Apa jadinya, jika gadis yang lembut dan baik hati serta memiliki rasa empati yang tinggi berubah menjadi gadis yang cuek dan dingin. Luka yang begitu menyakitkan bahkan mampu mengubah karakter seorang Agatha Lorenzo, bisakah ia melewati masa sulit itu? Apakah ia sanggup?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon DessertChocoRi, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab VI
Kicauan burung saling beradu, matahari menyembul dari arah timur dan memperlihatkan diri semakin tinggi.
Bunyi alarm terus terdengar tetapi sang pemilik kamar masih setia memeluk selimut yang hangat nan lembut itu. Lengan sang gadis menyembul dari dalam selimut dan mencari keberadaan alarm karena merasa terganggu dengan suara alarm tanpa henti.
Ia menyibakkan selimut dan duduk mengumpulkan puing-puing nyawa dari alam bawah sadarnya. Melakukan ritual bengong sebelum mandi dan bersiap-siap lalu sarapan bersama keluarganya.
Sejam kemudian Agatha sudah siap dan langsung menuju meja makan. Mereka sudah berkumpul dan menikmati sarapan mereka bersama.
“Agatha sayang kamu kan sebentar lagi ulang tahun yang ke sepuluh, kamu mau merayakannya di mana?” Tanya Jhon
Mendengar ucapan Jhon Wanda dan Dita sedikit melotot tetapi sedetik kemudian mereka menetralkan ekspresinya.
“Apakah aku sudah boleh merayakannya secara besar daddy?” Pasalnya selama ini ia hanya merayakannya dirumah tanpa dipublikasikan.
“Boleh sayang” Jhon tersenyum
“Daddy ulang tahun Dita juga kan cuma berbeda 3 hari dengan Agatha , dari pada masing-masing kenapa tidak disatukan saja, temannya Agatha kan teman Dita juga”
Jhon diam sejenak sambil berfikir lalu memandang Agatha.
“Iya daddy kan menghemat juga kebetulan aku juga mau merayakan, bagaimana kalau kita merayakannya di hotel Sky”
Hotel Sky adalah hotel berbintang lima dengan harga fantastis apalagi terdapat Long In the Sky yang tidak sembarangan orang bisa memesannya. Long In the Sky juga dikenal sebagai ikon dari hotel Sky karena semua cabangnya terdapat restoran melayang.
“Apakah kamu tidak keberatan sayang?” Tanya Jhon pada Agatha
“Gak apa daddy kalau sama-sama sepertinya seru” Agatha membayangkan betapa menyenangkan merayakan ulang tahun bersama saudara perempuannya.
Jhon langsung memberikan kartu hitam kepada Wanda untuk mewakili anaknya.
“Gunakan untuk segala persiapan acara dan cari dress buat kalian bertiga nanti” lanjut Jhon
Mereka pun melanjutkan makan sambil membahas ulang tahun mereka lebih tepatnya Dita yang lebih menguasai pembahasan.
Setelah sarapan dan membahas persiapan ulang tahun Agatha dan Dita mereka kembali ke aktivitas sehari-hari.
Tinggal lah Wanda sendiri dirumah, ia bersiap-siap untuk keluar juga tetapi menunggu suami dan anaknya pergi.
Ting..
Bunyi pesan masuk dari smartphone Wanda, setelah membaca isi pesan masuk itu Wanda tersenyum dan langsung bersiap-siap dan setelah itu pergi mengendarai mobilnya.
• Restoran •
“Hay” ucap seorang pria
Pria yang berusia 38 tahun itu menyapa Wanda
“Udah lama sayang?” Tanya Wanda pada seorang pria
“Gak kok” sambil tersenyum pria itu menarik kursi agar mempermudah Wanda mendudukinya.
Mereka pun memesan makanan dan sedikit berbincang layaknya sepasang kekasih.
Dari kejauhan Jhon yang baru saja keluar dari restoran seberang melihat Wanda.
“Wanda..” gumam Jhon
“Terima kasih Tuan Jhon untuk ke depannya kita bisa membahas proyek tersebut lebih lanjut”
Mendengar itu Jhon langsung tersenyum sambil bersalaman dengan rekan bisnisnya.
“Sama-sama Tuan Liam” jawab Jhon setelah itu Tuan Liam pun pergi dan menyisahkan Jhon sendiri bersama Ricky yang setia menunggu atasannya.
Kembali menatap restoran di seberangnya ternyata sosok yang ia lihat sebagai Wanda dengan seorang pria sudah hilang.
“Ahh mungkin salah liat” ucap dalam hati Jhon
Malam hari di kediaman Lorenzo didapur sedang sibuk mempersiapkan makan malam.
“Bi ira kamu masak apa ini?”
Dengan suara lantang Wanda berbicara didepan bi ira, yah bi ira sekarang menjadi juru masak di keluarga Lorenzo atas permintaan Wanda.
“Maaf nyonya itu masakan kesukaan non Agatha”
“Makanan kampung begini, cihh” dengan raut wajah yang meremehkan.
Selama ini Wanda hanya memberikan instruksi kepada bi ira untuk memasak makanan yang enak tanpa ikut memperhatikan, tapi hari ini hatinya lagi merasa senang maka dia ingin memberikan masakan yang istimewa. Dan tidak lupa mengakui bahwa dia yang memasaknya.
“Yah sudah atur sana” dengan ogahan Wanda menyerahkan ayam bakar itu.
Setelah dua jam mempersiapkan masakan dengan segala keributan yang Wanda buat akhirnya meja makan penuh dengan masakan lezat kesukaan semua Tuan rumah.
Agatha yang sibuk didalam kamar tidak bisa mendengar apa yang terjadi didapur karena kamarnya berada di lantai tiga karena itu Wanda bisa bebas berteriak karena tak ada yang mendengar kecuali para pelayan.
Wanda pun bersiap-siap membersihkan diri untuk menyambut suaminya pulang. Tidak lama kemudian Jhon pun pulang dan di sambut oleh Wanda. Setelah membantu Jhon membersihkan diri mereka pun ke meja makan.
“Ini sayang” Jhon memberikan paha ayam bakar kepada Agatha
“Kamu juga harus makan sayur sayang” ujar Wanda mengikuti Jhon
“Daddy aku juga suka ayam bakar” merasa iri karena cuma Agatha yang dapat perhatian.
“Makan yang banyak yah sayang” Jhon terkekeh sambil memberikan paha ayam bakar pada Dita
Selama Jhon dan Wanda menikah, ia tak pernah memperhatikan atau curiga akan hal-hal seperti itu karena ia menganggap Wanda akan sama seperti Aurora yang lembut dan rendah hati.
Makan malam pun selesai setelah berbincang mereka kembali ke kamar masing-masing.
“Sayang kamu ngapain seharian ini?” Tanya Jhon pada Wanda sambil duduk bersandar di sandaran kasur atau biasa disebut headboard.
Wanda yang sedang melakukan skincare di meja rias seketika berhenti dari aktivitasnya.
“Gak kemana-mana mas, kenapa mas?”
“Kayaknya memang salah liat” ucap dalam hati Jhon
“Cuma mau tau keseharian kamu aja” berjalan mendekati Wanda
Jhon melingkarkan tangannya ke depan perut Wanda lalu mencium tengkuk mulus itu dan sesekali menyesapnya.
“Ehhmmm..” lenguhan Wanda yang tak bisa terkontrol karena gairah yang tiba-tiba naik.
Baju tidur yang Wanda kenakan diturunkan sebelah pundak kanannya menggunakan mulut Jhon yang tidak berhenti mengecupnya seketika ia melihat ada tanda merah seperti hasil sesapan.
Jhon terdiam tetapi ia langsung membuang pikiran buruk itu. Ia pun membalikkan badan Wanda hingga mereka berhadapan. Jhon pun mulai mencium bibir Wanda dengan tidak terburu-buru sambil menikmatinya.
“Ugghh..” lenguhan Wanda kembali keluar saat ciuman Jhon sudah berada di lehernya.
Ciuman itu berlanjut ke bawah tanpa henti, dan tanpa sadar mereka sudah berada di atas kasur dalam keadaan tanpa sehelai benang. Merekapun melakukan pergulatan panas berulang kali seperti sedang kelaparan.
• Negara Q •
“Seminggu ini apa kamu betah di sekolah baru kamu?”
Anggukan Arslan menandakan itu jawaban yang sudah pasti Arslan berikan. Arslan berbeda dari anak seusianya, kenapa berbeda karena Arslan memiliki IQ di atas rata-rata hingga ia bisa mengikuti program akselerasi, di umur yang seharusnya masih berada di jenjang sekolah menengah pertama justru sekarang ia sudah menginjak sekolah menengah atas.
Sebenarnya Arslan pun juga sudah mulai memegang perusahaan orang tuanya tetapi masih dibantu oleh asisten kepercayaan daddynya. Karena setelah orang tua Arslan meninggal maka sesuai surat wasiat Arslan sudah menjadi pemilik selanjutnya Swaftgard Group.
Ting..
Suara nada menandakan pesan masuk. Arslan melihat pesan itu dan tersenyum tipis.
“Apa itu? Apakah aku tidak salah liat?” Kaget melihat keponakannya tersenyum walaupun tidak jelas, ia pun bisa melihatnya karena sejak tadi Mark menatapnya.
“Aku ke kamar paman” dengan suara deepnya Arslan berbicara
“Yah istirahat lah” Mark sungguh kasihan dengan keponakannya.
Meskipun mereka dulunya jarang bertemu tapi ia tau bahwa dulu dia tidak separah sekarang yang sungguh irit bicara. Dulu ia mengingat Arslan adalah anak seperti pada umumnya cuma sedikit pendiam dan sangat pintar tetapi sekarang Arslan menjadi semakin tertutup dan sehari cuma bisa dihitung dengan jari kata yang dia ucapkan.
Didalam kamar bernuansa hitam gelap Arslan mengganti pakaiannya, ia berencana akan ke ruangan gym untuk berolahraga.
Keringatnya mengucur deras setelah setengah jam melatih tubuh bagian atas. Dengan tinggi 167cm orang-orang yang tidak tau seorang Arslan Swaftgard tidak akan melihat ada yang beda dari anak SMA lainnya.
Kring..
Kring..
Arslan menghentikan latihan push-upnya dan mengambil smartphone miliknya di lantai beralaskan karpet.
“Hmm”
“Maaf mengganggu waktunya Tuan Arslan” ucap ucap Grith asisten sekaligus orang kepercayaannya.
“Katakan” suara tenang tetapi tegas tidak akan ada yang tau bahwa suara itu berasal dari anak usia tiga belas tahun.
“Kepala keluarga Bramantio ingin bertemu secara langsung dengan Tuan?”
Mendengar itu iya menyunggingkan senyum tipisnya.
“Atur pertemuan minggu depan”
“Baik Tuan”
Grith tidak memanggil Arslan dengan sebutan Tuan Muda lagi karena kini Arslan Swaftgard adalah kepala keluarga juga satu-satunya keturunan Swaftgard dan Hutson. Mengingat daddynya anak tunggal jadi seluruh kekayaan Swaftgard seratus persen jatuh ke Arslan.
• Negara X •
“Gimana persiapan acaranya sayang”
“Sudah hampir selesai bunda” ia senang mengingat ulang tahunnya akan digelar di hotel termahal di negara X.
Sambil menyesap teh, Ibu dan anak itu bincang santai.
“Lalu gimana rencana bunda?”
“Aman sayang.. semua sudah bunda atur, kamu tinggal melakukan bagianmu” sambil tersenyum Wanda mengelus kepala Dita
“Rencananya sudah pasti berhasilkan bun?”
“Pasti sayang, Agatha si anak jalang itu akan hancur”
Degg..
Degg..
Detak jantung yang kian cepat itu semakin membuatnya tidak bisa bergerak. Agatha menopang tubuhnya dengan satu tangan didinding dan satu tangan lainnya memegang sebelah dadanya.
Tiba-tiba ia mengingat kejadian beberapa hari yang lalu.
*Flashback*
“Uhh..” suara Agatha yang serak muncul karena tiba-tiba terbangun, ia merasa lehernya kering
Lampu-lampu sudah mati karena semua orang sudah tidur, ia berjalan pelan menuruni tangga menuju dapur. Sesampainya di dapur ia langsung mengambil air dan minum dengan rakus.
“Ahh” tenggorokan Agatha terasa segar sekali
Saat ia melihat pintu dapur yang menghubungkan area laundry room itu tidak rapat, ia heran mengapa pintu itu tidak tertutup menghampiri pintu itu berniat menutupnya tetapi ia mendengar suara orang.
Agatha berdiri dihadapan pintu itu untuk mendengar dengan jelas siapa orang yang tengah malam mencuci. Bukannya mendengar orang mencuci tetapi sedang bertelepon.
Agatha menutup mulutnya ketika ia mendengar suara Ibu tirinya dan suara laki-laki yang terdengar dari panggilan itu.
“Iya sayang aku juga rindu kamu” dengan nada manja
“Aku ingin minum susu dari sumbernya sayang” ucap pria itu, terlihat lidah pria itu menyapu bibirnya. Ya mereka melakukan panggilan video
“Yang ini sayang?” Tanya Wanda sambil memperlihatkan buah pepaya gantungnya.
Betapa syok Agatha melihat itu ia pun berjalan mundur perlahan beberapa langkah hingga akhirnya ia berlari menaiki tangga menuju kamarnya.
Ia pun mengingat betapa daddynya begitu perhatian pada istrinya tetapi Ibu tirinya justru berbuat hal sejahat itu. Mulai sejak itu Agatha menjadi pendiam dan tidak banyak interaksi pada Ibu tirinya.
*Flashback Off*
“Ternyata selama ini..”
Mulai saat itu Agatha akan mencari tau semuanya dan mendapatkan bukti agar Jhon tau yang sebenarnya.
To be continued..
Hay hay
jangan lupa jejaknya yah 😍