Menyukai seseorang tanpa tahu balasannya?
tapi dapatku nikmati rasanya. Hanya meraba, lalu aku langsung menyimpulkan nya.
sepert itukah cara rasa bekerja?
ini tentang rasa yang aku sembunyikan namun tanpa sadar aku tampakkan.
ini tentang rasa yang kadang ingin aku tampakkan karena tidak tahan tapi selalu tercegat oleh ketidakmampuan mengungkapkan nya
ini tentang rasaku yang belum tentu rasanya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Asrar Atma, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bagi tugas
Pov Haneul Kamandaka
Daniza Haneul Kamandaka, begitu nama kami disebut sebagai pasangan kelompok dalam tugas biologi oleh guru didepan sana, sontak mataku dan Daniza bertemu dari tempat duduk kami masing-masing, namun itu hanya sebentar karena Daniza segera berpaling.
Setelah kelompok sudah dibagi yang terdiri dari satu perempuan dan satu laki-laki karena murid dalam ruangan ini pun pas sama jumlah antara laki-laki dan perempuan nya. Maka aku pun bergerak menghampiri Daniza yang kini sendirian dimeja nya dan terlihat sibuk dengan buku-buku.
"Daniza!" Panggil ku mencoba menarik perhatiannya, namun dia hanya berdehem tanpa melihatku, masih membolak- balik lembaran buku paket. " Boleh aku duduk, dikursi Winda?" tidak ada jawaban dan tanpa menunggu lagi aku langsung mendarat kan bokong ku dikursi itu.
"Aku sudah minta izin terlebih dahulu tadi pada Winda dan dia ngga mempermasalahkan nya" dia belum menengok padaku, aku menggeser kursi untuk lebih dekat .
"Daniza kamu lebih milih yang mana, nulis apa gambar? Kita bagi tugas buat kelompok ini "
"Nulis" dia menggeser buku paket lebih dekat padaku "Baiklah, kalo gitu kamu rangkum dulu" aku menunjuk tulisan hidung, faring, laring, trakea, bronkus, dan bronkiolus. "Baru kamu tulis, nanti aku yang gambar" aku membagi tugas kami sebagai kelompok yang mengerjakan tentang sistem pernapasan pada manusia.
Daniza menarik buku paket itu,"Mau aku bantu menulis nya, itu cukup banyak Daniza" dia menggeleng dan aku hanya bisa menatap Daniza, yang baru hari ini sekolah lagi setelah izin dua hari, menatap profil wajahnya yang kecil, dahi yang tertutup helai anak rambut, pipinya...aku ingin menggigit nya,dan bibir yang bungkam itu,apa rasanya?
"Kenapa, salah ?"Tanya ku ketika melihat Daniza menggeser dan memindahkan tiap buku, aku lantas memanggil Gato agar melempar tip-x ku diatas meja. "Sini, aku hapus" aku mengambil alih buku tulis itu dari Daniza setelah menangkap tip-x dan mencoret tulisannya yang keliru.
"Tulisan kamu ngga terbaca,Daniza " kataku sengaja mengejeknya dengan kata yang sedikit diperhalus hanya agar mendengar suaranya-menyangkal tidak terima.
Namun apa yang bisa aku harapkan dari perempuan bernama Daniza ini, dia menarik buku tulis itu ketika aku telah selesai. Aku terkekeh merasa lucu sekaligus frustasi akan tingkah nya, lalu aku mencoret punggung tangannya dan itu berhasil membuatnya menengok padaku dengan kilatan marah dimatanya.
Aku tidak mengatakan apapun, dia mengusap punggung tangannya berusaha menghapus jejak. Aku kembali mencoret nya lagi ditempat yang sama, melihat jejak itu memudar.
Daniza menarik tangannya menjauh dan menggeser kursinya. senyum miring terbit dari bibir ku, aku menggeser kursi ku juga mendekatinya lalu menggenggam telapak tangannya dengan sedikit memaksa, aku menarik tangan itu lebih dekat karena dia memberontak tanpa bersuara.
Aku lantas membuat coretan lebih banyak lagi dipunggung dan telapak tangannya, "Haneul!" aku mengangkat alis, melihat Daniza yang terlihat marah.
Kami saling tarik menarik dengan tangannya-Daniza. Sampai aku akhirnya berhenti karena dia mencubit lenganku, tidak hanya itu Daniza juga membalas mencoret telapak tangan ku dengan pola memanjang mencapai siku. Daniza masih tampak kesal sepertinya karena giginya nampak bergemeletuk, namun dia memilih menahan amarahnya dibandingkan meluapkan semua dengan berkutat kembali dengan tugas.
Aku terkekeh kecil merasa cukup namun belum puas, aku melihat sekelilingku yang sibuk dengan dunianya masing-masing, guru Biologi juga belum kembali setelah keluar, aku menoleh ke belakang sekali, ternyata orang-orang juga membelakangi kursi ini.
Tanganku pun bergerak dengan sengaja menjatuhkan buku-buku Daniza, dan dia pun menengok padaku seraya berdecak kesal. Daniza menunduk mengambil bukunya dibawah, dan saat dia hendak bangkit, aku ikut menunduk lalu menggigit pipinya.
Daniza memekik sebentar namun suaranya terendam oleh bising nya kelas. Aku bangkit dan duduk dengan rapi dikursi ku sambil membuka lembaran buku paket, seolah tidak terjadi apapun. Sementara ketika aku melirik pada Daniza, dia menatapku dengan mata berkaca-kaca seraya memegang pipinya yang meninggalkan bekas gigi ku.
"Kenapa kamu menggigit ku?"
"Aku hanya bertindak seperti yang kamu katakan saat di UKS" Daniza mengeryit, "Kamu lupa? Pernah bilang, seseorang yang membalas perbuatan orang lain itu ngga sopan dan kurang ajar dan pantas dihajar sampai babak belur dan aku sedang melakukannya tadi, menghukum mu yang membalas perbuatan ku" dan itu belum cukup Daniza, kamu perlu digiring ke suatu tempat untuk melakukan sesuatu yang menyenangkan yang membuat puas.
Kening Daniza berkerut dalam, "Kapan aku-" dia terdiam dan detik berikutnya wajahnya nampak terkesiap. "Kamu salah paham, maksud ku bukan begitu"
"Jadi...bagaimana maksud mu"
"Maksudku itu karena kamu mau menyentuh...menyentuh itu. Itulah yang ku maksud kurang ajar dan harus dihukum, bukan membalas perbuatan seseorang "
"Baiklah berarti aku yang salah, kalo begitu kamu boleh mengigit pipi ku" dia menggeleng, aku memajukan pipiku lebih dekat padanya hingga napas nya terasa hangat dileher ku.
"Tunggu apalagi, aku akan menahan rasa sakitnya" Daniza mendorong wajah ku menjauh, dan aku terkekeh.
"Kamu ngga mau? Lalu bagaimana aku menebus kesalahan ku "
"Ngga usah, lupakan saja" dia berpaling, menghadap kembali pada buku-buku yang berserakan dimeja.
"Seperti benda merah muda yang melayang itu?" Daniza menengok kepada ku dengan wajahnya yang merah, matanya melotot.
"Kenapa kamu membahas nya, aku kan sudah bilang itu bukan punya ku. Jangan bahas lagi, itu ngga sopan"
"Benarkah, bukan milikmu? Bagaimana kamu bisa membuktikan nya" aku menahan keras mataku agar tidak melihat pada dadanya dalam pembicaraan ini agar dia tidak perlu merasa takut padaku.
Matanya berkeliaran ke sekeliling, "kamu juga ngga bisa asal menuduh sembarangan, dirumah bukan hanya aku saja yang perempuan." dia kembali lagi pada buku tulis nya.
"Baiklah, aku mengerti. Jadi wajah kamu jangan se-merah itu." Daniza menyentuh pipinya, "itu karena kamu menggigit pipi ku" ternyata Daniza juga bisa diajak mengobrol sepanjang dan seseru ini, dan dia juga pintar mengelak .
"Kita bagi dua saja menulis nya "aku mengangguk dengan bibir yang masih menahan senyum. Saling menggeser buku paket sampai menjadi adil, dan aku mendekatkan lagi kursi ku. Aku memandang pipinya yang berbekas merah, dan merasa puas dengan jejak yang ku buat.
"Setelah aku selesai, baru kamu yang melanjutkan untuk menulisnya" memandang bagaimana bibir itu bergerak membagi tugas, aku ingin mendaratkan bibir ku juga disana, mungkin dengan alasan untuk meneliti apa saja yang ada dimulut manusia. Dan tangannya yang kecil itu, akan ku ijinkan untuk bergelayut dileher ku. Kami bisa lakukan hal yang lebih juga diatas meja ini atau sambil duduk dikursi ini.
Aku berdecak, merasa gila dengan fantasi liar ku. "Bukan apa-apa " lebih gila lagi suara ku berubah parau, saat menjelaskan padanya yang menengok padaku.
aaaaaaa aku tak sanggup menungguuuu