NovelToon NovelToon
Sistem Suami Sempurna

Sistem Suami Sempurna

Status: sedang berlangsung
Genre:Romantis / Sistem / Mengubah Takdir
Popularitas:2k
Nilai: 5
Nama Author: farinovelgo

Raka, 28 tahun, pria biasa dengan pekerjaan seadanya dan istri yang mulai kehilangan kesabaran karena suaminya dianggap “nggak berguna”.
Hidupnya berubah total saat sebuah notifikasi aneh muncu di kepalanya:
[Selamat datang di Sistem Suami Sempurna.]
Tugas pertama: Buat istrimu tersenyum hari ini. Hadiah: +10 Poin Kehangatan.
Awalnya Raka pikir itu cuma halu. Tapi setelah menjalankan misi kecil itu, poinnya benar-benar muncul — dan tubuhnya terasa lebih bertenaga, pikirannya lebih fokus, dan nasibnya mulai berubah.
Setiap misi yang diberikan sistem — dari masak sarapan sampai bantu istri hadapi masalah kantor — membawa Raka naik level dan membuka fitur baru: kemampuan memasak luar biasa, keahlian komunikasi tingkat dewa, hingga intuisi bisnis yang nggak masuk akal.
Tapi semakin tinggi levelnya, semakin aneh misi yang muncul.
Dari misi rumah tangga biasa… berubah jadi penyelamatan keluarga dari krisis besar.
Apakah sistem ini benar-benar ingin menjadikannya suami sempurna.

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon farinovelgo, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

Bab 15

Angin dini hari berhembus pelan dari jendela yang setengah terbuka.

Bau logam terbakar masih menempel di udara, bercampur dengan aroma kopi basi di meja kerja yang belum sempat aku bereskan.

Aku berdiri lama di depan kertas kecil itu tulisan tangan Dinda yang masih rapi meski tintanya mulai pudar.

Kalau dunia ini retak, aku harap kamu masih mau nyari aku di antara serpihannya.

Kalimat itu terus terulang di kepalaku.

Kayak mantra.

Kayak tantangan.

Atau mungkin… permintaan terakhir dari seseorang yang udah nggak sepenuhnya manusia.

Aku menarik napas panjang.

Cincin di jariku masih gosong setengah. Nggak menyala, tapi kadang bergetar halus, seolah ada sesuatu yang masih hidup di dalam logam itu.

Sisa dari sistem yang belum mati.

Satu hal yang aku tahu — Dinda belum hilang sepenuhnya.

Dia masih di luar sana. Entah di mana.

Hari itu, aku keluar rumah untuk pertama kalinya setelah kejadian sinkronisasi.

Langit Jakarta aneh.

Nggak biru, nggak abu-abu.

Ada bias warna biru samar yang terus berubah, seperti aurora yang rusak.

Dan orang-orang… nggak menyadari apa-apa.

Mereka berjalan, tertawa, bercakap, seolah dunia nggak sedang retak di dalam sistem buatan.

Aku menyalakan motor tuaku dan melaju ke arah timur.

Entah kenapa, cincin di jariku semakin panas setiap kali aku mendekat ke kawasan industri tua di pinggiran kota.

Instingku bilang, di sanalah titiknya.

Setengah jam kemudian, aku berhenti di depan gedung beton besar dengan papan nama berkarat:

AURA PROJECT DEVELOPMENT CENTER.

Tempat di mana semuanya dimulai.

Begitu aku masuk, udara langsung terasa berat.

Lantai dipenuhi serpihan kaca dan kabel berdebu.

Tapi yang membuatku berhenti adalah satu hal suara perempuan.

Pelan. Samar.

Nyanyi.

“Raka… kamu masih inget lagu ini?”

Suara itu keluar dari speaker tua di sudut ruangan, padahal alat itu sudah mati bertahun-tahun.

Aku langsung siaga. “Dinda?”

Tak ada jawaban.

Namun di dinding kaca depan ruang server, muncul cahaya biru tipis berbentuk pola jantung berdetak.

Dan dari situ, perlahan muncul bayangan samar — wajah Dinda, tapi transparan.

“Kalau kamu bisa dengar aku,” katanya, “berarti sistem belum sepenuhnya menghapusmu.”

Aku melangkah maju. “Dinda, kamu di mana?”

“Aku sudah pecah, Rak,” katanya pelan. “Waktu kamu reset, aku terbagi jadi tujuh bagian. Tujuh serpihan kesadaran.”

“Dan sekarang sistem sedang mencariku untuk dihapus.”

Aku menelan ludah. “Terus aku harus ngapain?”

“Cari kami,” jawabnya cepat. “Satu per satu. Kalau tujuh serpihan bisa digabungkan lagi, mungkin aku bisa kembali sepenuhnya.”

Cahaya di wajahnya makin redup.

“Mulailah dari serpihan pertama… di tempat kenangan pertama kita rusak.”

Aku menatapnya dalam diam. “Tempat pertama kita rusak…”

Sebelum aku sempat berpikir, bayangan itu menghilang.

Cahaya di dinding padam.

Namun di lantai, muncul simbol biru kecil bentuknya seperti cincin yang pecah.

Cincin Dinda.

Aku jongkok dan menyentuh simbol itu.

Begitu jariku menyentuh, cahaya langsung tersedot ke cincin di tanganku.

Lalu suara sistem terdengar pelan di kepalaku.

[SINKRONISASI TERBATAS AKTIF]

[TARGET: SERPIHAN 1 — MEMORI KEHILANGAN]

[LOKASI TERDETEKSI: APARTEMEN BLOK C, LANTAI 12]

Apartemen Blok C.

Tempat dulu aku dan Dinda pertama kali bertengkar besar.

Tempat semua retakan kecil mulai muncul di hubungan kami.

Aku berdiri.

Seluruh tubuhku terasa panas karena efek cincin itu, tapi pikiranku sudah bulat:

Kalau serpihan Dinda masih tertinggal di dunia ini, aku akan menemukannya.

Satu per satu.

Apartemen itu sudah lama kosong.

Lampunya mati, dindingnya kotor, tapi begitu aku membuka pintu, rasanya seperti ditarik kembali ke masa lalu.

Ke malam ketika kami berdua masih berdebat hanya karena hal sepele.

Aku ingin menyesal, tapi rasanya sudah terlambat.

Cahaya biru samar muncul di tengah ruangan.

Dari cahaya itu, perlahan muncul sosok perempuan Dinda lagi. Tapi wajahnya berbeda.

Lebih muda, lebih rapuh, dan matanya kosong.

“Dinda…?” aku memanggil pelan.

Dia menoleh perlahan, lalu tersenyum tipis.

“Raka. Kamu datang juga.”

Aku melangkah mendekat, tapi dia mundur setapak.

“Aku serpihan pertama,” katanya datar. “Serpihan kehilangan. Aku bagian dari Dinda yang dulu merasa kamu nggak butuh dia lagi.”

Aku menunduk. “Aku nggak pernah”

“Nggak usah bohong.”

Suaranya berubah dingin. “Kamu sibuk menyalahkan sistem, tapi kamu lupa, sistem itu lahir dari rasa takutmu kehilangan aku.”

Aku tak bisa menjawab.

Karena dia benar.

Dia berjalan mendekat. Tangannya menyentuh dadaku, tapi rasanya dingin seperti es.

“Kalau kamu benar-benar ingin menemukan Dinda, kamu harus menghadapi aku dulu,” katanya pelan. “Hadapi kehilangan yang kamu ciptakan sendiri.”

Tiba-tiba, seluruh ruangan runtuh.

Dindingnya retak, lantai pecah, dan sekeliling kami berubah menjadi ruangan putih penuh kilatan cahaya.

Di tengah ruang itu, muncul ratusan potongan ingatan:

Aku meninggalkan Dinda sendirian di rumah, aku lupa ulang tahunnya, aku marah hanya karena pekerjaan.

“Aku cuma manusia, Din!” aku berteriak. “Aku salah, tapi aku menyesal!”

Serpihan itu berhenti.

Wajahnya yang sempat kosong berubah lembut, tapi air matanya jatuh perlahan.

“Kalau begitu… terimalah kehilanganmu, Rak. Biar aku bisa pergi.”

Dia menyentuh cincin di jariku.

Cahaya biru dari tubuhnya terserap ke dalam cincin itu perlahan.

Sampai akhirnya, dia menghilang sepenuhnya.

[SERPIHAN 1 MEMORI KEHILANGAN TELAH TERHUBUNG]

[KAPASITAS EMOSI: 14%]

Ruangan kembali normal.

Aku berdiri di tengah apartemen kosong, napas tersengal.

Cincin di jariku kembali menyala, tapi kali ini warna birunya lebih hangat.

Di dalam kepalaku, suara Dinda terdengar samar.

“Terima kasih, Rak. Satu serpihan sudah kembali. Masih ada enam lagi…”

Aku tersenyum kecil, mengusap wajah yang basah keringat.

“Enam lagi, ya? Baiklah, Din. Kita mulai dari sini.”

Aku keluar dari apartemen itu.

Langit di luar masih biru elektrik, tapi kali ini… rasanya tidak seseram tadi.

Karena di tengah semua kebusukan ini, setidaknya aku tahu satu hal. Dia masih ada di luar sana.

...﹌﹌﹌﹌﹌﹌...

Makasih udah baca sampai akhir, gaees.

Satu serpihan udah balik, tapi masih ada enam lagi.

Di bab selanjutnya, Raka bakal nemuin “Serpihan Rasa Takut” yang bakal ngerubah cara dia ngelihat Dinda… dan dirinya sendiri.

Jangan lupa kasih like & komentar biar aku makin semangat nulis lanjutannya! 🔥🔥🔥

1
Aisyah Suyuti
bagus
💟《Pink Blood》💟
Wuih, plot twistnya nggak ada yang bisa tebak deh. Top deh, 👍!
Uryū Ishida
Wah, seru banget nih, thor jangan bikin penasaran dong!
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!