Setelah pesta ulang tahunnya semalam, dia terbangun di atas ranjang kamar hotel tempatnya bekerja, dalam keadaan berantakan dan juga sendirian. Masih dalam keadaan bingung, dia menemukan bercak merah di bawah tubuhnya yang menempel di alas kasur. Menyadari bahwa dirinya telah ternoda tanpa tahu siapa pelakunya, diapun mulai menyelidiki diam-diam dan merahasiakan semuanya dari teman-temannya.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Beby_Rexy, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Profesi Tisya
“T-tuan Arion?!” Ranti sungguh syok ketika mendapati kemunculan Arion yang tiba-tiba seperti itu.
Ketika hendak melanjutkan pertanyaannya, terdengar suara klakson kendaraan di belakang mobil Ranti, ternyata sudah lampu hijau, Ranti menginjak pedal gas dan melaju pelan ke depan.
Dari arah puluhan meter di belakang mereka, ada seseorang yang berdiri di trotoar, memandang kepergian mereka dengan kilatan amarah di matanya.
"Tuan!"
"Hm," sahut Arion santai. Ketika Ranti meliriknya ternyata lelaki itu sedang bersandar sambil terpejam.
Ranti kembali melihat ke jalan depannya.
"Tuan kenapa bisa masuk ke mobilku? Mobil Anda mana? Sopir pribadi Anda lagi nggak masuk kerja?" tanya Ranti, sedikit menyindir karena Arion selalu ke mana-mana di temani sopirnya.
Arion yang paham arah bicara Ranti langsung menjawab, "Ini mobil perusahaan, artinya ini mobilku, bukan milikmu. Dan asal kamu tahu, hampir setiap hari aku menyetir mobilku sendiri," jawabnya, dia juga menengok ke arah Ranti.
Apa yang dikatakan oleh Arion memang tidak salah, mobil itu memang fasilitas dari hotel. Ranti jadi canggung, hingga beberapa kali mengerjapkan kedua mata indahnya.
Melihat reaksi malu Ranti itu, Arion tersenyum miring. Tanpa sadar dia semakin lama menatap Ranti, bahkan mata nakalnya mulai turun ke bawah.
Merasa dirinya diperhatikan, Ranti pun membalas tatapan Arion dengan wajah kesal.
"Apa ada pemandangan bagus, Tuan?!" Lagi-lagi Ranti menyindir.
Arion pun terkekeh, membuat Ranti jadi bergidik, lalu bergumam di dalam hati, "Ada apa sih, sama orang ini? Tiap lihat dia ketawa gitu kenapa rasanya aneh?"
Jujur saja, sosok Arion yang jarang berbicara dengan karyawannya itu selalu menunjukkan kesan dinginnya. Namun, sejak dua hari lalu, Ranti jadi sering melihatnya tersenyum dan tertawa.
"Ganteng sih, kalau dia ketawa, tapi kok kayak nggak biasa aja," batin Ranti.
Seperti bisa membaca pikiran gadis di sebelahnya itu, tiba-tiba Arion segera menegurnya, "Jangan terlalu banyak bicara sendiri, fokus saja ke depan, kalau mobil ini tabrakan dan terjadi sesuatu padaku, aku pasti akan menuntut ganti rugi."
"Astaga, dasar orang aneh."
Meski beberapa kali merutuki Arion di dalam hatinya, Ranti mencoba sabar. Namun, tiba-tiba teringat pada sosok tunangan Arion, Sofia.
"Kira-kira, Nona Sofia betah nggak ya sama manusia kayak orang ini?"
Lalu ketika dia ingat lagi pada sikap sinis Sofia padanya pada saat dirinya sedang memerankan menjadi kekasih Arion waktu itu, Ranti merasa kalau dua manusia itu sepertinya memiliki kecocokan.
"Sama-sama arogan," batin Ranti.
Beberapa menit kemudian mobil tiba di halaman drop out Hotel Phoenix, seorang pelayan parkir langsung bergerak membuka pintu untuk Ranti. Akan tetapi ketika pintu sudah terbuka dan pelayan parkir itu menyadari keberadaan Arion di kursi penumpang, dengan tampang kaget dia lantas menutup kembali pintu mobil Ranti lalu bergegas mengitari mobil itu, berniat untuk membuka bagian pintu Arion.
Ranti pun menjadi heran, tetapi tidak mempermasalahkannya. Namun, sebelum pelayan itu sampai, Arion sudah membuka duluan, dan sebelum keluar dia berpesan pada Ranti, "kontrak kerja sama kita masih belum berakhir, ingat baik-baik, pukul tiga nanti ikut aku ke perusahaan Daddy-ku. Peranmu masih sama, jadi kekasihku."
Arion menegaskan ucapan terakhirnya.
Apa?
"Tunggu dulu!" Ranti baru saja ingin menolaknya, tetapi Arion sudah benar-benar keluar dari mobilnya.
Dari kaca jendela, Ranti memperhatikan punggung lebar Arion hingga sosoknya menghilang di balik pintu hotel.
"Kontrak apa yang dia maksud?" tanya Ranti, karena seingatnya mereka tidak pernah membuat kontrak perjanjian kecuali hanya tugas lembur di malam itu. Di tengah kebingungan itu, Ranti buru-buru keluar setelah menyadari kalau jam 10 hanya kurang dari dua menit lagi.
Sambil melangkah cepat, Ranti terus mengomel. "Ini gara-gara dia, aku jadi hampir telat."
Di saat tangan Ranti meletakkan jari pada sensor mesin absensi, tanpa sengaja sebuah tangan besar juga bergerak ke arah yang sama. Alhasil tangan mereka jadi bertabrakan.
"Eh, aku duluan!" ujar Ranti. Merebut posisi pertama dan berhasil menempelkan sidik jarinya.
"Astaga cepetan!" sahut suara bariton di sebelahnya.
Ranti yang sangat hapal dengan pemilik suara itu langsung melirik, benar saja itu adalah Rico.
Untuk sejenak Ranti terdiam, seolah kemunculan Rico memancing kembali suasana hatinya yang buruk.
Apalagi saat melihat Rico yang tersenyum manis kepadanya, Ranti jadi sakit kepalanya.
"Ranti!"
Seseorang menyeru nama Ranti dari kejauhan, ketika Ranti menengok, tampak Tisya yang berjalan mendekati mereka. Gadis itu tersenyum seperti biasanya, tetapi Ranti kesulitan menarik bibirnya.
"Pagi, Kak Rico," sapa Tisya. Rico membalas, "Pagi juga, cantik."
Tisya tersenyum malu, kemudian berkata lagi, "Euh, Kak, kata Daddy nanti siang aku sama Kakak di suruh ke perusahaan."
Rico menganggukkan kepalanya, menjawab, "Iya, Paman sudah bilang kemarin, kamu sudah belikan kado buat Paman?"
Dengan manja, Tisya menjawab, "Sudah, sih. Tapi ada banyak pilihan, nanti Kakak bantu aku pilihin, ya!"
"Oke!" Rico mencubit gemas hidung mancung Tisya. Jangan tanya bagaimana reaksi Tisya, tentu dia langsung bersemu.
Ranti hanya diam saja memperhatikan keduanya, sikap Rico pada Tisya memang selalu seperti itu sejak awal dia kenal. Seperti sikap seorang kakak yang begitu menyayangi adiknya. Namun, terkadang Ranti memandang sikap Rico acap kali seperti memberi harapan. Pantas saja Tisya berharap lebih.
Setelah itu Rico pergi duluan menuju lift dengan langkah lebarnya. Baru kemudian Tisya mulai menginterogasi Ranti.
"Ran, kenapa tadi malam kamu susah di hubungi?"
Dengan wajah bersalah, Ranti menjawab, "Sorry, Sya. Handphone aku habis batre, pas nyampe rumah aku udah ngantuk banget. Ini aja baru nyalain lagi handphone aku pas di dalam mobil barusan, hehe."
Tisya memajukan bibirnya, lalu bertanya mengenai Rico dan Nita.
Ranti menjawab, "Tenang, mereka memang kayak temenan biasa aja, kok. Aku nggak lihat ada yang aneh-aneh."
Ranti ingin sekali menceritakan pada Tisya, bahwa Rico sudah pernah tidur dengan seseorang di hotel. Namun, bagaimana jika benar bahwa gadis yang ditiduri oleh Rico adalah dirinya?
"Beneran? Abis dari taman itu mereka pergi lagi, nggak?" tanya Tisya lagi.
Nah, kalau di bagian sampai sana tentu Ranti tidak tahu. Sebab ketika telinganya mendengar sesuatu yang mengejutkan kala itu, Ranti tak bisa menahan diri untuk pergi.
Jadi sebaiknya Ranti jujur saja. "Aku nggak tahu abis itu mereka pergi ke mana lagi, Sya. Kan kamu cuma minta aku lihat apa benar Kak Rico lagi ketemuan sama Nita? Jadi abis lihat mereka, aku langsung pulang aja."
Tisya menghela napas panjang. "Iya juga, sih," ujarnya.
Setelah keduanya masuk ke dalam lift, Ranti tak tahan untuk menanyakan sesuatu. "Sya, kalau misal nih, Kak Rico itu sudah nggak perjaka, kamu masih mau sama dia?"
Ternyata hal yang mengejutkan bagi Ranti keluar dari mulut Tisya. Sambil mengendikkan kedua bahu, Tisya menjawab, "Memang apa masalahnya? Dosa dia tanggung sendiri. Asal bukan aku yang dia tiduri sebelum dia nikahi."
Rupanya pola pikir Tisya juga tak jauh berbeda dengan Ranti. Hanya saja, ini bukan masalah pola pikir, tetapi soal hubungan pertemanan mereka nantinya.
“Lagian ya, Ran. Zaman sekarang ini, laki-laki mana sih yang masih perjaka?” ujar Tisya. “Mereka nggak kelihatan, nggak kayak kita,” sambungnya.
Benar, Ranti mengiyakan dengan menganggukkan kepala. “Tapi mereka pada nuntut kita masih suci, nggak adil,” pikir Ranti.
Diam-diam Ranti menghela napas panjang. “Kalau memang orang itu Kak Rico, demi Tisya aku akan simpan rahasia ini sendiri. Semoga kelak aku bisa ketemu jodoh yang mau nerima aku yang sudah begini.”
Suara dentingan pintu lift terdengar, Ranti dan Tisya mulai menjalankan aktivitas mereka masing-masing.
Sebagai seorang Dokter Ahli Nutrisi yang di perkerjakan oleh Hotel Phoenix, jobdesk Tisya tidak begitu rumit. Dia juga hanya bekerja selama enam jam saja, dan boleh pulang atau tetap berada di hotel jika dia ingin. Awalnya, Tisya yang lulusan universitas luar negeri itu telah menerima banyak tawaran pekerjaan di negara tempatnya menempuh pendidikan, tetapi demi mendekati Rico, dia rela melamar pekerjaan pada kakaknya sendiri.
Dulu Hotel Phoenix tidak menggunakan jasa ahli nutrisi, akan tetapi berdasarkan kecerdasan dan wawasan luas dari Tisya, dia pun membuat presentasi yang cukup menarik. Walaupun pemilik hotel adalah kakaknya sendiri, Tisya tetap tidak ingin di anggap aji mumpung, dia tahu bagaimana profesionalnya Arion. Sehingga dengan ulet dia berkeliling hotel mewah di Amerika, untuk mencari ulasan mengenai menu makanan yang terkadang menimbulkan alergi pada tamu-tamu penting yang mempunyai riwayat alergi pada jenis makanan tertentu. Dari situ dia menyimpulkan bahwa keberadaan seorang ahli nutrisi sangat lah dibutuhkan oleh sebuah hotel
Akhirnya Arion menerima Tisya bekerja dengannya, dan dengan keberadaan Tisya yang berkolaborasi bersama Ranti, kemajuan hotel dari segi menunya tak bisa dianggap remeh. Hanya saja, posisi Tisya harus di sembunyikan dari orang luar, sebab jika pesaing bisnis tahu maka mereka juga pasti akan meniru dan mencari dokter-dokter ahli nutrisi di luar sana untuk bekerja di hotel mereka.
Bisa dikatakan, Tisya adalah strategi bisnis rahasia yang harus disembunyikan dari dunia luar.
huh emang plot twist
jika sekeluarga demanding harta dan martabat
sampai harus merekrut semua Teman
😃😃 semangaat bang Arion semoga ranti cepet jinak
sampai kapan
/Determined/
semangat ranti
pasti ada Alasan dibalik semua itu,, hemm
mungkkn Arion Akan terus memintamu sebagai kekasih sungguhan
kenapa gak di iklanin aja di novel sebelah yg sudah banyak pengikutnya
Kan Makin seruu ni
sebentar lgi pasti tau siapa pelakunya
semangaat Ranti
alur cerita yg bagus
berarti pelakunya adalah Arion fix
berarti anak genderuwo/Facepalm//Facepalm//Facepalm/
Jadi bener Arion yg bermalam sama Ranti, pasti manusia kutub itu tersinggung sebab dikatai Gay,
makanya dia langsung membuktikan pada ranti klo dia bukan Gay/Joyful//Joyful/
gak bilang juga binging, semanga Ranti semoga segera hamil agar tau siapa pelakunya