NovelToon NovelToon
Pesona Wanita Penggoda

Pesona Wanita Penggoda

Status: sedang berlangsung
Genre:Misteri / Cintamanis / Duda / Balas Dendam / Cinta Terlarang / Fantasi Wanita
Popularitas:6.6k
Nilai: 5
Nama Author: Danira16

Melisa terpaksa menjalani kehidupan yang penuh dosa, demi tujuannya untuk membalaskan dendam kematian orang tuanya.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Danira16, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Ne-nen

Ditempat kursusnya Melisa berusaha mencurahkan otaknya hanya untuk menguasai materi yang disampaikan oleh pengajarnya.

Sedari ia hamil muda hingga sekarang sudah 1 tahun ia mengikuti kursus design grafis, selain itu ia juga mengikuti kursus bahasa inggris yang bersertifikat.

Setidaknya walau ia hanya lulusan SMA, ia bisa menjadi karyawan dan bisa bekerja untuk mendapatkan uang.

Rencananya Melisa akan kuliah jika ia telah memiliki cukup uang, atau mungkin setelah tugas balas dendamnya selesai.

Melisa selesai kursus hingga siang hari, dimana ia merasakan d4 d4 nya begitu k3r4s dan nyeri. Dan saat itu ia lupa bawa pumping untuk memompa 4si nya.

Melisa pun bergegas pulang dan hendak menyetop ojek motor yang berada disekitaran tempat kursusnya.

Namun sayangnya tidak ada yang lewat bahkan berhenti, semuanya terlihat lalu lalang namun mobil yang ia cegat tidak ada yang berhenti.

Saat itu memang banyak orderan, karena hari Sabtu banyak orang yang bepergian, Melisa bahkan telah patah semangat, hingga sebuah mobil berhenti dihadapanya.

"Melisa......."

Melisa yang merasa dipanggil dengan suara yang familiar pun menoleh, ia cukup terkejut saat melihat ayahnya telah menjemputnya.

"Ayah...."

"Iya sayang ayah menjemputmu, ayo aku antar kamu pulang ke rumah."

Tak ada pilihan lain Melisa pun langsung masuk ke dalam mobil ayahnya, dan duduk bersebelahan dengan ayahnya yang sudah menjalankan mesin mobil.

"Kenapa Ayah jemput Melisa? Kan tadi Melisa sudah bilang mau pulang sendiri. Lagian ini jam 12 memangnya ayah tidak bekerja ya?"

"Tidak apa mel, lagian tadi ayah habis ketemu sama klien yang dekat dari tempat kursus kamu." Jawab Rudy.

"Owgh begitu." Jawab Melisa singkat.

"Kenapa kamu menghindar dari ayah?" Tanya Rudy yang merasa Melisa sedikit menghindari dirinya.

"Tidak, hanya perasaan ayah saja." Jawab Melisa bohong, pasalnya ia hanya ingin Rudy kelak terbiasa tanpa dirinya.

"Aku tahu kamu Mel, ini bukan diri kamu."

Melisa tak menjawab ia memalingkan wajahnya ke arah lainnya, menghindari tatapan Rudy yang sedang merotasi dirinya.

"Mel tatap wajah ayah!!" Titah Rudy.

Namun Melisa tidak menghiraukan itu ia malah sibuk melihat pemandangan dari dalam mobil. Namun beberapa menit kemudian Melisa merasakan nyeri pada area atasnya.

"Stthh sakit." Lirih Melisa pelan memegangi kedua benda kembarnya yang sebesar buah mangga itu."

"Kamu kenapa Mel?" Tanya Rudy cemas menatap Melisa yang terlihat kesakitan.

"Punya Mel sakit ayah, harus segera pumping." Jawab Melisa mengaduh.

"Ya sudah kamu pumping saja Mel." Jawab Rudy yang tangannya sibuk menyetir mobilnya menuju rumah.

"Tapi aku gak bawa alatnya. Gimana nih,  mana sakit sekali." Ringis Melisa memegangi gunung kembarnya yang telah bengkak dan terasa nyeri.

Rudy pun menghentikan mobilnya ditepi jalan yang cukup sepi, lalu ia turun dan membukakan pintu Melisa.

Sang isteri mudanya terheran dan menatap suaminya sesaat pintu dibukanya.

"Kenapa berhenti?" Tanya Melisa bingung.

"Pindah ke belakang!!" Titah sang ayah.

"Haah apa??" Ulang Melisa lagi.

Rudy pun yang tidak sa bar mena-rik pak sa Melisa untuk keluar, dan ia membukakan pintu dibelakang pengemudi.

Melisa masuk dan Rudy pun juga ikut masuk dan duduk disamping Melisa, tak lama pintu di tutup dan ia lock.

"Kenapa dikunci."

Rudy m3m buk4 dengan cepat ke me ja Melisa sehingga sebagian k4nc!ngny4 berhamburan jatuh dibawah mobil.

"Ayah....kenapa di buka?" Seru Melisa yang kini hanya terlihat memakai kaca matanya saja.

Namun bukannya menjawab Rudy berinisiatif juga m3mbuk4 ikatan depan br* Melisa. Tersembulah harta karun yang sudah lama tidak Rudy rasakan.

Kedua tangan Rudy memegangi masing-masing b3n d4 lunak itu dan m3nye-54pnya dengan ku-4t secara bergantian.

"Ekmhh" Lengkuh Melisa saat alat ucap Rudy m3ny3-d0t ku4t 4s!nya.

Ternyata Rudy sengaja ne-nen Melisa, supaya sang isteri tidak kesa-kitan, dan nyatanya rasa nyeri itu berangsur hilang.

Apa yang Rudy lakukan membuat Melisa merasakan sesuatu dalam tubuhnya, ia membiarkan Rudy menghabiskan 4sinya dengan tangan Melisa berpegangan kepada kepala Rudy yang sibuk disana.

Waktu 15 menit cukup membuat Rudy menghentikan kegiatannya, ia juga telah cukup banyak menghabiskan sumber makanan puteranya. Kedua wajah mereka saling berdekatan dan menatap satu sama lain.

Keduanya seakan dikejar waktu, sehingga nafas mereka terlihat memburu.

"Ayah kangen kamu Mel ......" Ucap Rudy jujur.

Melisa tak menjawab, hanya menatap mata teduh suaminya, ia sebenarnya juga merasakan kerinduan yang sama, namun Melisa tak mampu untuk menjawabnya.

Keduanya saling melepas rindu, dan mereka juga saling berp4-9ut4n melepas rasa yang terpendam selama beberapa hari ini.

Tiga puluh menit berlalu.

Melisa memakai pakaiannya kembali, walaupun itu sebagian kancing bajunya telah hilang. Rudy pun juga mulai melengkapi pakaiannya.

Keduanya sempat bermain sebentar karena kerinduannya, mereka bermain di dalam mobil. Namun rasanya begitu dahsyat sehingga rasanya Rudy ingin terus berada dalam apem milik Melisa terus.

Melisa kembali duduk disamping ayahnya, tak lama mobil melaju dengan santai. Hingga akhirnya Rudy menghentikan mobil itu disebut tempat makan kesukaan Melisa.

"Kenapa kesini? Gak langsung pulang rumah saja ya? Melisa takut Samudera nangis."

"Kamu tenang saja, dirumah anak kita dijaga sodara ibu kamu. Lagian kamu juga harus makan untuk bisa memproduksi 451 untuk anak kita." Jawab Rudy.

"Lagi pula tadi 4s! kamu kan ayah yang minum Mel." Lanjut Rudy lagi.

Pernyataan Rudy tadi mengingatkan Melisa akan keduanya tadi sempat bercocok tanam bersama suaminya, walau itu hanya sebentar.

Walau Rudy membajak lahan Melisa sebentar, namun itu cukup mengobati kerinduan Melisa akan s3n tuh4n Rudy.

Melisa tersipu, namun kemudian ia turun dan berjalan dengan bergandengan tangan dengan suaminya.

Rudy pun memilih tempat yang cukup nyaman dan dengan view pemandangan yang sangat indah.

"Kamu mau pesan apa Mel?" Tanya Rudy yang kini sibuk membaca menu makanan dan membolak-balikannya.

"Apa saja ayah."

"Baik biar ayah yang pesan ya?"

Melisa kembali mengangguk, dan Rudy langsung pesan makanan yang cukup banyak supaya 4s! yang Melisa keluarkan untuk puteranya banyak dan berkualitas.

Hanya 15 menit makanan pun datang, Melisa pun yang sudah lapar langsung menyantap sajian makan siangnya.

Rudy yang melihat Melisa kelaparan pun senang melihatnya, semenjak menyu$u! bayinya, Melisa selalu kelaparan.

Pria tua itu pun langsung mengeksekusi makanan yang berada di dalam piringnya, terlebih tadi ia menahan lapar karena terburu-buru ingin menjemput isterinya dari tempat kursusnya.

"Ayo kita pulang ayah, Mel udah kangen sama Samudera." Ajak Melisa saat ia telah menghabiskan porsi makanan di piringnya.

"Baik, ayo kita pulang sekarang."

Selama diperjalanan Melisa dan Rudy nampak kikuk, padahal tadi mereka sempat merenda kasih di dalam mobil dengan begitu bersemangat.

Sesampai dirumah Melisa langsung segera memasuki kamarnya untuk melihat puteranya, hanya terasa lega saat ia melihat puterinya berada dalam gendongan ibu angkatnya.

"Ibu, Samudera rewel tidak?" Tanya Melisa yang terlihat panik.

"Tidak sama sekali, malahan dia senang main sama ibu. Lagian 4s! kamu dikulkas kan masih Mel. Jangan cemas." Jawab Lusi yang sibuk menimang Samudera.

"Syukurlah kalo begitu." Jawab Melisa menarik nafasnya dengan lega.

"Kamu tadi pulang diantar siapa?" Tanya Lusi pasalnya ia sempat mendengar mobil memasuki halaman rumahnya.

"Tadi sama ayah, tapi sekarang udah balik ke kantor." Jawab Melisa.

"Oh begitu."

Lusi pun melirik pada kemeja Melisa yang beberapa kancingnya tidak utuh, ia sudah bisa menebak pasti pelakunya adalah suaminya.

Sudah pasti Rudy ingin meminta jatahnya pada Melisa, tak lama saat Samudera kembali tertidur, Lusi pun menaruh Samudera di box disamping kasur Melisa.

"Ayo kita keluar, jangan sampai Samudera terbangun."

"Baik Bu."

Lusi berjalan duluan dengan Melisa yang berada dibelakangnya. Lusi duduk di sofa dan menyuruh Melisa duduk disampingnya.

"Duduk Mel, ibu ingin bicara penting padamu." Ucap Lusi pada Melisa.

Melisa pun duduk disamping Lusi dengan menatap wajah ibu angkatnya.

Ada apa Bu?" Tanya Melisa.

"Ibu ingin bicara padamu, ini penting." Ucap Lusi.

"Tentang apa ya....??"

"Semuanya yang berkaitan dengan orang tua kamu. Dan inilah waktunya untuk kamu tahu semuanya." Ungkap Lusi yang tidak mau kejadian itu sembunyikan dari Melisa.

Dan Melisa pun berhak tahu, dan membuat keputusan untuk menuntut balas atau mencari jalannya sendiri.

"Melisa siap mendengarkan semuanya." Jawab Melisa mulai menarik nafasnya dalam-dalam

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!