Gabriella Alexia Santoro. Seorang gadis cantik yang begitu dingin dan cuek. Kedatangan nya ke sekolah baru, membuat siapa saja terpesona. Termasuk dengan most wanted yang terkenal sangat cuek dan galak. Samudra Tri Alaska. Ketua geng motor Alaska yang berdarah dingin. Kebiasaan nya mengirim orang-orang ke rumah sakit sudah senter terdengar di seluruh penjuru kota. Namun aksinya itu tidak pernah sampai membuatnya di tangkap oleh polisi. Karena ayahnya yang seorang komandan militer. Namun, kedatangan Gabby si gadis super cuek dan dingin membuat nya berubah. Pesona Gabby mampu meluluhkan hati keras Samudra
Guys!! Ini novel pertama ku disini, bantu support yaaa🤗
Kalo ada kesalahan mohon koreksi, biar aku bisa belajar dari kesalahan dan memperbaiki nya😘
Happy reading guys....
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Nasella putri, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Perasaan rindu sang sahabat
Tok! Tok! Tok!
Ceklek.
“Kak, kita boleh kerjain tugas di kamar kakak ga? Kita bosen” Ucap Gevanya meminta izin pada Gabby.
“Masuklah”
Gabby membuka pintu dengan lebar, mengijinkan kedua adiknya untuk masuk. Gevanya dan Gheazora pun masuk ke dalam kamar Gabby dengan senyum yang begitu lebar.
Keduanya pun mengambil duduk di atas karpet berbulu yang terletak dekat dengan ranjang.
Sementara Gabby kembali duduk di meja belajar nya setelah menutup kembali pintu. Gabby kembali melanjutkan aktivitas nya membuat tugas sekolah, sementara kedua adik nya entah sedang melakukan apa dengan kertas origami dan juga stik es krim.
“Kak, ada lem ga? Lem kita habis ternyata” Tanya Gheazora pada Gabby.
Gabby pun mengambil botol lem yang berada pada rak di atas meja belajar nya. Gheazora dengan inisiatif nya mengambilnya dari tangan Gabby.
“Makasih kak!”
Gheazora pun kembali bergabung bersama Gevanya setelah mendapatkan barang yang mereka butuhkan. Keduanya pun akhirnya fokus pada project yang sedang mereka buat.
Sementara Gabby kembali fokus pada buku-buku nya. Setelah tiga puluh menit berlalu, Gabby yang sudah selesai pun menoleh ke arah kedua adiknya yang masih fokus pada tugas mereka.
Gabby memperhatikan keduanya yang begitu fokus dan kompak.
“Ini di bikin tiga lantai aja. Kita bikin lagi aja satu lantai disini”
“Nanti berat dong, Vanya”
“Gapapa, rumah kita kan emang besar. Malah harus nya ada lima lantai kan?”
“Ya ga gitu juga Vanya. Kita cuma dia suruh bikin miniatur rumah-rumahan. Bukan di suruh bikin miniatur rumah kita”
“Zora, kalo rumah kita besar, kita pasti dapet nilai yang bagus!”
“Coba liat lagi. Dua lantai aja udah bagus. Kita cuma tinggal bikin atap nya”
“Engga engga, aku mau tambah satu lantai lagi”
“Nanti gimana cara deskripsiin nya. Guru kan bilang, kita juga harus deskripsiin. Siapa yang tinggal di rumahnya”
“Ya kita deskripsiin aja, yang tinggal disini, ada nenek, kakek, paman, bibi, kak Vier, sama kak Zayn yang kamar nya ada di lantai satu, terus kita, kak Gani, kak Gian, kak El, kak bian, sama kak Gabby di lantai dua”
“Terus lantai tiganya?”
“Kita bilang aja di lantai tiga kamarnya orang tua kita. Dan paman Leo dengan bibi Via”
Mendengar itu, Gabby seketika terdiam. Gabby bisa melihat kerinduan di mata kedua adiknya. Meskipun Gevanya saat ini sedang tersenyum, namun Gabby tau, di balik senyum nya tersimpan banyak kerinduan.
Gabby pun merasa sesak jika merasakan perasaan seperti itu. Ia pun beranjak dari duduknya dan melenggang pergi menuju balkon kamarnya. Tentu ia kembali menutup pintu balkon.
“Vanya! Jangan sebut ayah, ibu, paman Leo, dan bibi Via di depan kak Gabby. Dia juga bisa sedih kalo denger paman sama bibi tau” Tegur Gheazora.
“Iya maaf. Tadi kan Zora sendiri yang nanya deskripsiin nya gimana. Ya Vanya jelasin lah”
“Yaudah, kita bikin tiga lantai. Nanti biar Zora yang bikin deskripsi nya”
Gevanya mengangguk setuju dengan keputusan Gheazora.
Sementara di luar, Gabby sedang berusaha mati-matian, menahan sesuatu di dalam dirinya keluar.
Gabby mencengkram pagar balkon dengan begitu kuat, matanya terpejam dengan begitu rapat. Nafasnya ia atur dengan perlahan. Dan di saat di rasa sudah cukup tenang, Gabby pun kembali membuka matanya. Namun, mata merah di sebelah kirinya yang sempat menghilang, kini kembali lagi.
Kali ini, mata kirinya juga merasakan rasa sakit dan perih. Gabby pun dengan cepat mengeluarkan handphone nya dari saku celananya untuk bercermin. Dan disaat ia melihat pantulan matanya di layar handphone, Gabby benar-benar dibuat terkejut.
Bukan hanya merah pada lensa matanya, melainkan, seluruh mata putihnya pun memerah.
“A-apa ini?” Tanya nya pada diri sendiri.
“Gabby, lo disana kan?”
“Gabby! Jawab gue!”
Gabby menyentak diri nya sendiri pada pantulan dirinya di layar handphone.
“Gabby!”
“Kakak?”
Gabby menurunkan handphone nya dengan cepat saat mendengar suara berat dari arah belakang nya.
“Ada apa?” Tanya Gabby tanpa menoleh ke belakang.
“Di bawah ada kak Cleo sama kak Lola” Ujar Gabriel.
“Ngapain mereka kesini?” Desis Gabby.
“Katanya, mereka mau pinjem buku catatan bahasa inggris kakak” Jawab Gabriel.
“Suruh mereka ke sini aja. Dan suruh Vanya dan Zora kembali ke kamar mereka” Titah Gabby.
Gabriel pun mengangguk dan masuk kembali ke dalam kamar.
Gabby yang di tinggal pun menghembuskan nafas nya panjang. Ia pun kembali menatap layar handphone nya untuk melihat mata kirinya.
“Gue harus tutup mata ini!”
.
.
.
“Wah! Udah lama banget kita ga ke sini. Semuanya masih sama ya?” Sahut Lola.
“Huum, rasanya jadi kayak dejavu” Balas Cleona.
“Eh? Itu kamarnya Gabby kan? Bener ga sih?” Tanya Cleona.
“Ya.. iya sih, seinget gue kamar nya Gabby emang di situ. Tadi Gabriel juga bilang, kamarnya Gabby masih kamar yang sama” Jawab Lola.
“Tapi pintunya warna item. Kamar Gabby kan pintunya warna pink. Ada namanya juga di depan pintu. Itu gaada” Ucap Cleona.
“Yaudah, coba aja ketuk”
“Kalo salah malu!”
“Ya coba dulu, siapa tau aja bener”
“Kenapa harus gue yang ketuk? Lo aja sana!”
“Kok gue? Lo aja”
“Lo aja”
“Lo aja”
“Lo-”
Ceklek.
Cleona dan Lola pun berhenti berdebat saat pintu hitam di hadapan kedua nya terbuka dan menampilkan Gabby.
“Masuk” Titah Gabby.
Keduanya pun masuk ke dalam kamar dengan gelagapan.
“Gabby, mata lo kenapa? Kenapa di tutupin gitu? Lo lagi sakit mata?” Cecar Lola yang penasaran pada mata sebelah kiri Gabby yang di tutup oleh eye patch.
“Gue cuma lagi sakit mata” Jawab Gabby.
“Hoo... GWS ya girl...”
Lola memanyunkan bibirnya dengan sedih.
“Gabby, kamar lo berubah banget. Ini beneran kamar lo dulu kan?” Tanya Cleona yang sudah mendudukan tubuhnya di atas ranjang.
“Iya, dimana boneka Molly?” Tanya Lola menanyakan sebuah boneka kelinci berwarna pink yang Gabby namai Molly.
“Tidak perlu menanyakan yang tidak ada. Ada urusan apa kalian datang kesini?” Tanya Gabby yang sudah kembali mendudukan tubuhnya di kursi belajarnya.
“Tadinya kita cuma pengen pinjem buku catatan inggris lo aja-”
Belum sempat Cleona menyelesaikan perkataannya, Gabby sudah menyodorkan buku catatan nya.
Cleona pun mengambilnya dengan senyum kikuk nya.
“Tapi... Kita kan udah lama ga kumpul, ga girls time. Lo gamau gitu, seneng-seneng sama kita? Gue bawa masker! Gue juga bawa kuteks”
“Gue bawa catokan!” Timpal Lola dengan penuh antusias.
“Lo berdua lakuin aja sendiri. Gue ga ada waktu buat bersantai” Ujar Gabby.
Kedua temannya pun memerucutkan bibirnya dengan lesu.
“Gabby, ini kan weekend. Masa seminggu full lo pegang pulpen sama buku. Cuma sehari doang loh...”
Cleona tidak ingin menyerah, ia terus membujuk Gabby agar mau sedikit bersantai.
“Kalo urusan lo berdua udah selesai, lo berdua boleh pergi”
Mendengar itu, Cleona dan Lola hanya bisa terdiam.
“Kita kan cuma pengen ngabisin waktu sama lo... Kita udah lama ga ketemu. Kita udah lama ga ngobrol. Terus kapan kita bisa kayak dulu lagi?” Ucap Cleona dengan sendu.
Gabby hanya bisa terdiam seraya terus fokus pada buku-buku nya.
“Kita ini kangen loh By! Lo pergi tanpa bilang dan pamit sama kita. Dan disaat lo balik, lo juga gaada kasih tau kita. Dan sekarang, lo seakan udah lupa sama kita”
“Lo tuh sebenernya anggap kita ini apa sih? Lo lupa? Dulu siapa yang dengerin semua cerita lo? Kita, By! Dulu siapa yang bantuin lo terbebas dari omelan nyokap lo? Dulu siapa yang lo temuin pas lo lagi capek? Dari dulu, gue sama Lola, selalu berusaha untuk ada buat lo. Tapi kenapa, masalah yang saat ini lo tanggung, lo ga bagi sama kita? Kenapa lo ga pernah cerita apapun?”
“Gue ga masalah kalau pun lo mau berubah seperti apa. Tapi gue butuh jawaban. Lo masih anggap gue sama Lola sahabat lo atau engga? Kalo emang jawaban nya engga, kita gaakan ganggu lo lagi”
Seketika keheningan pun terjadi di antara ketiganya. Lola yang hanya mendengar kan menunduk dengan mencengkram erat tali tas selempang nya.
“Oke, kalo gitu gue sama Lola cabut. Sorry udah ganggu”
Cleona pun menyeret Lola pergi keluar dari dalam kamar Gabby.
Gabby yang di tinggal meremas pulpen yang ia pegang sedari tadi. Dan tiba-tiba saja kepalanya berdenging. Gabby yang tidak kuat pun memegang kepalanya sambil menahan segala sakit yang ia rasakan.
Tangan kanannya pun dengan terburu-buru membuka laci yang berada pada meja belajarnya. Ia mengambil sebuah kotak besi berwarna coklat, dan saat di buka, terdapat beberapa obat-obatan dan juga suntikan di dalamnya.
Gabby pun mengambil satu pil obat dan dengan cepat meminum nya. Setelah meminum pil tersebut, Gabby pun terdiam sejenak. Dengan kedua tangan yang masih menopang kepalanya. Sedetik kemudian, muncul tetesan d*rah di atas mejanya.
Semakin lama, tetesan d*rah itu semakin deras.
“Waktu gue ga banyak...”
.
.
.
.
.
TBC.