Andre baru saja membeli rumah yang letaknya bisa di bilang antara kota dan juga kampung, dan di sinilah dia merasa nyaman dengan harga rumah yang tidak seberapa mahal.
sedikit terpencil namun di bagian depan begitu asri karena ada pohon rambutan yang menaungi rumah tersebut, tapi ketenangan menunggu rumah ini tidak bertahan lama karena sebulan setelah tinggal di sana. Andre kerap kali menemukan jejak kaki berlumpur.
semula di abaikan saja karena dia tidak berpikiran macam-macam, namun itu terus terjadi sehingga rasa curiga pun mulai muncul.
Ada apakah dengan rumah ini?
Apakah ada sesuatu sehingga rumah di jual dengan harga murah?
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon novita jungkook, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab 17. Nilam dan Maharani
"Jadi aku dan Nilam ikut juga nih untuk melihat kesana?" Maharani bertanya pada Purnama.
"Ya terserah kamu sama siapa saja tapi sebaiknya memang ke sana saja untuk melihat." angguk Purnama.
"Aih malas nya aku kalau pakai ada yang acara berlumpur begitu!" keluh Nilam dengan hati yang begitu jengkel.
"Kebiasaan kalau disuruh apa saja selalu ada yang mengganjal di hati." sindir Purnama membuat Nilam langsung tersenyum.
"Aku tidak mau dengan yang lain karena aku kan cocok denganmu." bujuk Maharani agar besti nya ini mau.
"Kau kalau yang sengsara saja baru mengajak aku, nanti giliran enak malah yang lain pula yang kau ajak!" kesal Nilam.
Maharani tertawa dan segera mengajak Nilam melihat rumah yang sudah Andre beli, untuk memastikan saja apa yang ada di rumah itu dan bagaimana bentuknya iblis yang menghuni di sana. tapi biasa nya kalau sudah melihat begini maka sudah pasti akan tertarik untuk menyelidiki sampai tuntas, Nilam sudah hafal sekali dengan gelagat Maharani.
Walau di awal hanya bilang ingin melihat saja tanpa melakukan apa pun, tapi kalau sudah merasa terpancing maka pasti tidak mau di ajak pulang dan harus menyelesaikan sampai tuntas. karena menurut pikiran Maharani, saat ada iblis yang menampakan diri di hadapan nya maka itu sama saja seperti menantang dia untuk adu kekuatan.
Untung nya sifat sombong ini di dukung pula dengan kekuatan dia yang tidak main-main, apa lagi sekarang sayap di tubuh nya telah kembali tumbuh sehingga Maharani merasa akan menguasai dunia ini bahkan andai saja bisa akan di pijak kepala Purnama itu agar tidak mudah naik darah.
Tapi memang di agensi Purnama semua tidak ada yang rendah hati, mereka semua bersifat angkuh tapi di balik keangkuhan sifat tersebut mereka memiliki hati yang begitu baik dan suka menolong pada manusia yang membutuhkan bantuan mereka. awal pertama bertemu maka sebagian akan ketakutan pada wajah yang sangat ganas, lalu di tambah lagi dengan cara bicara mereka yang begitu ketus.
"Aku boleh ikut kalian tidak?" Fiona ingin di ajak juga.
"Eh mohon maaf, kau belum selevel dengan kami." tolak Maharani.
"Apa nya yang tidak selevel? kekuatanku kah, tapi saat itu saja aku bisa mematahkan sayap mu!" Fiona berkata polos.
"Hei gadis sialan, saat itu aku hanya lengah saja!" sentak Maharani langsung naik darah.
"Hem Fiona, ini urusan kami berdua jadi kami tidak menerima siapa pun lagi." film tersenyum manis namun dibalik itu semua menyimpan rasa geram.
"Oh begitu, Ya sudah kalau memang tidak boleh." Fiona pun mundur karena tidak di terima.
Padahal mereka bisa bicara baik-baik pada Fiona apabila memang tidak mau mengajak gadis ini mencari tahu, tapi memang dasar duo bestie koplak jadi mereka pun memiliki cara lain untuk menolak. Fiona di ajarkan untuk sadar diri agar tidak memaksakan kehendak nya pada orang lain, tidak semua orang bisa menerima.
"Cari dengan teliti apa yang ada di sana!" tegas Purnama.
"Hah, coba nanti setan nya ganteng gitu masih mending ini kalau lah wanita jelek pula membuat aku jengkel saja." keluh Maharani.
"Kalau dia tampan memangnya mau kamu apakan?" Jeno mendekati istrinya.
"Ah sayang, ternyata kamu ada di sini." Maharani tersenyum malu karena ketahuan.
"Ayo lah kita berangkat sekarang!" ajak Nilam bergegas.
"Awas saja bila nanti kamu berani banyak tingkah." Jeno menatap Maharani tajam.
Yang di tatap hanya mengedipkan mata genit karena dia tahu Jeno tidak akan berani memarahi dirinya, cinta suami yang begitu besar membuat Maharani tidak akan berani melakukan perselingkuhan dengan iblis lain. dapat jenuh saja dia sudah bahagia bukan kepalang, jadi mana mungkin mau mencari pria lain lagi untuk membahagiakan diri ini.
Sama hal nya juga dengan Nilam karena dia merasa sudah begitu bersyukur memiliki Aksara, suami pertama banyak tingkah dan tega membuang dirinya saat hamil besar sehingga dapat suami kedua ini sudah membuat Nilam merasa begitu dicintai dan tidak berani macam-macam.
...****************...
"Andreeeeee.....
"Mas, sejak tadi malam Bapak terus memanggil nama Andre!" Okta mendekati suaminya.
"Aku juga bingung harus bagaimana, Andre tidak bisa mau di hubungi dan aku tidak tahu dia ada di mana saat ini." keluh Arman.
"Ya Allah, masa iya tidak ada obat sih untuk Bapak." Okta memelas karena dia begitu iba.
Arman juga bingung karena dia kasihan melihat Pak Min terusan menderita tidak ada sudahnya seperti itu, bahkan untuk sekarang Arman terserah mau di katai durhaka atau dengan sebutan lain. karena dia telah berdoa bukan untuk kesembuhan lagi melainkan untuk kematian Pak Min saja, sembuh pun sudah tidak mungkin jadi lebih baik apa bila segera di cabut oleh Allah.
"Mohon lah pada Purnama agar di bantu, Mas." Okta memang serasa sudah tidak sanggup lagi mengurus mertuanya.
"Bapak yang tidak mau kalau mau di sembuhkan oleh mereka, kamu lihat kan kemarin saat Arya datang kemari." sahut Arman.
"Bapak juga kok yo tidak ada insaf nya, di ajak sholat pun tidak mau bahkan menyebut nama Tuhan saja dia tidak pernah!" Okta ingin menangis dalam rasa putus asa ini.
Iba dan juga rasa serba salah ada di dalam diri Okta, mau di sembuhkan tapi tidak bisa di biarkan pun rasa nya juga tidak mungkin. tidak munafik bahwa kadang kala dia juga ingin ketenangan ada di rumah ini, bukan hanya mendengar teriakan dan juga jerit sakit dari orang yang tengah menderita di kamar belakang.
Paling berhentinya teriakan Pak Min saat sudah selesai minum obat sekitar setengah jam, setelah itu nanti dia akan kembali kambuh dan terus menjerit bahkan juga berteriak sembari mengumpat. Okta ingin agar mertuanya itu dapat menyebut nama Allah bukan hanya mengumpat saja, tapi sudah di nasehati pun tetap tidak bisa karena lidah Pak Min seolah kelu apa bila mau menyebut nama Tuhan.
"Kalau kamu memang merasa ingin istirahat maka aku tidak masalah kok." Arman tahu bagaimana perasaan Okta.
"Ya bagaimana aku mau istirahat, Mas? mau makan dengan tenang saja aku tidak bisa!" sahut Okta.
"Pergi lah kerumah nya Mbak Suminah dulu seharian, ajak dia jalan atau mencari hiburan di luar sana." ujar Arman yang termasuk pengertian juga pada istri.
Okta yang mendengar hanya menarik nafas berat karena dia masih belum punya keputusan untuk solusi itu, mau mencari hiburan tapi di rumah mertua sedang sakit dan di urus pula oleh suami sehingga rasanya agak kurang pantas.
Selamat siang menjelang sore Besti ku, jangan lupa like dan komen kalian ya.
atau berhubungan dengan mafia