Tak pernah terpikirkan bagi Owen jika dirinya akan menikah dengan selebgram bar-bar semacam Tessa. Bahkan di sini dialah yang memaksa Tessa agar mau menikahinya. Semua ia lakukan hanya agar Tessa membatalkan niatnya untuk menggugurkan kandungannya.
Setelah keduanya menikah, Tessa akhirnya melahirkan seorang putri yang mereka beri nama Ayasya. Kehadiran Ayasya, perlahan-lahan menghilangkan percekcokan yang awalnya sering terjadi di antara Tessa dan Owen. Kemudian menumbuhkan benih-benih cinta di antara keduanya.
Empat tahun telah berlalu, satu rahasia besar akhirnya terungkap. Seorang pria tiba-tiba datang dan mengaku sebagai ayah biologis Ayasya.
Bagaimana kelanjutan rumah tangga Owen dan Tessa?
Apakah Ayasya akan lebih memilih pria yang mengaku sebagai ayah biologisnya dibanding Owen, ayah yang merawatnya selama ini?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon ShasaVinta, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 32. Kerja sama
“Bisakah kau menjelaskan padaku, sedekat apa kamu dengan wanita itu? Kamu sadarkan dengan statusmu sebagai seorang suami dan seorang ayah?!”
Wanita itu? Tanya Owen dalam hati.
Nawra! Pasti dia adalah wanita yang dimaksud oleh Mami, batin Owen.
Dengan mudah Owen bisa menebak siapa wanita yang sedang dibicarakan oleh Ibu mertuanya. Selain terkejut dengan pembahasan yang tiba-tiba seperti ini, ada kekecewaan yang dirasakannya.
Owen menarik napas panjang, meredakan sesak yang terasa di dadanya. Apa yang diinginkan Ibunya? Itulah yang menjadi pertanyaan yang coba Owen jawab tiap kali Ibunya bersikap seperti ini.
Owen tak habis pikir, sejak kedatangannya … Ibunya terus saja memojokkan istrinya. Kehadiran Nawra membuat suasana kacau menjadi semakin runyam. L
Setelah Ibunya lagi-lagi membuat istrinya salah paham mengenai hubungannya bersama Nawra di masa lalu.
Lantas mengapa, Ibunya juga membuat mertuanya turut salah paham. Tidakkah Ibunya menyadari, jika apa yang dilakukannya semakin menambah beban pikiran Owen.
Rasa-rasanya seiring waktu berlalu, Owen semakin tak mengenal Ibunya. Semuanya berawal ketika Ayahnya memilih meninggalkan keluarga mereka. Saat itu perubahan pada sikap Ibunya pun bisa dimengerti oleh Owen.
Owen juga paham jika luka hati tak akan sembuh begitu saja. Bahkan mungkin butuh waktu cukup lama untuk menghilangkan sakit yang tertoreh. Namun sampai kapan? Tidakkah Ibunya ingin agar apa yang terjadi padanya dulu, jangan sampai terulang kembali? Pikir Owen.
Owen tersentak saat tiba-tiba merasakan tangannya digenggam. Tak bisa ia menahan senyumnya saat melihat istrinya kini duduk di sisinya.
“Mi … kalaupun ada yang perlu Bang Owen jelaskan, semuanya sudah dia jelaskan padaku,” tutur Tessa.
“Apa yang Mami pikirkan itu semuanya tak benar,” imbuhnya.
“Aku tahu Mami mengkhawatirkan aku, tapi kumohon … percayalah pada Bang Owen seperti aku percaya padanya.” Genggaman tangan Tessa semakin erat. Begitu juga Owen yang membalas menggenggam erat tangan Tessa, hingga jemari mereka saling bertautan.
“Mi … aku mohon maaf jika perkataan Ibuku telah menimbulkan kesalahpahaman seperti ini,” ucap Owen.
“Aku akan berusaha agar hal seperti ini tak terjadi lagi,” imbuhnya.
Owen menatap lekat wajah Ibu mertuanya. Raut wajahnya masih menyiratkan kekecewaan dan kecemasan.
“Jika wanita yang Mami bicarakan adalah Nawra, maka ini murni hanya kesalahpahaman,” ucap Owen.
Ia harus menjelaskan pada Mami Fhanie, pikirnya. Jika tidak, maka kekhawatiran Ibu mertuanya itu tak akan mereda.
“Aku dan Nawra memang berteman saat masih sekolah. Tetapi setelah kelulusan SMA, kami berdua tak pernah bertemu lagi,” aku Owen.
Owen melirik pada istrinya, ia tahu jika Tessa sedang memaksakan senyumnya.
“Beberapa hari yang lalu, tak sengaja kami bertemu dengan Nawra. Saat itu dia baru saja pindah ke kompleks perumahan yang sama dengan kami,” ujar Owen.
“Pada intinya, faktanya jika Nawra adalah tetangga baru kami. Dan dia juga adalah temanku di sekolah dulu. Pertemuan kami sungguh tak pernah kuduga,” lanjutnya.
“Perihal teman dekat yang Ibuku katakan, mungkin beliau mengatakannya karena tahu saat masih sekolah dulu aku dan beberapa teman yang lain sering berkumpul bersama. Dan Nawra adalah salah satu dari kami,” ungkap Owen.
Mengikuti permintaan putrinya, Mamie Fhanie akhirnya memutuskan untuk percaya pada apa yang dikatakan menantunya. Rasanya ia tak perlu khawatir, jika membahas sikap tanggung jawab, Owen telah membuktikan hal itu, pikir Mami Fhanie.
Meski begitu di dalam hati kecilnya, seperti masih ada yang mengganjal. Bu Damira dan wanita bernama Nawra itu, mengapa terasa seperti ancaman bagi putrinya.
“Owen, kamu tahu kan aku tak pernah meragukanmu? Meski harus berjauhan dari Tessa, jujur saja aku dan Papi tak pernah merasa khawatir. Kami tahu, kamu akan menepati janjimu pada kami,” ungkap Mami Fhanie.
“Sebagai orang tua yang telah lebih dulu merasakan pahit manisnya berumah tangga, aku ingin memeberikan nasihat pada kalian berdua,” lanjutnya.
“Jangan sampai, niat untuk menjalin silahturahmi dengan teman wanita atau pria, malah akan merusak hubungan kalian berdua. Ingatlah satu hal Owen, Tessa, kalian harus menjadikan pasangan sebagai perioritas utama.”
Tessa dan Owen mengangguk bersamaan. Ucapan Mami Fhanie, semuanya benar. Baik Tessa maupun Owen menyadari, jika keduanya masih sulit untuk berkomunikasi. Keduanya masih sulit untuk menyampaikan apa isi hati masing-masing, hingga akhirnya akan berujung pada kesalah pahaman.
“Baik Mi, aku dan Tessa akan terus mengingat nasihan Mami. Tolong doakan kami, agar rumah tangga kami akan terus harmonis seperti Mami dan Papi,” ucap Owen.
“Iya kan, Bun?” Owen meminta pendapat Tessa.
“I-iya, Bang.” Jawab Tessa singkat.
Pembahasan yang cukup berat pun akhirnya usai. Owen semakin mengagumi sosok Ayah mertuanya. Sejak awal pembahasan ini dimulai, pria itu tak berkomentar sedikit pun.
Papi Stephen seakan tahu jika saat ini belum saatnya dia untuk turun tangan langsung. Beliau membantu dengan menjaga Ayasya selama Tessa dan Owen berbicara dengan Mami Fhanie.
Hingga tepat pada pukul delapan malam, beberapa menu makanan yang telah dipesan oleh Owen melalui aplikasi online pun akhirnya tiba. Ayasya sendiri belum juga terlelap. Balita itu masih betah berada digendongan Opanya.
Dua pasangan berbeda generasi itu makan malam dengan lahap dan tenang. Papi Stephen menolak saat Owen ingin mengambil putrinya dari pangkuannya.
“Biarkan seperti ini, jarang-jarang aku bisa seperti ini,” tolak Papi Stephen.
Makan malam berlangsung hampir satu jam. Tak lama setelah mereka selesai makan malam Ayasya akhirnya tertidur.
Kedua orang tua Tessa pun pamit undur diri. “Kami akan pulang dulu untuk istirahat,” ucap Mami Fhanie berpamitan.
“Istirahatlah di rumah kami, Pi … Mi …” tawar Owen.
“Terima kasih, Nak. Tapi sebelum ke mari sekertarisku telah mengatur semuanya. Termasuk di mana kami akan tinggal selama berada di sini,” tolak Papi Stephen.
“Baiklah, aku tak akan memaksa. Namun kumohon jangan menolak untuk kuantar ke hotel!” Putus Owen. Kedua orang tua Tessa tak bisa lagi menolak.
Sementara Owen mengantar kedua mertuanya menuju hotel yang lokasinya tak jauh dari rumah sakit, Tessa yang kini hanya seorang diri kembali merenungi ucapan Maminya.
“Sebenarnya apa yang kutakutkan?” Gumam Tessa, bertanya pada dirinya sendiri.
Fakta jika wanita yang dulu pernah mengisi hati Owen kini kembali, seharusnya tak akan jadi masalah. Yang perlu dilakukan oleh Tessa maupun Owen adalah sepakat dan bekerja sama untuk tak memberi celah sekecil apa pun pada Nawra.
Setelah memikirkan banyak hal, Tessa tak sabar menanti Owen kembali. Mereka harus bicara malam ini juga, pikir Tessa.
Malam ini, ia harus mendapatkan jawaban dari suaminya. Apakah suaminya itu akan berdiri bersamanya dan menjaga benteng pertananan rumah tangganya? Tessa tak sabar untuk menanyakan hal itu pada Owen.
Maka saat terdengar suara derit pintu yang dibuka disusul muncul sosok yang ia nantikan, Tessa begitu bersemangat menghampiri Owen.
“Bang, kemarilah! Aku ingin bicara,” pinta Tessa.
“Ada apa?” Owen menatap heran pada istrinya yang tampak sangat serius.
“Bang, mengapa kamu tak berkata jujur padaku?!” tanyanya.
...—————————...
nawra wanita licik, ben..
wah alfio serius kamu suka ama qanita aunty dari putri mu, takdir cinta seseorang ga ada yang tau sih ya.
kak shasa setelah ini kasih bonchap kak pengen tau momen tessa melahirkan anak kedua nya, pengen tau raut bahagia dari owen, aya dan semua menyambut kelahiran adik nya aya...