NovelToon NovelToon
Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Kebangkitan Dewa Pedang Abadi

Status: sedang berlangsung
Genre:Perperangan / Kelahiran kembali menjadi kuat / Romantis / Epik Petualangan / Reinkarnasi / Budidaya dan Peningkatan
Popularitas:1.7k
Nilai: 5
Nama Author: Nugraha

Cerita ini adalah kelanjutan dari Reinkarnasi Dewa Pedang Abadi.

Perjalanan seorang dewa pedang untuk mengembalikan kekuatannya yang telah mengguncang dua benua.

Di tengah upaya itu, Cang Yan juga memikul satu tujuan besar: menghentikan era kekacauan yang telah berlangsung sejak ratusan tahun lalu, sebuah era gelap yang pada awalnya diciptakan oleh perang besar yang menghancurkan keseimbangan dunia. Demi menebus kesalahan masa lalu dan mengubah nasib umat manusia, ia kembali melangkah ke medan takdir.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nugraha, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 24 : Hadiah

Pagi di Kota Shengdu memperlihatkan langit biru jernih dan sinar matahari hangat yang menyinari setiap sudut jalanan yang mulai dipenuhi aktivitas.

Cang Yan melangkah keluar dari Paviliun Teratai Emas dengan langkah tenang, diikuti oleh Xue Er yang tampak ceria pagi ini. Rambut panjangnya diikat rapi, wajahnya yang ditutupi cadar memperlihatkan matanya yang berbinar-binar melihat hiruk-pikuk Kota Shengdu yang berbeda dari hari sebelumnya.

"Senior, apa yang akan kita lakukan hari ini," tanya Xue Er sambil berjalan di sampingnya, Suaranya penuh rasa ingin tahu, sementara matanya melirik ke arah pria yang berjalan tenang di sebelahnya.

Cang Yan terdiam sejenak, Hari ini ia sebenarnya berniat mengunjungi tempat para peserta Sekte Pedang Langit berkumpul, namun niat itu diurungkannya karena suatu alasan. Perlahan Cang Yan menoleh ke arah Xue Er dan tersenyum tipis.

"Ayo, kita akan mencari sesuatu."

Xue Er mengerutkan keningnya, rasa penasaran terpancar di wajahnya. "Sesuatu? Apa itu Senior?"

"Aku ingin membawamu ke tempat yang spesial. Ada sesuatu yang ingin kuberikan padamu." Cang Yan tersenyum dan sedikit menggoda.

Wajah Xue Er seketika memerah. Ia tidak menyangka akan mendengar kata-kata itu.

 "U-untukku?" bisiknya, matanya membesar karena terkejut.

Cang Yan hanya mengangguk. "Kau butuh pedang yang lebih baik. Teknik pedang Tarian Empat Musim yang kuberikan padamu memerlukan pedang yang bisa menyalurkan energi dengan sempurna. Mungkin dikota ini ada Paviliun senjata yang menyediakan barang barang bagus yang kita cari."

Xue Er menelan ludahnya, perasaannya campur aduk antara bahagia dan gugup.

"T-tapi… aku tidak ingin merepotkanmu Senior. Pedangku yang sekarang masih cukup baik."

"Pedang yang selalu kamu gunakan itu tidak akan bertahan lama jika terus menggunakan teknik Pedang Tarian Empat Musim. Dan aku tidak merasa direpotkan olehmu. Anggap saja ini hadiahku karena kau telah menemaniku sampai ke kota ini."

Xue Er terdiam, menatap punggung Cang Yan dengan perasaan hangat yang perlahan tumbuh di hatinya. Ia mempercepat langkahnya hingga sejajar dengan pria itu, senyum kecil muncul di sudut bibirnya. Tanpa sadar ia bergumam pelan "Bahkan... aku ingin terus menemanimu."

"Apa kau bilang sesuatu?" tanya Cang Yan sambil menoleh sekilas kebelakang.

"Wah, ti-tidak Senior!" Xue Er terkejut, tak menyangka Cang Yan mendengar gumaman nya. Ia bahkan tidak sadar telah mengucapkan hal itu. seketika keringat dingin mengalir di pelipisnya, sementara wajahnya memerah karena gugup.

Akhirnya Mereka tiba di Paviliun Seribu Bilah, paviliun senjata terbesar di Kota Shengdu. Bangunannya menjulang tinggi dengan ukiran naga di pilar-pilarnya, menunjukkan kemegahan dan kekuatan tempat ini.

Di dalam, ratusan senjata dari berbagai jenis tertata rapi di rak-rak kayu, berkilauan di bawah cahaya lampion yang menggantung.

Seorang pria tua dengan jenggot panjang dan mata tajam menyambut mereka di pintu masuk. "Selamat datang di Paviliun Seribu Bilah, Apa ada yang bisa saya bantu?"

Cang Yan melangkah maju. "Kami sedang mencari pedang." katanya singkat.

Mata pria tua itu menyipit, menilai mereka berdua sebelum tersenyum tipis. Ia memberi isyarat kepada mereka untuk mengikutinya ke bagian belakang paviliun.

Xue Er berjalan di samping Cang Yan, matanya terbelalak melihat berbagai pedang yang indah dan memancarkan aura kuat. Ia merasa sedikit gugup.

"Senior… kau benar-benar ingin membelikan pedang untukku?" bisiknya pelan.

"Iya, Aku akan memilihkanmu Pedang  yang bagus, ini untuk membantumu tumbuh lebih kuat."

Xue Er menggigit bibirnya, menahan emosi yang mulai menghangatkan dadanya. Ia tidak tahu harus berkata apa, hanya bisa mengangguk pelan dengan mata yang sedikit berkaca-kaca.

Pria tua itu berhenti di depan rak khusus, tempat beberapa pedang dengan desain unik dipajang. "Ini adalah koleksi terbaik kami," katanya sambil menunjuk ke pedang-pedang itu.

Xue Er menatap Cang Yan sejenak sebelum mengambil salah satu pedang. Saat tangannya menyentuh gagang pedang itu, ia merasakan aliran energi yang dingin namun lembut, seolah menyatu dengan napasnya. Namun, ada sesuatu yang kurang. Ia meletakkan pedang itu kembali dan mencoba yang lain.

Ketika tangannya menyentuh pedang ketiga, matanya membelalak. Pedang itu ringan namun kokoh, dan saat ia mengayunkannya perlahan ia merasa seperti menari di udara. Energi spiritualnya mengalir sempurna melalui bilahnya, membuatnya merasa seperti pedang itu memang diciptakan untuknya.

"Ini… pedang ini bagus senior," bisik Xue Er.

Cang Yan menoleh ke arah deretan pedang yang dipajang, bahkan matanya tertuju pada pedang yang sedang dipegang oleh Xue Er. Dengan nada tenang ia bertanya, "Apakah masih ada pedang yang lebih baik dari ini semua?"

Pertanyaan itu membuat penjaga paviliun terkejut, bahkan Xue Er pun tampak terperangah mendengarnya.

Penjaga paviliun terdiam sejenak, memperhatikan mereka berdua dengan tatapan ragu. Ia tidak bisa segera menjawab, karena memang masih ada tempat yang menyimpan senjata dengan kualitas lebih tinggi. Namun, tempat itu tidak sembarangan bisa diakses oleh siapa saja.

"Kenapa kau terdiam?" tanya Cang Yan, suaranya tetap tenang namun mengandung tekanan.

Penjaga paviliun menelan ludah sebelum menjawab dengan hati-hati, "Tuan, sebenarnya memang ada tempat yang menyimpan barang-barang berkualitas tinggi, tapi..." Ucapannya terhenti, seolah-olah ada sesuatu yang membuatnya enggan melanjutkan.

"Tapi apa? Apa kau menganggap aku tidak sanggup membelinya?" balas Cang Yan dengan senyum tipis di sudut bibirnya.

"Bukan begitu maksud saya Tuan," jawab penjaga itu terbata-bata.

Tanpa berkata apa-apa lagi, Cang Yan mengangkat tangannya dan mengeluarkan sesuatu dari cincin penyimpanannya. Sebuah batu kristal yang memancarkan cahaya berkilauan dalam berbagai warna muncul di telapak tangannya.

Penjaga paviliun terbelalak, matanya membesar saat mengenali benda itu. "Itu... Batu Spiritual Tingkat Tinggi!" serunya dengan terkejut. Ia benar-benar tidak menyangka pria di depannya ini akan mengeluarkan sesuatu yang begitu berharga.

Xue Er yang berdiri di samping Cang Yan pun tak kalah terkejut. Ini pertama kalinya ia melihat Batu Spiritual Tingkat Tinggi secara langsung. Selama ini, yang pernah ia pegang hanyalah batu spiritual tingkat rendah, atau sesekali tingkat menengah. Tak heran pria ini menolak batu spiritual yang ia berikan sebelumnya ternyata ia memiliki sesuatu yang jauh lebih berharga.

"Apakah sekarang aku masih dianggap tidak mampu membelinya?" tanya Cang Yan dengan suara datar namun penuh tantangan.

Penjaga paviliun itu tetap terdiam, kebingungan terlihat jelas di wajahnya. Namun sebelum ia sempat menjawab, suara langkah kaki terdengar dari arah pintu masuk. Seorang pria muda, sekitar tiga puluh lima tahun melangkah masuk dengan anggun. Pakaian rapi yang dikenakannya tampak sempurna tanpa cela, dan di tangannya ia memegang kipas putih yang sesekali dikepakkan dengan santai. Sebuah senyuman tipis terukir di wajahnya saat ia memandang mereka.

Cang Yan, Xue Er, dan penjaga paviliun secara bersamaan menoleh ke arahnya. Penjaga paviliun segera membungkukkan badan dengan hormat dan berkata, "Selamat datang Tuan Muda."

Pria muda itu melangkah lebih dekat, dan tanpa disadari, aura yang kuat mulai memancar dari tubuhnya. Tekanan itu begitu intens, menandakan bahwa dia telah mencapai puncak kultivasi tahap Roh Pemula. Aura tersebut membuat penjaga paviliun dan Xue Er merasa tertekan, napas mereka menjadi berat. Namun, Cang Yan berdiri dengan tenang seolah-olah aura itu sama sekali tidak berpengaruh padanya.

Menyadari bahwa Cang Yan tidak terpengaruh, pria muda itu mengerutkan dahinya. Tatapan terkejut sesaat melintas di matanya sebelum digantikan dengan senyum tipis yang penuh makna.

1
Nanik S
bukankah Li Wei ada ditempat yang sama... kenapa tak ada yuh menyadari
Celestial Quill: harus di baca dulu bagian terakhir dari reinkarnasi dewa pedang abadi🤭
total 1 replies
Nanik S
Li Wei ternyata banyak gadis yang menunggu... gawat
Nanik S
lanjutkan Tor dan makin bagus
Nanik S
Lanjutkan
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Dominan Pedang
Nanik S
Laaaanhut
Nanik S
Teman makan teman
Nanik S
Good Joob
Nanik S
Beri saja Teknik dari langit
Nanik S
Siapa suruh mau membantu
Nanik S
Shiiiip
Nanik S
Cuuuuuus
Nanik S
Teruskan Tor
Nanik S
Mcnya kenapa begitu saja mau
Nanik S
Lanjutkan Tor
Nanik S
Ceritanya menarik sekali
Nanik S
Lanjut terus
Nanik S
Ceritanya Bagus Tor
Green Boy
Seru
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!