Disarankan untuk membaca novel My Wife SUGAR MOMMY terlebih dahulu ya gaes.
Setelah melewati malam panas dalam keadaan mabuk, dengan seorang pria yang usianya sudah sangat matang. Hazel Carter memutuskan untuk menjadi sugar baby dari pria tersebut.
Meskipun Hazel Carter sangat mengenal siapa sosok pria tersebut. Bukan hanya mengenalnya, Hazel Carter juga sangat mengenal baik keluarganya termasuk istrinya.
Apa sebenarnya yang Hazel inginkan dengan menjadi sugar baby? Sedangkan dia sudah memiliki segalanya.
Tak mungkin bila hanya untuk mencari kesenangan? Mungkinkah ada maksud lain?
Penasaran? Cus silakan di baca.
Warning
Hanya cerita fiksi, yang tidak suka silakan skip ya gaes. Semua pemeran yang ada di dalamnya, tidak patut di contoh!!!!!!!!!!
Novel ini hanya hiburan semata.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon HaruMini, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bertanya
Ana dan juga Aca menghentikan tawanya, ketika Hazel memukul satu persatu paha dari mereka. Tentu saja keduanya langsung menghentikan tawanya, saat kedua matanya menatap ke arah seseorang pria yang sekarang sudah menghampiri meja di mana ketiganya berada.
"Hay Zel," Sapa pria tersebut sambil mengukir senyum ke arah Hazel, yang sejak tadi tatapan matanya menatap pria tersebut.
Hazel pun hanya menganggukkan kepalanya, tentu saja tanpa membalas senyum dari pria tersebut.
"Apa aku boleh bergabung?" tanya pria tersebut. Yang kini duduk di sofa yang berhadapan dengan Hazel, Ana dan juga Aca, tanpa se persetujuan ketiganya.
"Tidak usah bertanya jika Kakak juga sudah duduk di situ," sahut Aca yang mengenal pria tersebut. Bukan hanya Aca yang mengenal pria tersebut, Ana dan juga Hazel juga mengenal pria tersebut.
"Aku datang ke sini untuk menjemput kamu Zel," ucap pria tersebut tanpa menanggapi apa yang baru saja Aca katakan.
Tentu saja Hazel langsung menautkan keningnya mendengar apa yang baru saja pria yang ada di hadapannya katakan. Pria yang selama ini menjadi sahabat dekat papi barunya, dan pria tersebut adalah kakak kelasnya saat pria tersebut masih sekolah di sekolah Hazel.
"Sebelum aku datang ke kafe ini, aku terlebih dulu mengunjungi rumah om Jimi untuk menjemput kamu, dan kebetulan, aku bertemu dengan om Jimi yang mengatakan kamu ada di sini untuk menemui sahabat kamu," jelas pria tersebut yang tak lain dan tak bukan adalah Vano. Sahabat baik papi Hazel yang baru, yang akhir akhir ini tertarik dengan Hazel.
"Kenapa kamu tahu rumah om Jimi?" tanya Hazel penasaran.
"Papi kamu yang memberi tahu aku Zel," jawab Vano dan terus mengukir senyum manis dari kedua sudut bibirnya.
"Oh," hanya itu tanggapan dari bibir Hazel, yang kini mengambil gelas berisi jus mangga miliknya.
"Bagaimana? Apa kamu sudah ingin pulang?" tanya Vano.
"Belum,"
"Baiklah, aku akan menunggu kamu di sini,"
Hazel segera menaruh gelas miliknya ke tempat semula, setelah meminum jus mangga tanpa ada yang tersisa. Lalu menoleh ke arah Vano, setelah mendengar apa yang baru saja di katakan nya.
"Pulanglah, aku ingin pulang bersama dengan Ana dan juga Aca," tolak Hazel.
"Tidak, mami dan juga papi kamu. Meminta aku untuk menjemput kamu, dan om Jimi tadi juga mengatakan hal yang sama dengan apa yang ke dua orang tua kamu katakan," sambung Vano, dan senyum tidak pernah pudar menghiasi ke dua sudut bibirnya. "Lebih baik sekarang kita pulang Zel, hari sudah larut dan besok kamu harus sekolah, terlebih lagi ke dua orang tua kamu sedang menunggu kamu di rumah,"
Setelah mendengar apa yang baru saja Vano katakan, Hazel langsung beranjak dari duduknya.
"Aku pulang dulu," pamit Hazel pada ke dua sahabatnya, lalu melangkahkan kakinya tanpa mengatakan sepatah katapun pada Vano.
Tentu saja Vano juga langsung beranjak dari duduknya dan mengikuti langkah Hazel dari belakang, dengan perasaan senang.
Setengah perjalanan menuju rumah Hazel, Vano yang sedang fokus mengendarai mobil miliknya, beberapa kali melirik ke arah Hazel yang duduk di sebelahnya, yang sejak tadi sibuk dengan ponsel miliknya
"Zel," panggil Vano dan memecah keheningan di dalam mobil yang sedang melaju dengan kecepatan rata-rata menuju rumah Hazel.
"Hem," hanya itu yang kedua dari bibir Hazel tanpa menatap ke arah Vano.
"Apa aku boleh bertanya padamu?" tanya Vano.
"Katakan saja apa yang ingin kamu tanyakan padaku, sebisa mungkin aku akan menjawabnya," jawab Hazel yang masih dalam posisinya.
"Apa kamu sudah memiliki kekasih?" tanya Vano memberanikan diri.
Tentu saja Hazel yang sedari tadi sibuk dengan ponselnya kini reflek menoleh ke arah Vano.
Bersambung...........
Akhirnya up juga, kangen ya libur dua hari 🤭🤭🤭🤭🤭
Maaf jika up sedikit, tapi tenang saja nanti aku akan up lagi, tapi sebelum itu kalian harus like dan komen sebanyak banyaknya ya gaes. Oke!
Sambil nunggu aku up, yuk mampir ke novel populer yang ada di bawah ini, aku jamin kalian akan menyukainya 👇👇👇