Tak pernah terbayangkan dengan apa yang saat ini di jalani, bergerak tanpa arah, dan melangkah tanpa tujuan.
Terasa sesak di dalam dada mengingat semua kisah yang sulit untuk di lupakan, Namun terasa sakit saat mencoba untuk menerima semua yang terjadi.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Selvi Noviyanti, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Bab. 31
Terkadang sesuatu yang kita lihat indah dan benar-benar seperti tak pernah merasakan adanya sakit di dalamnya.
Tersenyum dengan manis, berdiri tegak seakan tak pernah merasa lelah. Akan tetapi pada kenyataannya adalah ia mencoba tersenyum dengan mengalihkan dunia nyatanya bahwa dirinya merasa rapuh, jiwanya tetap bediri tegak akan tetapi hatinya saat ini hancur.
Ia mencoba memahami keadaan, akan tetapi keadaan benar-benar terlalu kejam, Ia mencoba memahami di sekitarnya akan tetapi nyatanya dirinya rapuh.
Ia tersenyum saat di lihat orang, Akan tetapi nyatanya di saat dirinya kesepian tangisan pilu itu menemui dirinya.
Ia mencoba diam dengan mengalihkan wajahnya, akan tetapi kenyataannya kepalanya begitu riuh dengan pemikiran yang berbeda.
Ia mencoba tuk tetap tegar, akan tetapi nyatanya ia membutuhkan pelukan dan juga genggaman.
Terkadang berpikir, lebih baik luka karna suatu benda dari pada luka karna dengan ucapan.
Kenapa? karna luka dengan ucapan benar-benar tertancap di hati dan pikiran, ucapan yang telah di dengar nyatanya tak bisa di hapus begitu saja dengan kata Maaf.
Akan tetapi seandainya dengan suatu benda, terluka dan terlihat nyatanya tak terlalu parah dengan luka karna ucapan.
...*━*━━━━━༺༻ ━━━━━━...
"Emily, dirimu tahu apa yang selalu ku katakan sebelum kamu dengan Aidan. Aku rasa kamu pasti mengingat dengan jelas apa yang aku ucapkan. " ucapnya dengan melihat Emily yang masih terdiam.
"Akan tetapi ingatlah bahwa sesuatu yang terjadi itu adalah pelajaran yang harus kamu ambil hikmahnya. Kamu harus ingat bahwa Aidan bukan lah pilihan yang tepat untuk kamu. Memang Aidan adalah laki-laki yang mampu menggoyahkan hati kamu, akan tetapi harus kamu ingat bahwa bersama dengannya kamu tak akan bisa menjadi dirimu sendiri. Pernah kah terpikirkan oleh kamu, seandainya kamu tidak Menyia-yiakan semua prestasi kamu, aku tahu benar bagaimana kamu terhadapnya. Memberikan segalanya untuk dirinya bahkan kamu rela berkorban semuanya hanya untuk melihat Aidan bahagia. Seharusnya posisi Aidan itu adalah posisi kamu, Emily aku harap kamu bisa lebih dari dia. Aku harap kamu mampu membedakan mana yang ingin kamu lakukan dan mana yang tak ingin kamu lakukan. " ucapnya dengan menatap Emily dengan mata yang terlihat tulus.
"Terimakasih kak, sungguh entah apa yang harus saya lakukan seandainya tidak ada kalian. " ucap Emily dengan tersenyum melihat laki-laki yang ada di sampingnya.
"Rehan tahu dengan apa yang terjadi, sedangkan aku hanya ingin melihat kamu menjadi diri sendiri. Untuk pilihan kamu terdahulu pun aku menghargai, karna sesuatu yang telah menyangkut hati tak akan dapat di ubah dengan kata-kata kecuali dirinya sendiri telah merasa sakit karna cinta. maka ia akan membenarkan bahwa ia salah, benar bukan ucapan ku.? " jawab sang lelaki yang saat ini tersenyum melihat Emily.
Emily yang mendengarkan ucapan pria yang ada di sampingnya hanya terdiam, apa yang di katakan memang benar. Dirinya mengabaikan kariernya, melepaskan kesempatan yang baik untuk dirinya hanya karna ingin bersama dengan Aidan.
ia teringat memberikan kesempatan yang seharusnya untuk dirinya sediri justru ia berikan pada Aidan.
senyuman sumringah saat itu benar-benar nyatanya, kesempatan baik itu ia berikan pada Aidan untuk menjadi dokter yang selama itu di inginkan oleh dirinya sendiri sedangkan dirinya lebih memilih menjadi ibu rumah tangga yang baik untuk Aidan.