Andrew tidak pernah menyangka jika dia akan jatuh cinta pada anak angkatnya sendiri, namun cinta itu membuat tabir masa lalu perlahan terkuak.
Siapa Ayara? dan bisakah mereka bersama?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Lunoxs, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 31 - Masih Ingat Dengan Jelas
Sore hari di rumah Andrew.
Bibi Esme datang ke rumah ini. Guratan usia tua tergambar jelas di wajah wanita paruh baya itu. Tubuhnya pun jadi lebih kurus.
Bibi Esme bahkan tidak memperdulikan rumah yang terlihat megah ini, dia hanya ingin bertemu dengan Ayara. Sejak tadi wajah bibi Esme selalu terlihat cemas. Berulang kali dia meremat kedua tangannya sendiri. Selalu berdoa di dalam hati bahwa ini adalah nyata, bukan hanya mimpi yang semu.
Besar harapannya bahwa seseorang yang akan dia temui adalah Ayara Pearce, bukan orang lain.
Dengan langkah tidak tenangnya bibi Esme masuk ke dalam rumah, menemui Ayara yang sudah menunggunya di ruang tengah.
Deg!
Sepersekian detik waktu seolah berhenti bagi bibi Esme dan Ayara.
Mendengar langkah kaki mendekat, Ayara bangkit dan kini bersitatap dengan wanita paruh baya itu.
"Bi," panggil Ayara dengan suaranya yang bergetar.
Bibi Esme mematung, hanya air mata yang jatuh.
Nyonya Florin. batinnya.
"Bibi Esme," panggil Ayara sekali lagi, dan saat itu dia pun berlari untuk memeluk sang pelayan.
"Ya Tuhan." bibi Esme membalas pelukan itu dengan derai air mata yang mengalir deras.
"Nona Muda Ayara," panggilnya diantara suara yang tercekat dan dadda sesak.
"Ya Tuhan."
"Bii ..."
"Maafkan Bibi Nona, maafkan Bibi, harusnya bibi menemani kepergian mu. Maafkan Bibi."
"Tidak, Bibi tidak bersalah sedikitpun, bibi lah yang membuat aku kembali dengan kalung itu."
Bibi Esme melerai pelukan di antara mereka dan menatap Ayara dengan sangat lekat, dia pindai wajah Ayara yang sudah tumbuh dewasa.
Di leher Ayara juga masih ada kalung milik sang mommy.
Bibi Esme menangis lagi, semenjak nyonya Florin meninggal kehidupan ini terasa hancur.
"Maafkan Bibi Nona."
"Jangan meminta maaf Bi, bibi tidak tahu betapa bahagianya aku bisa melihat bibi seperti ini, aku merasa sekarang pun ada mommy disini."
Bibi Esme tak kuasa menjawab itu, dia kembali menarik Ayara untuk dipeluknya erat.
Cukup lama mereka saling memeluk dan menangis bersama.
Sampai akhirnya dadda yang sesak itu mulai mereda.
Bibi Esme mulai bisa tersenyum ketika melihat Ayara ada di hadapannya. Ternyata ini semua memanglah nyata bukan hanya mimpi.
"Nona cantik sekali, seperti nyonya Florin."
Ayara tersenyum, tiap kali dia melihat pantulannya sendiri di dalam cermin pun Ayara merasa wajahnya begitu mirip dengan sang ibu.
"Bi, aku akan memperkenalkan Bibi dengan suamiku," ucap Ayara, bicara dengan susah payah karena suaranya pun masih terdengar sesenggukan. meskipun sudah tidak ada lagi air mata yang mengalir dan dia pun mulai tersenyum.
Tapi sisa-sisa tangis itu masih terlihat dengan jelas. Wajahnya sembab dengan mata dan hidung yang terlihat merah.
"Suami?"
"Benar, aku sudah menikah bulan lalu."
"Benarkah? ya Tuhan, bibi ikut bahagia untukmu Nona."
"Ayo," Ayara menarik bibi Esme untuk masuk lebih dalam ke rumah ini, Andrew sebenarnya sejak tadi berdiri tak jauh dari mereka, tapi keduanya terlalu larut dalam rindu sampai tidak menyadari keberadaan pria itu.
Sementara Andrew pun sengaja diam, memberi waktu sebanyak-banyaknya pada sang istri untuk mengeluarkan semua kesedihan pada seseorang yang dekat di masa lalunya.
"Dia adalah suami ku Bi, Andrew Lin."
Deg! jantung bibi Esme berdenyut nyeri, langit cerah di atas sana seketika seolah jatuh tepat di atas kepalanya.
Andrew Lin.
Bibi Esme mematung, dia masih ingat dengan begitu jelas, jika pria ini adalah pria yang menewaskan kedua orang tua Ayara.
Ya Tuhan.
apa gk ada cctv,,kok mereka bisa bebas berkeliaran 🤔