Terkenal playboy dan sering bergonta-ganti pasangan membuat Dokter Willy mendapat pandangan buruk dari orang-orang.
Suatu hari ia jatuh cinta kepada Elsa, seorang gadis bungsu yang memiliki tiga kakak lelaki posesif dan cemburuan.
Mampukah si Playboy Willy meluluhkan ketiga kakak Elsa?
IG otor : KOLOM LANGIT
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Kolom langit, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Elsa Cepat Pergi!
“Kau tidak apa-apa?”
Bisikan lembut yang berhembus di telinga Elsa membuat bola matanya digenangi cairaan bening. Napas nya masih memburu akibat kelelahan berlari. Namun, ketakutan yang ia rasakan perlahan sirna begitu menyadari siapa yang kini memeluknya. Ia benamkan wajahnya di dada lelaki itu, menahan agar isak tangisnya tidak terdengar.
“Jangan takut, ada aku!” bisiknya lagi membuat Elsa mendongak menatap wajah lelaki tampan itu.
“Kau …” Elsa kemudian menoleh ke belakang sana, dimana empat pria yang tadi mengejarnya kini berada tepat di belakangnya. “Ayo pergi dari sini. Mereka orang jahat,” lirihnya.
“Hey, lepaskan gadis itu! Dia buruan kami,” seloroh seorang pria bertubuh tinggi besar yang sepertinya pemimpin geng itu.
Willy melepaskan pelukan, kemudian menarik Elsa ke belakang punggungnya. Ia menatap tajam beberapa pria yang berdiri menantang di depannya. “Apa? Milikmu?” tanyanya seraya berdecih.
“Kami duluan yang melihatnya. Jadi dia milik kami.”
Empat pria itu pun saling melirik dan saling memberi isyarat. Lalu sesaat kemudian, saling berpencar mengelilingi Elsa dan Willy. Melihat itu, Elsa kembali dikuasai ketakutan. Ia teringat pertama kalinya bertemu Willy, dimana laki-laki itu terluka akibat sabetan benda tajam milik pria yang ingin merampoknya.
“Ayo, kita pergi saja dari sini. Aku takut mereka orang berbahaya,” ucap Elsa melingkarkan tangannya di perut Willy.
“Jangan takut, sebelum melukaimu, mereka harus melukaiku dulu.”
Mendengar pembicaraan Elsa dan willy, para preman itu pun terkekeh sinis. Elsa hendak mengeluarkan ponsel dari tasnya untuk menghubungi kakaknya, namun salah satu pria itu segera merebut tas milik Elsa, berikut ponselnya.
Sementara yang lain terlihat sedang mengambil ancang-ancang, seakan sedang bersiap untuk menyerang Willy. Menyadari keadaan berbahaya, Willy mengeratkan genggaman tangannya. Ia melirik Elsa yang berada di belakang punggungnya—yang sepertinya sudah sangat ketakutan.
“Elsa, aku akan mencoba menghadapi mereka. Jadi kau harus segera pergi dari sini. Mobilku ada di depan, kuncinya di saku jaket kananku,” bisik Willy sambil terus berusaha melindungi Elsa. Ia menuntun tangan Elsa agar meraih kunci mobil di dalam sakut jaketnya. “Saat mereka sedang mengeroyokku, kau harus cepat lari.”
Sadar dirinya sama sekali tidak menguasai ilmu bela diri apapun, sehingga tidak mungkin bisa menghadapi empat orang sekaligus. Maka satu-satunya cara untuk bisa melindungi Elsa hanya menghalangi beberapa pria itu dan meminta Elsa segera pergi. Tidak peduli walaupun para preman itu akan membunuhnya, yang penting Elsa selamat dan pulang dalam keadaan utuh.
“Aku akan menyerahkan gadis ini pada kalian, kalau kalian berempat bisa mengalahkanku,” ucap Willy menantang.
Tawa sinis kembali menggema, ke empat pria itu seakan sedang meremehkan dokter itu. “Kau tahu satu hal, sebelum menyelamatkan orang lain, lebih baik kau selamatkan dirimu lebih dulu. Aku sedang tidak mood membunuh orang, jadi lebih baik serahkan gadis itu, dan kau boleh pergi dari sini.”
“Kenapa? Kalian berempat tidak bisa menghadapiku? Apa kalian ini laki-laki?” Kini giliran Willy yang seakan membakar emosi para preman jalanan itu. “Dan kau yang badannya paling besar … Kau punya tenaga tidak?” Willy mendorong Elsa ke belakang, saat memastikan kunci mobilnya sudah berada di genggaman Elsa.
Sepertinya pria berbadan besar itu cukup tersinggung mendengar ucapan willy yang seakan menghinanya. Terlihat dari raut wajahnya yang menggeram.
“Kau sangat banyak bicara. Baiklah, kau yang minta dihajar, ya. Jangan salahkan aku kalau besok ibumu harus menangisi mayatmu!” Ia memberi kode pada beberapa anak buahnya agar menyerang Willy.
Memanfaatkan keadaan, Willy mendorong Elsa agar menjauh, memberi kode dengan lirikan matanya—agar Elsa segera pergi. Namun, bukannya lari, Elsa malah berdiam diri di sana. Tidak tega meninggalkan Willy seorang diri. Ingin berteriak minta tolong, namun tidak ada seorang pun yang melintas.
Perkelahian berlanjut. Willy masih berusaha menghadapi empat pria yang mengeroyoknya dengan kemampuan seadanya. Sesekali ia masih melirik Elsa yang tak kunjung pergi.
Elsa, pergi dari sini! begitulah tatapan Willy berbicara saat ia mulai kehabisan tenaga. Sepertinya empat pria ini bukanlah preman sembarangan. Kemampuan bela diri mereka lumayan untuk ukuran preman jalanan. Mereka bahkan tidak benar-benar menyerang, namun sudah membuat Willy mengeluarkan darah di sudut bibirnya.
“Elsa, cepat pergi!” Bibir willy berbicara tanpa suara dan dapat dibaca oleh Elsa.
*********
pingin tau aja temannya dokter Allan sperti apa...😍
jdi aku seneng banget bacanya 🥰