Mencintai Bodyguard Saleha

Sejak kehadiran Angel, Sawn semakin jarang melihat Raina. Dirumah pun Raina jarang keluar kamar, seolah kamarnya adalah istana berharga yang akan hilang jika ia tidak menungguinya.

Waktu terus berjalan dan Sawn sudah menghabiskan lima menit pertamanya hanya untuk memandangi pintu kamar Raina, berharap gadis itu akan menampakkan diri di hadapannya.

Sayang seribu sayang hingga lima menit keduanya berlalu Raina tidak juga keluar dari kamarnya.

"Haruskah aku mengetuk pintunya?" Tanya Sawn pada dirinya sendiri.

"Tidak. Tidak. Jika aku melakukan itu ia akan besar kepala dan akan mulai merengek seperti gadis manja." Ucap Sawn lagi dalam hati. Ia tidak memperhatikan bi Sumi sedang memandanginya dengan tatapan heran.

"Apa tuan ingin mengatakan sesuatu?" Ucapan bi Sumi sontak menyadarkan Sawn dari lamunannya.

"Apa saya harus memanggil non Raina?" Tanya bi Sumi lagi. Sawn hanya bisa menggelengkan kepala. Ia berlalu meninggalkan bi Sumi dengan segala tanyanya.

Sawn merasa seperti terciduk di depan asisten rumah tangganya sendiri. Jika bi Sumi tahu tentang perasaannya maka tidak lama lagi mamanya juga pasti akan mengetahui segalanya. Tiba-tiba saja Sawn merasa takut mamanya akan mencecarnya dengan tanya yang tidak akan bisa ia jawab.

...***...

Waktu menunjukan pukul 2.57 ketika Raina terbangun dari tidur lelapnya. Ia menguap sambil menutup mulut dengan tangan kanannya.

"Aau, dingin." Lirih Raina pelan sambil menutup tubuhnya dengan selimut lagi.

"Ini tidak benar. Aku harus segera bangun dan Shalat Tahajut." Raina berusaha menyingkap selimut kemudian beranjak dari tempat tidur empuknya. Sama seperti malam-malam biasa, malam ini pun terasa sangat sunyi, yang terdengar hanya suara Jangkrik saja.

Waktu terbaik untuk bermunajat pada sang Khalik yakni di sepertiga malam. Di sepertiga malam itulah Allah turun kelangit dunia. Dan Do'a yang di panjatkan manusia di sepertiga malam ibarat anak panah yang tepat sasaran, karna pintanya pasti akan di kabulkan selama do'a itu bukan tentang kezoliman.

Seorang guru pernah mengingatkan muritnya, Jika impianmu tidak bisa membuatmu terbangun disepertiga malam mu, maka impianmu itu pasti tidak penting bagimu.

Raina menyadari pentingnya sepertiga malam karna itu ia menguatkan tekat untuk menyingkap selimutnya.

Hhhhhhh! Tubuh Raina bergetar hebat menanhan dinginya air yang mengenai setiap bagian anggota wudhunya. Setelah berwudhu ia kembali memasang jaket tebalnya untuk menghangatkan tubuh.

"Alhamdulillah... Aku tidak merasa kedinginan lagi." Ucap Raina sambil memasang mukena putih yang di hiasi renda kuning keemasan.

Salat Tahajud merupakan salah satu salat yang menjadi kebiasaan orang-orang Salih. Al-Qur'an menjelaskan tentang keutamaan mengerjakan salat Tahajud.

Wa minal-laili fa tahajjad bihi nafilatal laka 'asa ay yab'asaka rabbuka maqamam mahmuda.

Dan pada sebagian malam, lakukanlah salat Tahajud (sebagai suatu ibadah) tambahan bagimu. Mudah-mudahan Tuhanmu mengangkatmu ke tempat yang terpuji. (QS.Al-Isra:79).

Imam Al-Ghazali dalam kitab Ihya' Ulumuddin menyebut keutamaan yang akan di peroleh orang yang menjalankan salat Tahajud diantaranya:

Lidahnya akan mampu mengucapkan kata-kata yang mengandung hikmah. Wajahnya berseri ketika bangkit dari kubur di hari pembalasan. Catatan amalnya akan diberikan dari tangan kanannya.

Raina baru saja menyelesaikan salatnya ketika Sawn berjalan pelan menuruni anak tangga.

Biasanya bi Sumi akan menaruh air di atas meja yang bersebelahan dengan balkon kamarnya, sepertinya pembantu separuh bayanya itu sedang lupa sampai membuat Sawn harus mengambil sendiri di dapur rumahnya.

Sawn berjalan pelan sambil memicingkan matanya, netranya tertuju kekamar Raina yang saat itu lampunya masih menyala.

"Apa singa betina itu tidur dengan lampu menyala?" Lirih Sawn pelan sambil berjalan mendekati pintu kamar Raina yang bersebelahan dengan tangga akses menuju lantai atas letak kamar Sawn berada.

Dada Sawn berdebar.

Dag. Dig. Dug.

Ia terpesona mendengar suara lantunan merdu Al-Quran yang Raina bacakan. Sawn sendiri lupa kapan terakhir kali ia membaca Al-Quran, atau bisa jadi ia sudah lupa bagaimana cara membaca tulisan Arab itu. Al-Quran merupakan pedoman hidup setiap manusia yang menghendaki keselamatan Dunia sampai Akhirat.

Raina menghentian bacaannya, yang terdengar hanya suara isakannya saja.

"Ada apa dengan Singa betina itu, apa dia memiliki masalah?" Tanya Sawn pada dirinya sendiri karna yang ia dengar hanya suara isak tangis Raina.

Tadinya Sawn bersiap untuk mengetuk pintu yang terbuat dari kayu jati itu, dan mengejutkannya Raina melanjutkan bacaannya. Suaranya terdengar sangat berat.

"Apa dia masih menangis?" Ucap Sawn pelan. Sawn merasa lega, ia kembali mendengar lantunan ayat suci dari kamar Raina yang tertutup rapat. Sayangnya suara itu bergetar sehingga Sawn tidak begitu jelas mendengar ayat yang di baca Raina.

Sawn berusaha mendengar bacaan Raina dengan cara menempelkan daun telinganya pada pintu. Untungnya saat ini semua orang sedang terlelap dalam tidurnya, jika tidak semua orang akan berpikir Kalau Sawn penguntit bodoh yang berusaha mencuri dengar pembicaraan orang lain.

Ya ayyuhallazina amanu qu anfusakum wa ahlikum naraw waquduhan-nasu wal-hijaratu 'alaiha mala ikatun gilazun syidadul la ya'sunallaha ma amarahum wa yaf 'aluna ma yu' marun.

Wahai orang-orang yang beriman! Peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka yang bahan bakarnya adalah Manusia dan Batu. Penjaganya Malaikat-malaikat yang kasar, dan keras, yang tidak durhaka kepada Allah terhadap apa yang dia perintahkan kepada mereka dan selalu mengerjakan apa yang di perintahkan. (Qs. At-Tahrim:6).

Pranggg!

Raina menghentikan bacaannya setelah mendengar suara berisik dari luar kamarnya.

Sementara itu di luar kamar Raina, Sawn berusaha menguasai dirinya. Mendengar lantunan ayat suci yang dibacakan Raina membuat hati Sawn menjadi bergejolak, tubuhnya bergetar hebat sampai gelas air yang ia pegang jatuh kelantai dan mengenai kakinya.

Sejujurnya Sawn tidak memahami arti ayat suci yang di baca Raina.

Ahlikum Naraw.

Dua kata itu seolah menari-nari di kepalanya. Ia bisa memahami Garis besar ayat yang di baca Raina berkenaan dengan Neraka, dan hal itu membuat Sawn tersentak kaget.

Sawn kembali kekamarnya sambil membawa ketakutan yang menghujam hati dan pikirannya.

"Neraka? Wahai Tuhan ku, aku bukanlah ahli Surga. Tapi aku tidak kuat di neraka Jahim. Maka ampunilah dosaku. Sesungguhnya engkau maha pengampun dosa besar." Sawn menutup sekujur tubuhnya yang bergetar karna takut dengan selimut tebal, lisannya pun tak berhenti beristigfar, tanpa ia sadari ia mulai terlelap.

...***...

"Bu. Hari ini saya bangun lebih awal, saya sudah menyiapkan sarapan untuk semua orang." Ucap Raina sambil menuang air minum di gelas yang ia pegang.

"O iya bu, apa pak Sawn belum bangun? Biasanya beliau akan keluar dari kamarnya untuk minum koffe." Ucap Raina lagi sambil meletakkan gelas air di meja.

"Bibi tidak tahu non! Bagaimana kalo non Raina memeriksa tuan kekamarnya." Ucap bi Sumi sambil mengaduk sup di atas kompor.

"Saya?" Raina terkejut.

Bi Sumi mengangguk. Tangannya menunjuk kearah lantai atas berharap Raina segera munuju kamar Sawn yang terletak tiga meter dari arah tangga. Pelan Raina menaiki anak tangga dan sekarang ia berada tepat di depan pintu kamar Sawn Praja Dinata.

Tok.Tok.Tok.

Berkali-kali Raina mencoba mengetuk pintu namun tetap tidak ada jawaban. Raina menarik nafas dalam kemudian pelan menghembuskannya. Ia membuka kamar Sawn yang masih gelap gulita.

Dan benar saja yang empunya kamar masih terbaring lelap di bawah kukungan selimut.

"Pak. Pak Sawn, Ini sudah siang pak. Hari ini bapak ada rapat penting." Tidak ada jawaban dari Sawn, dan itu membuat Raina nekat menempelkan tangannya di kening Sawn.

Hahh! Raina terkejut, kening Sawn sangat panas. sepertinya Sawn menderita demam sejak semalam dan saat ini ia tidak sadarkan diri, tubuhnya pun berkeringat.

Raina menyingkap selimut Sawn, dan tiba-tiba saja Sawn menggenggam erat jemari Raina sembari berucap.

Jangan tinggalkan aku sendiri. Lirih Sawn pelan sebelum ia hilang kesadaran.

Lantunan ayat suci yang Raina bacakan di sepertiga malamnya bagaikan Pelita yang menerangi gelapnya hati Sawn Praja Dinanta. Raina semakin panik, ia berlari kelantai bawah sembari memanggil bi Sumi berkali-kali.

...***...