NovelToon NovelToon
CINTA ANTARA DUA AGAMA

CINTA ANTARA DUA AGAMA

Status: sedang berlangsung
Genre:Diam-Diam Cinta
Popularitas:364
Nilai: 5
Nama Author: MUTMAINNAH Innah

Kamu anak tuhan dan aku hamba Allah. Bagaimana mungkin aku menjadi makmum dari seseorang yang tidak sujud pada tuhanku? Tetapi, jika memang kita tidak berjodoh, kenapa dengan rasa ini...

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon MUTMAINNAH Innah, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

episode 5

Suasana pun jadi hening. Aku bingung akan bertanya apa lagi. Sepertinya dia juga begitu. Dia lalu memandangiku lagi dan kami serentak tertawa. Barangkali dia juga sedang mengusir rasa grogi, sama sepertiku.

"Aku grogi," ucapnya kemudian sambil membasahi bibir merahnya yang sedang tersenyum.

"Kenapa?" Aku malah melontarkan pertanyaan bodoh. Jelas-jelas aku sendiri juga merasakan itu.

"Entahlah," sahutnya sambil membuang muka.

Barangkali dia sedang berusaha membunuh groginya, sama sepertiku.

"Kamu ngapain di sini? Sendiri saja?" tanyanya sesaat kemudian.

"Iya, sendiri. Hanya mencari angin saja. Aku memang sering ke sini," jawabku sambil menatap ombak di depan sana.

"Selalu sendiri?" tanyanya lagi sambil menatap ke arahku. Namun aku tetap pada pandanganku sebelumnya. Entah kenapa, menatapnya membuatku grogi setengah mati."Iya, aku sering menulis di sini. Jadi harus sendiri, biar fokus."

"Wah, pantas kata-katanya begitu dalam. Tempat seindah ini yang jadi saksinya," pujinya. Aku hanya tersenyum.

"Jasson!" panggil seorang wanita dengan nada yang kurang enak. Suara itu berasal dari arah samping, aku dan Jasson serentak menolek ke arah sumber suara.

"Kakak? Kenapa ke sini?" tanyanya kaget.

"Kamu kenapa ke sini? Siapa dia?"

tanyanya sambil menatapku dan Jasson dengan pandangan tidak senang.

"Dia temanku, penulis buku Serpihan Hati yang sering kubaca. Bahkan yang kubaca berulang kali. Aku sudah lama mengagumi penulisnya, dan akhirnya aku menemukannya."

"Bukan pacarmu 'kan?" selidiknya dengan tatapan tidak suka ke arahku.

"Mana mungkin dia mau denganku, Kak. Kakak yang benar saja, jangan membuatku malu. Aku hanya pembaca karyanya saja. Karena bukunya belum terbit, maka aku meminjam buku miliknya," papar Jasson dengan tenang. Sesekali dia melihat ke arahku.

"Belum terbit tetapi sudah ada bukunya?"

tanya kakaknya lagi.

"Maaf, Kak. Kebetulan percetakannya milik ayah saya sendiri. Dan saya sering bantu-bantu di sana jika libur kuliah. Dan buku ini, saya sendiri yang mencetaknya. Memang hanya satu saja, karena masih ada yang perlu di revisi." Aku terpaksa ikut dalam obrolan yang panas itu. Sebisa mungkin aku masih mempertahankan etika yang selalu di ajarkan oleh umi dan abi.

Kakaknya terdiam sambil memperhatikan penampilanku. Sepertinya dari sanalah ketidaksukaannya itu berasal. Karena gelagatnya, aku pun jadi memperhatikan penampilan wanita berkulit putih dan berambut kuning sebahu ini. Di dadanya kulihat liontin salib dari rantai kalung yang sama dengan yang di pakai Jasson. Sontak, aku langsung melihat kalung Jasson yang lagi-lagi dimasukkan ke dalam bajunya. Sehingga aku nggak bisa melihat apakah dia juga memakai kalung dengan liontin yang sama? Atau hanya talinya saja yang sama?

"Kak, ayo pulang!" Jasson sedikit membentak kakaknya. "Nay, maaf ya kalau kamu jadi nggak nyaman. Nggak seharusnya kamu mengalami ini," sambungnya lagi.

Aku hanya mengangguk dan terdiam dengan tatapan kosong. Aku meraba-raba kursi dengan tatapan yang masih sama hingga mendudukinya. Satu-satunya hal yang harus kulakukan adalah menjauh darinya. Itu saja. Nggak ada yang perlu kulakukan lagi selain itu. Dari awal aku sudah berkali-kali mengatakan ini. Tetapi, kenapa begitu sulit melakukannya?Aku masih terpaku dalam lamunanku.

Kejadian tadi seolah mengisyaratkan bahwa memang hubungan spesial antara aku dan Jasson nggak akan mungkin terjadi. Dalam kesunyian, terdengar nada panggilan masuk di gawaiku. Ku angkat telepon yang entah dari siapa itu dengan lesu.

"Assalamualaikum," sapaku.

["Selamat malam, maaf mengganggu waktunya," ucap perempuan itu tanpa menjawab salamku.

"Siapa, ya?" tanyaku sambil memperbaiki posisi duduk.

["Kakaknya Jasson,"] jawabnya singkat.

Darahku berdesir. Mau apa lagi orang ini?

"Ada apa ya, Kak?" tanyaku sambil menenangkan diri.

["Maaf jika lancang mengambil nomor HP kamu dari ponsel adikku. Tetapi ini penting, mungkin kamu memang tidak ada hubungan apa-apa dengannya. Tetapi sepertinya adikku memendam rasa sama kamu, sejak kejadian di pantai tadi, dia hanya bermenung,"] paparnya.

Benarkah? Dia juga melamun sama sepertiku? Dan apa iya, dia punya rasa juga padaku sama seperti perasaanku padanya?

"Lalu?" tanyaku singkat karena aku bingung bagaimana cara meresponnya.

["Mohon sekali, tolong jauhi dia. Bantu aku agar dia melupakanmu dengan cara jangan meresponnya lagi. Kita nggak seiaman.

Jadi, mohon kerja samanya."]

Jantungku terasa lebih cepat memompa dari yang seharusnya. Ada rasa sesak menjalar ke permukaan rongga dada. Seperti ada yang sedang mematahkan hati ini tetapi kenapa? Kenapa sesakit ini? Bulir-bulir bening langsung merembes dari sudut mata.

"Dia mengatakan padaku jika dia muslim. Maaf," ucapku hati-hati sambil menyeka air mata yang turun begitu saja. Sebisa mungkin kuusahakan agar dia nggak tahu jika aku sedang sedih. Kusembunyikan juga rasa kecewa ini sekuat yang kubisa.

["Apa? Berani sekali dia!"] bentaknya.

["Jika kamu tidak percaya, nanti kukirimkan alamat gereja yang ada di dekat rumahku. Datanglah ke sana besok pukul sembilan dan lihat dia beribadah di sana."]

1
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!