan kita masih panjang.”
“Dan ini hanya permulaan untuk mencapai outline bab satu.”
Contoh salah: "Aku lelah." keluhku.
Contoh benar: "Aku lelah," keluhku.
Terimakasih sebesar-besarnya, tanpa kalian saya tidak akan pernah menyelesaikan rangka awal kisah ini.
Terimakasih untuk para reader yang sudah membaca kisah ini hingga volume 1 selesai.
Terimakasih atas dukungan kalian selama ini.
Novel ini tamat dalam bentuk naskah kasar. Saya berniat merapihkannya nanti dengan sudut pandang orang ketiga.
Sekali lagi saya ucapkan terimakasih.
Aku menunduk lebih dekat. "Apa-apaan ini …." bisikku, tenggorokanku kering.
Celah itu melebar. Dari dalam, sesuatu merayap keluar, sebuah tangan legam, berasap seakan bara membakar udara di sekitarnya. Jari-jari panjangnya menancap di tepi layar, mencengkeram kuat, lalu menarik celah itu lebih lebar, seperti seseorang membuka pintu ke dunia lain.
Tangan itu terhenti. Perlahan, satu jari terangkat … lalu berdiri tegak. Jari tengah.
Narasi ini jauh lebih baik dan lebih enak dibaca.
Kesannya lebih menyesakkan dan ada tekanan batin. Karena si MC ini tau, kalau dia kabur dari rumah tersebut. Orang tua asli dari tubuh yang ditempati oleh MC, akan khawatir dan mencarinya.