NovelToon NovelToon
Dok, Berikan Aku Obat Cintamu!

Dok, Berikan Aku Obat Cintamu!

Status: sedang berlangsung
Genre:Lari Saat Hamil / One Night Stand / Anak Genius / Dokter Genius / Menikah Karena Anak
Popularitas:35.6k
Nilai: 5
Nama Author: Aisyah Alfatih

Satu malam naas mengubah hidup Kinara Zhao Ying, dokter muda sekaligus pewaris keluarga taipan Hongkong. Rahasia kehamilan memaksanya meninggalkan Jakarta dan membesarkan anaknya seorang diri.

Enam tahun kemudian, takdir mempertemukannya kembali dengan Arvino Prasetya, CEO muda terkaya yang ternyata adalah pria dari malam itu. Rahasia lama terkuak, cinta diuji, dan pengkhianatan sahabat mengancam segalanya.

Akankah, Arvino mengetahui jika Kinara adalah wanita yang dia cari selama ini?

Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Aisyah Alfatih, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri

29. Apa status Kinara bagi keluarga Prasetya?

Malam itu hujan turun pelan ketika Savira melangkah masuk ke lobi kantor Andrian. Rambutnya berantakan, riasan di bawah matanya luntur oleh air mata dan make up yang menetes, pakaian mahalnya kusut, tapi tatapan matanya masih membara seperti bara yang tak mau padam. Ia hampir berlari, lalu melabrak laki-laki yang duduk di sofa Andrian Pratama, yang sejak tadi menatap layar laptopnya tanpa ekspresi.

“Andrian.” Suaranya serak, penuh amarah sekaligus putus asa. Ia menutup pintu di belakangnya lalu mendekat.

“Kau belum selesai, kan? Kau belum melakukan apa yang kita bicarakan?”

Andrian menutup laptop pelan, menatap wanita itu dengan tenang. Ada ketenangan dingin pada wajahnya yang kontras dengan kegelisahan Savira. “Kau marah karena hari ini semua rencanamu berantakan?” tanyanya datar.

Savira menggeleng cepat. “Bukan itu. Mereka … mereka merampas semua yang kubangun! Villa, jabatan, muka. Arvino mengumumkan semuanya di depan rumah sakit. Aku ... aku tidak bisa mundur sekarang. Kalau aku menyerah, aku mati. Kau harus bantu aku bikin mereka membayar.”

Andrian menatapnya lama. Di matanya ada kilasan bukan empati, melainkan perhitungan. “Apa yang kau mau, Savira? Kau tahu aku bukan tukang kerusuhan. Aku melakukan apa yang kita sepakati, pura-pura jadi ayah, membuat Kinara curiga, itu saja.”

“Aku mau lebih,” desak Savira, melangkah mendekat hingga napasnya menerpa jaket Andrian. “Buat Arvino marah. Bikin keluarga itu berguncang. Buat Mawar tak percaya pada Anaknya. Buat reputasi Kinara runtuh lagi. Kalau Arvino melihat Kinara sebagai ancaman, dia akan menyingkirkan dia sendiri. Kau mengerti, kan?”

Di wajah Savira ada cemberut yang sangat dingin. Ia menumpuk keluh kesahnya jadi satu tuntutan. “Kau harus terus meniup api. Jangan biarkan mereka tenang. Aku mau mereka hancur.”

Andrian tersenyum tipis, samar seperti pisau. “Kau selalu ekstrem, Savira. Kau sadar konsekuensinya?”

Savira mendelik. “Konsekuensi? Aku sudah kehilangan segalanya kecuali harga diriku dan itu juga hampir tercabik. Aku tak punya lagi hal untuk dipertaruhkan.”

Andrian meneguk kopi yang tadi ia buat, lalu meletakkan cangkirnya. Ia menatap Savira sejenak, kemudian suaranya merendah, hampir seperti berbisik. “Aku bisa membuat masalah. Tapi bukan dengan cara kotor yang akan membuat kita keduanya masuk lubang. Ini bukan lagi permainan kecil, kalau salah, kau bisa masuk penjara.”

Savira menelan ludah. Kepalanya menunduk sebentar, lalu menatap Andrian lagi dengan mata yang seperti dua bara api. “Kalau bukan cara kotor, caramu apa?”

Andrian berdiri, berjalan mengitari ruangan seperti raja yang sedang merumuskan strategi.

“Kita buat kecurigaan yang wajar. Kita manfaatkan posisi aku ... kenal banyak orang, bisa akses foto, pesan, insider ... kita sebarkan jejak yang membuat Arvino ragu kepada Kinara. Bukan bukti kriminal, namun bukti yang cukup untuk mengoyak kepercayaan keluarga. Biarkan Mawar takut, biarkan Arvino menghalalkan cara. Dan paling penting, aku akan menempatkan diriku di titik yang mereka percaya.”

Savira tersenyum pahit, mendengar kata-kata yang ia tunggu. “Kamu janji?” suaranya hampir memohon.

Andrian memandangnya lama, lalu mengangguk pelan. “Aku akan buat mereka tidak tenang. Tapi ingat ... aku tidak peduli tentang cinta atau belas kasihan. Aku melakukan ini untuk keuntunganku juga.”

Hati Savira melonjak. “Apa yang kau mau sebagai imbalan?”

Andrian mengerling, lalu senyum kecil muncul lagi, lebih dingin dari sebelumnya. “Ketika rumah Prasetya runtuh, ada celah untuk mengklaim posisi yang lebih kuat. Aku ingin akses ke arsip bisnis kecil yang selama ini terlindungi. Dan … aku ingin kau berhenti memakai melodrama, biarkan aku yang mengatur. Kau lakukan bagianmu, tetap berada di garis depan emosi. Aku yang tarik tali di balik layar.”

Savira mengunyah suaranya, lalu menggenggam tangan Andrian sekuat tenaga. “Kau dapat semuanya. Kau mau aku serahkan villa, mobil, apa saja. Kau lakukan ini untukku.”

Andrian melepas genggaman itu, melihat wajahnya penuh luka dan ambisi. “Baik,” katanya pelan. “Besok aku mulai tapi satu hal, kalau kau berani mengacau dengan cara yang bisa melibatkan anak, aku tutup semuanya untukmu. Aku tak main-main.”

Savira menatapnya, matanya mengeras. “Aku tidak akan menyerang anak itu. Aku butuh mereka hancur ... bukan dibunuh. Kau mengerti?”

Andrian mengangguk. “Mengerti.”

Di luar, hujan makin deras. Di dalam kantor itu, dua jiwa yang patah saling bertukar janji, satu janji balas dendam, satu janji keuntungan. Ketika Savira pergi, langkahnya lebih pasti, ketika Andrian menutup pintu, senyum di bibirnya seperti bayangan yang menunggu malam untuk bertindak. Dan di kota yang tak pernah benar-benar tidur itu, api kecil rencana baru mulai dipantik cukup untuk membuat semuanya berkobar.

Pagi itu udara masih lembut, langit berwarna biru pucat ketika deru jet pribadi milik keluarga Taipan Mei Lin mendarat di Bandara Soekarno–Hatta. Dari dalam, seorang wanita tua berwibawa turun dengan langkah pelan tapi tegas. Rambutnya putih perak disanggul rapi, kacamata hitam besar menutupi separuh wajahnya yang masih menunjukkan sisa-sisa ketegasan seorang pebisnis legendaris Hongkong.

Oma Mei Lin menurunkan kacamatanya sedikit, matanya menatap sekeliling dengan tatapan penuh kenangan dan kerinduan.

“Sudah tiga puluh tahun…” gumamnya pelan, suaranya serak namun berwibawa. “Tiga puluh tahun sejak cucuku lahir di negeri ini.”

Dia melangkah masuk ke mobil hitam yang sudah menunggunya. Pengawal yang duduk di depan menerima perintah singkat darinya.

“Langsung ke kediaman keluarga Prasetya,” katanya sambil menyerahkan ponselnya yang menampilkan alamat.

“Baik, Nyonya,” jawab sang pengawal dengan hormat.

Selama perjalanan, Oma Mei Lin menurunkan sedikit kaca jendela, membiarkan angin Jakarta yang lembab masuk ke dalam mobil. Tatapannya menerawang keluar, melihat hiruk-pikuk kota yang dulu sempat ia tinggalkan. Di wajahnya, ada campuran antara kerinduan dan kegelisahan.

“Kinara…” bisiknya pelan. “Apa kau bahagia di sini, cucuku?”

Tiga puluh menit berlalu begitu saja. Rumah besar keluarga Prasetya, suasana sarapan pagi yang semula hangat mendadak berubah panik. Seorang pelayan berlari kecil ke arah ruang makan, wajahnya tegang.

“ Nyonya … Nyonya Mawar!” katanya terengah. “Ada tamu penting di depan, beliau memperkenalkan diri sebagai … Oma Mei Lin, dari Hongkong.”

Sendok yang dipegang Mawar langsung jatuh. “Apa katamu?”

“Benar, Nyonya. Beliau datang bersama beberapa pengawal dan sopir pribadi. Katanya ingin bertemu dengan keluarga Prasetya.”

Mawar segera berdiri dari kursinya, napasnya tercekat. “Ya Tuhan…”

Sementara itu, Ethan yang duduk di kursi sebelahnya menatap bingung. “Bu … Buyut sudah datang?” tanyanya polos, matanya berbinar-binar.

Mawar tersenyum hangat dan mengusap kepala bocah itu. “Iya, Sayang. Buyutmu sudah datang dari jauh.”

Ia lalu menoleh pada pelayan. “Cepat, siapkan ruang tamu. Suruh pelayan lain siapkan teh hangat dan kue tradisional. Ini tamu yang sangat penting.”

Beberapa menit kemudian, suara langkah kaki terdengar dari arah depan. Oma Mei Lin masuk dengan dua pengawal yang membawakan koper kecil. Aura wibawanya memenuhi seluruh ruangan membuat para pelayan menunduk tanpa berani menatap langsung.

Mawar segera menyambutnya dengan senyum penuh hormat. “Selamat datang, Nyonya Mei Lin. Sungguh kehormatan bagi kami…”

Oma Mei Lin menatap wanita di hadapannya dengan pandangan tenang. “Kau pasti Mawar,” katanya lembut tapi tegas. “Ibu dari Arvino Prasetya.”

Mawar mengangguk cepat. “Benar, Nyonya. Silakan duduk. Kami … sangat tidak menyangka Nyonya datang langsung dari Hongkong.”

Oma Mei Lin duduk perlahan, menatap sekeliling rumah megah itu, lalu matanya berhenti pada sosok kecil yang bersembunyi di balik kursi, yaitu Ethan.

"Mau bersembunyi di sana?" tanya Oma Mei Lin, Ethan berlari menghampiri Oma Mei Lin, dan langsung memeluk.

"Kalau boleh tahu apa maksud kedatangan mendadak Anda ini?"

Oma Mei Lin hanya tersenyum samar. “Tentu, aku datang jauh-jauh ke sini … karena cucuku, dan cicitku.”

Namun suasana hangat itu segera berubah jadi hening tegang ketika Mawar sadar, Kinara belum pulang dari rumah sakit, dan Arvino juga tak ada di rumah. Dan di sisi lain kota, di rumah sakit tempat Kinara dan Arvino berada, keduanya sama sekali belum tahu bahwa wanita paling berpengaruh dalam keluarga besar mereka sudah kembali ke Indonesia.

"Aku ingin semuanya jelas mulai dari sekarang!" kata-kata itu keluar begitu saja dari mulut Mei Lin, yang membuat Mawar sedikit tegang. Karena, Mawar tak pernah benar benar bertemu dengan wanita itu sejak tiga puluh tahun terakhir.

"Apa maksud dari perkataan Anda, Nyonya?" tanya Mawar, masih diliputi rasa ragu dan curiga.

"Apa status Kinara bagi keluarga ini?" tanya Oma Mei Lin, Mawar menahan napas sejenak sebelum menjawab.

1
Ucio
makin seru ini,,semogah Kirana dn Vino selalu Waspada dgn Wanita ular itu
Esther Lestari
Adrian....sepertinya ada misi dendam tersendiri selain karena dibayar oleh Savira
ken darsihk
Kinara akan jadi anak mantu di keluarga Prasetya oma
Kimo Miko
dendam, iri dengki yang tak berkesudahan membuat logikanya jungkir balik. padahal yang di irini di dendami tidak tahu . apa itu gak konyol. orang yang tak pernah bersyukur seperti savira akhirnya berakibat tak baik untuk emosi jiwanya.
ken darsihk
Ini sudah siang thor di tunggu up nya 💪🏼💪🏼
ken darsihk: 😂😂😂😂👏👏🙏
total 2 replies
ken darsihk
Savira seandainya kamu tobat dan mengakui kesalahan mu , mungkin masih ada pintu maaf buat mu Savira
ini koq semakin menjadi seolah lo yng terzholimi dan tersakiti
ken darsihk
Yesss memang harus seperti itu Arvino , kamu harus tegas ke uler keket Savira 😠😠😠
Agar orang-orang tidak salah menilai dr Zhao
Nanik Arifin
kamu aj yg buta Vir, g tahu dg siapa yg kau cari lawan. sekali kibaskan tangan, seluruh keluargamu musnah
Esther Lestari
Savira dikurung saja cepetan
sryharty
penjara aja savira
Citra
jgn dilepaskan ular berbisa Savira ya thoor bikin masalah baru aja😁
Ucio
Kenapa gk di kurung sj itu ular Betina Vino,,😄
A.M.G
akhirnya digusur juga 🤣🤣🤣🤣
A.M.G
heh lu yang pencuri teriak pencuri tolong mak tor tampol mulut ya 🤭🤭
A.M.G
gak sabar liat si mak lampir pake baju orange
A.M.G
semoga gak ada yang tau tes DNA takut di sabotase lagi smaa si ulet
A.M.G
akhirnya semoga terbongkar
IbuNa RaKean
knp ga ada pengumuman c tuh d RS kalo Savira bukan tunangan arvino lagi🤭biar ga merajalela trs tuh Mak Lampir..
tp lbih bgus skr lgsg d pecat
sryharty
dasar ma lampir
udah salah belaga playing victim lagi
Ucio
Lambat Vino,tapi boleh la tambh tamparan nya lagi
NovelToon
Novel sejumlah besar sedang menunggu Anda baca! Juga ada komik, buku audio, dan konten lain untuk dipilih~
Semua konten GRATIS! Klik di bawah untuk download!