Menikahi Pria terpopuler dan Pewaris DW Entertainment adalah hal paling tidak masuk akal yang pernah terjadi di hidupnya. Hanya karena sebuah pertolongan yang memang hampir merenggut nyawanya yang tak berharga ini.
Namun kesalahpahaman terus terjadi di antara mereka, sehingga seminggu setelah pernikahannya, Annalia Selvana di ceraikan oleh Suaminya yang ia sangat cintai, Lucian Elscant Dewata. Bukan hanya di benci Lucian, ia bahkan di tuduh melakukan percobaan pembunuhan terhadap kekasih masa lalunya oleh keluarga Dewata yang membenci dirinya.
Ia pikir penderitaannya sudah cukup sampai disitu, namun takdir berkata lain. Saat dirinya berada diambang keputusasaan, sebuah janin hadir di dalam perutnya.
Cedric Luciano, Putranya dari lelaki yang ia cintai sekaligus lelaki yang menorehkan luka yang mendalam.
Karya ini diterbitkan atas izin NovelToon Quenni Lisa, isi konten hanyalah pandangan pribadi pembuatnya, tidak mewakili NovelToon sendiri
Chapter 22 - Pelaku sebenarnya
Suasana kelas nampak hening. Anna berusaha untuk tidak mempercayai perkataan Tia. Namun, ia tetap merasa resah. Pikirannya tak tenang membayangkan jika memang benar Lucian mencarinya. Hingga akhirnya ia memutuskan untuk memeriksanya.
"Ya sudahlah. Aku cari Tuan Lucian saja. Sekalian mengucapkan selamat," gumam Anna. Ia beranjak dari duduknya.
Ia berjalan menelusuri lorong kelas, dengan senyuman merekah di wajahnya. Dan, bertemu teman satu tim Lucian.
"Eh, Dion!" teriak Anna tersenyum, sembari melambaikan tangannya.
Dion menoleh dan tersenyum balik. "Ya, kenapa, Na?" tanya Dion, tidak heran. Karena jika gadis itu mencarinya, hanya satu yang akan menjadi objek pembicaraan yaitu, Lucian.
"Emmm... Lu-Lucian dimana ya?" tanya Anna, sedikit gugup.
"Haha, aku tahu itu pasti Lucian. Tadi sih, katanya mau ke gudang belakang," jawab Dion, membuat Anna terkejut..
"Apa! Gudang belakang? Ah, ma-makasih, Dion!" pekik Anna, ia langsung berlari menuju gudang belakang. Anna tidak menyangka jika Lucian benar-benar mencarinya. Namun, kenapa harus ke gudang belakang.
Tanpa tahu apapun. Anna berlari dengan senyum yang lebar, berpikir mungkin Lucian ingin merayakan kemenangannya dengannya, setelah percakapan mereka kemarin di danau.
'Tuan pasti marah. Duh, aku pikir Tia hanya ingin mengerjaiku saja,' batin Anna, panik. Ia berlari sekuat tenaga, menuju gudang belakang. Saat sudah mendekati gudang, kakinya perlahan melambat. Saat matanya menangkap gumpalan asap tebal dari gudang.
"Tu-Tuan!" pekik Anna. Ia mempercepat langkahnya, dengan panik.
Brush!
Syung!
Anna menatap tak percaya. Kobaran api menyelimuti seisi gudang. Matanya celingak-celinguk mencari sosok Lucian. Namun, nihil. Jantungnya berdegup kencang, setiap kali kobaran api itu semakin membesar dan mengeluarkan bunyi-bunyi yang tidak mengenakkan.
"To-tolong!"
Deg!
Anna terdiam, jantungnya seolah berhenti berdetak mendengar suara yang jelas sangat ia kenali suara siapa itu. Namun, sebelum ia berlari. Ia melihat sosok Mona dan Tia, yang terlihat ketakutan di balik gudang.
Sembari masuk, Anna tak menyangka jika Mona dan Tia bahkan tega mencelakai nyawa seseorang demi ambisi mereka.
BRAK!
Anna tak lagi memikirkan keselamatannya, ia hanya merasa khawatir dan takut, takut jika gara-gara ini ia harus kehilangan Lucian. Anna yakin, ialah yang seharusnya berada di dalam, namun Lucian menggantikannya, jika saja ia berpura-pura mempercayai perkataan Tia. Lucian tidak akan berada dalam kobaran api itu.
'Lucian memiliki keluarga yang menyayanginya. Dia memiliki tanggung jawab untuk ribuan karyawan di Perusahaan yang akan ia warisi. Aku mohon setidaknya biarkan dia selamat. Aku rela jika nyawaku dikorbankan demi dirinya...'
Anna terus berdoa di sepanjang jalannya mencari Lucian. Nyawanya yang yatim piatu tak akan pernah sebanding dengan nyawa Lucian. Jadi ia harus bisa menyelamatkan Lucian, bahkan jika nyawanya menjadi taruhannya.
"Tu-Tuan! Uhuk... Uhuk... Tuan!" pekik Anna, ia celingak-celinguk, beberapa saat matanya menangkap sosok Lucian yang terkapar di lantai, karena terlalu banyak menghirup asap.
Anna mencoba mendekati Lucian. Tubuhnya terasa sangat amat panas. Namun, keinginannya untuk menyelamat Lucian sangatlah besar.
Krek!
Anna sontak mendongak. Ia terkejut melihat tiang kayu penyangga di atas yang akan terjatuh tepat menimpa Lucian.
Syung!
Saat kayu itu, hampir menjatuhi Lucian. Anna dengan sigap menghalanginya, hingga tangannya terluka.
"Arghhh!" teriakannya terdengar sangat menyakitkan.
Mona dan Tia menyaksikan kejadian itu dengan keringat dingin. Mereka benar-benar tak berharap semua ini terjadi hingga seperti ini.
"A-apa yang harus kita lakukan!"
Karena takut terjadi sesuatu pada Lucian. Mona berlari mencoba masuk ke dalam, namun kakinya kaku. Rasa takut menyelimuti dirinya, saat melihat kobaran api itu. Ia terdiam cukup lama, hingga akhirnya bertekad masuk.
"Lucian!" Mona memasuki gudang dengan cemas, ia sangat ketakutan. Tapi ia lebih takut jika ketahuan dirinyalah yang membuat kekacauan ini. Dan, jika sampai kasus ini di selidiki keluarga Lucian pasti akan membuatnya bangkrut.
'Aku harus berada disini. Jadi, aku akan menyalahkan Anna atas semua ini. Dan, menjadi korban,' batin Mona. Dengan siasat liciknya. Apapun yang terjadi ia akan memastikan Annalah yang akan disalahkan atas semua ini.
Anna sekuat tenaga menahan tubuh Lucian. Bahkan disaat tubuhnya terasa sangat sakit. Rasa terbakar di tangan kanannya membuatnya hampir kehilangan kesadaran.
Lucian merasakan pelukan hangat seseorang. Ia bahkan melihat seorang gadis menyelamatkan dirinya dengan berani. Lucian berusaha membuka matanya, ia benar-benar ingin tahu siapa gadis itu. Ia merasa ia mengenalinya..
'Anna...'
Anna terkejut melihat Mona dengan nekat masuk menerobos kobaran api. Padahal Anna tahu, jika semua ini perbuatan Mona.
'Apa lagi rencananya? Mereka tadi terlihat sangat ketakutan... Kenapa sekarang Mona masuk?' batin Anna merasa curiga.
Raven yang baru sampai sangatlah terkejut. Ia melihat sekelilingnya yang telah terbakar. Lalu, memanggil banyak orang untuk membantu memadamkan api.
"Raven! Tolong! Tolong! Di-dalam ada Mona, Lucian dan Anna!" teriak Tia, yang sangat ketakutan.
"APA!"
Tanpa ragu, lelaki itu memasuki kobaran api. Ia melihat situasi di dalam. Hatinya berdenyut nyeri. Saat Anna memeluk Lucian dengan erat, bahkan disaat tangannya terlihat terluka parah. Namun, Mona tampak sangat kesal dan merebut Lucian dari Anna.
"Lepas! Gadis udik!" bentak Mona. Menatap Anna tajam, ia dengan kasar mendorong Anna di bagian lukanya.
"Arghh... Sakit...."
Anna yang tak bisa mempertahankan tubuhnya lagi. Langsung terjatuh pingsan karena rasa sakit di tangan kanannya. Namun, ia bersyukur bahwa Lucian bisa selamat. Ia tak akan tinggal diam, karena ia mengetahui siapa pelaku sebenarnya.
'Sakit...'
"Anna!"
Anna tak tahu apa yang akan terjadi. Setidaknya, ia takut Lucian telah selamat.
Semangat selalu