Azura Eliyena, seorang anak tiri terbuang. Ibu dan Ayahnya bercerai saat usia Azura masih tiga tahun. Bukan karena ekonomi, melainkan karena Ibunya tak sudi lagi bersama Ayahnya yang lumpuh. Ibunya tega meninggalkan mereka demi pria lain, hidup mewah di keluarga suami barunya. Menginjak remaja, Azura nekat kabur dari rumah untuk menemui Ibunya. Berharap Ibunya telah berubah, namun dirinya justru tak dianggap anak lagi. Azura dibuang oleh keluarga Ayah tirinya, kehadirannya tak diterima dan tak dihargai. Marah dan kecewa pada Ibunya, Azura kembali ke rumah Ayahnya. Akan tetapi, semua sudah terlambat, ia tak melihat Ayah dan saudaranya lagi. Azura sadar kini hidupnya telah jatuh ke dalam kehancuran. Setelah ia beranjak dewasa, Azura menjadi wanita cantik, baik, kuat, tangguh, dan mandiri. Hidup sendirian tak membuatnya putus asa. Ia memulai dari awal lagi tuk membalas dendam pada keluarga baru Ibunya, hingga takdir mempertemukannya dengan sepasang anak kembar yang kehilangan Ibunya. Tak disangka, anak kembar itu malah melamarnya menjadi Istri kedua Ayah mereka yang Duda, yang merupakan menantu Ayah tirinya.
“Bibi Mackel… mau nda jadi Mama baluna Jilo? Papa Jilo olangna tajil melintil lhoo… Beli helikoptel aja nda pake utang…” ~ Azelio Sayersz Raymond.
“Nama saya Azura, bukan Bibi Masker. Tapi Ayah kalian orangnya seperti apa?” ~ Azura Eliyena.
“Papa ganteng, pintel masak, pintel pukul olang jahat.” ~ Azelia Sayersz Raymond.
“Nama kalian siapa?”
“Ajila Ajilo Sales Lemon, Bibi Mackel.”
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Mom Ilaa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
BAB 31. ANAK TIRI TERBUANG MENJADI ISTRI TANGGUH DUDA KILLER | JAGA JARAK
Sesampainya di sekolah, si kembar melesat keluar dari mobil, disusul Azura. Keduanya berlari cepat ke gerbang membuat Azura terkejut.
“Eh… jangan lari-lari, nanti jatuh!” teriaknya cemas. Namun, dua anak itu justru semakin mempercepat langkah mereka, seolah tak sabar untuk belajar. Semangat belajar mereka memang patut diacungi jempol.
Azura yang berdiri di samping mobil, menggelengkan kepala lalu menoleh ke belakang, di mana Hansel bersiap untuk pergi.
“Tunggu, Han,” panggil Azura, menghentikannya.
“Ada apa, Nona?”
“Itu… bisakah kamu bantu aku, Han?” Azura bertanya ragu.
“Tentu. Apa yang Anda butuhkan?”
“Aku… aku mau mengirim sesuatu, tapi tidak tahu caranya,” Azura mengeluarkan ponselnya. “Bisakah kamu bantu mengirim rekaman ini pada Matthias?”
Rekaman percakapan Calsa dan Elvan itu adalah kartu AS-nya. Jika Matthias tahu kelakuan Calsa di belakangnya, pria itu pasti akan murka. Azura sebenarnya bisa saja mengirimnya sendiri, tapi ia tidak tahu nomor Ayah tirinya. Karena itu, ia mempercayakannya pada Hansel, yang pasti tahu cara mengirimnya.
“Tentu. Saya bisa melakukannya,” jawab Hansel, merasa hal itu sangat mudah.
“Tolong, samarkan nama pengirimnya,” pinta Azura, mengatupkan tangan di depan dada. “Aku tidak mau dia tahu kalau aku yang merekam.”
“Baik, Nona, akan saya lakukan.” Hansel mengangguk dan menerima salinan rekaman itu dari ponsel Azura.
“Ah, tunggu dulu, Han,” tahan Azura lagi sebelum Hansel menancap gas.
“Ya, ada lagi, Nona?” Hansel tersenyum sabar.
“Hm… itu… kalau boleh tahu, apa yang Tuan Joeson bicarakan denganmu tadi?” tanya Azura, penasaran dan Hansel pun menceritakan perintah Joeson kemarin.
“Kalau begitu, apa yang akan Tuan Joeson lakukan pada kekasih kakak tiriku?” tanya Azura lagi.
“Maaf, Nona. Saya tidak tahu,” jawab Hansel jujur, karena Joeson sendiri yang akan mengurus Elvan.
“Baiklah, terima kasih sudah mau membantuku, Han. Lain kali aku akan mentraktirmu!” ucap Azura tersenyum lalu menyusul si kembar yang sudah memanggilnya karena jam pelajaran pertama mereka akan segera dimulai.
_________
Beberapa jam kemudian, di tempat lain, Tuan Matthias baru saja menyelesaikan pertemuan. Ia bersantai di ruangannya, menikmati keheningan, sampai tiba-tiba sebuah surel misterius masuk ke ponselnya.
Ia melirik notifikasi itu, menganggapnya hanya pesan spam dari istrinya. Namun, ponselnya terus bergetar dan berbunyi tanpa henti. Merasa terganggu, ia akhirnya membuka surel tersebut. Seketika, kedua matanya membulat sempurna saat mendengarkan isi rekaman suara di dalamnya.
Perlahan, tangan kiri Tuan Matthias terkepal erat. Ia bangkit dari kursinya. Sekretarisnya masuk untuk mengingatkan jadwal rapat, namun Tuan Matthias tiba-tiba membatalkan semua agenda. Sang sekretaris terkejut dan bergidik melihat raut muka atasannya yang memerah padam, dipenuhi amarah.
___________
Di waktu yang sama, si kembar akhirnya pulang sekolah. Dua bocah itu berlomba-lomba menuju ke arah Azura yang menunggu di gerbang.
Cuaca terlihat mendung, pertanda akan turun hujan. Untungnya, Azura sudah menyiapkan payung jika Hansel terlambat menjemputnya lagi.
“Mama Jula… Mama Jula…” panggil si kembar, menarik-narik tasnya.
“Ya, kenapa?” tanya Azura sambil membuka payungnya.
“Tadi Jila gambal Mama sama Papa lhoo,” seru Azelia sambil menunjukkan gambarnya yang unik. Rambut Joeson berduri-duri seperti kulit durian, rambut Azura panjang seperti kuntilanak merah, dan Aina digambar seperti peri bersayap.
“Wah… Jila pintar sekali! Kalau Jilo gimana?” Azura beralih ke Azelio yang tersenyum-senyum sendiri.
“Nih, gambalna, Mama…” Azelio menunjukkan gambarnya yang lebih realistis. Keluarganya digambar seperti pasangan kerajaan. Lengkap dengan mahkota di kepala masing-masing.
“Kalian berdua anak yang pintar sekali. Mama Aina pasti bangga,” kata Azura tersenyum, lalu membantu mereka memasukkan buku gambar ke dalam tas.
“Mama Jula senang nda?” tanya mereka. Azura mengangguk sambil memberikan dua jempol.
“Kila-kila Papa Jila senang juga nda, ya?” gumam Azelia dan Azelio sedikit ragu. Ayah mereka kadang tak mau melihat gambar mereka dan sering memasang wajah masam, terutama gambar Azelia.
“Ekhem!” deham seseorang di belakang mereka, tak lain adalah Joeson.
Senyum merekah di wajah si kembar. “YEAH! PAPA JILA DATANG!”
Mereka berseru riang dan berlari ke arah Joeson. Tidak seperti Azura yang masih belum beranjak dari tempatnya. Ia bingung mengapa suaminya yang datang, bukan Hansel, padahal Azura ingin tahu apakah rekamannya sudah dikirim atau belum.
Azura menghela nafas panjang. Ia menatap ke arah Joeson yang tersenyum pada si kembar. Tanpa sengaja mata mereka bertemu, namun pria itu dengan cepat membuang muka membuat Ibu pengganti si kembar itu sedih dan cemberut.
Melihat Ayah dan Ibunya menjaga jarak lagi, si kembar pun merasa cemas dan takut hubungan mereka tak bertahan lama. Si kembar pun berpikir bagaimana caranya Ayah dan Ibunya bisa saling menyayangi. Azelio pun mendapat ide lalu membisikkannya ke adiknya. Azelia lantas mengangguk setuju akan rencana Kakaknya itu.
________
Si kembar dah mulai beraksi… mau ngapain tuh? ><
Like, komen, subscribe, vote, 🌹
apakah msh bisa marah sama kang joeson
nyari mampus nama ny.
gak jera2 nech si Rmes. udah pernah hampir mm ati di tngan Zander.
sekarang benaran mati di tangan Joeson, 😁😁😁
kutu di skak cewek tomboy Azurra 😀😀😀
up lagi donk
tapi sayang ny yg satu mulai jatuh cinta, yg satu lagi terobsesi. hingga gak peduli kalau yg xewek udah menikah
ori setimal drngan petbuatan ny di mada lalu. dan itu lah karma ny. nebedatin anak hatimau atau buaya, udah besat di terkam ny. dan akhor ny minta tolong ss mm a ansk srndiri